Ceramah Master Cheng Yen: Memperoleh Berkah dan Kebijaksanaan lewat Sumbangsih Nyata


“Gelombang ketiga pandemi Covid-19 sangat serius. Persentase kasus positif Covid-19 meningkat pesat dan pasokan oksigen sangat terbatas. Bagi kami, keterbatasan oksigen adalah kesulitan besar. Tzu Chi telah menyumbangkan 500 tabung oksigen 40 liter dan 40 unit konsentrator oksigen pada kami,”
kata Khin Maung Kepala Pusat Karantina Phaungyi.

Manusia pasti mengalami lahir, tua, sakit, dan mati. Orang yang tersadarkan hendaklah menggenggam waktu dan kehidupan serta mengembangkan potensi untuk menolong orang-orang yang bisa ditolong. Inilah arah yang benar dalam kehidupan.

Lihatlah pandemi Covid-19. Pada masa pandemi ini, kita bisa melihat orang-orang yang sangat mengharukan. Mereka rela menerjang bahaya demi menolong orang lain. Di Myanmar, Relawan Lin Ming-qing pernah terinfeksi Covid-19 dan telah sembuh. Pada masa-masa genting seperti itu, dia tetap bersiteguh untuk bersumbangsih.


Pengiriman konsentrator oksigen harus menunggu jadwal penerbangan. Namun, kebutuhan akan konsentrator oksigen sangat mendesak di sini. Berhubung pengiriman harus menunggu giliran, maka kita khawatir akan menghadapi berbagai kesulitan. Bagaikan berperang, kita harus selalu siaga. Saya sangat bersyukur lewat penyumbangan konsentrator oksigen ini, saya dapat membantu kesembuhan banyak pasien Covid-19,” kata Lin Ming-qing Pengusaha.

“Saya pernah bertanya kepada Master sampai kapan saya harus menjalankan Tzu Chi. Master berkata bahwa saya hendaknya menjalankan Tzu Chi dan berbuat baik setiap waktu. Saya berikrar di hadapan Master untuk terus menjalankan Tzu Chi hingga napas terakhir,” pungkasnya.

Kita hendaklah menginventarisasi nilai kehidupan kita. Relawan kita di Myanmar bersumbangsih dengan cinta kasih tanpa memikirkan keselamatan diri sendiri. Jika kita dapat melindungi diri sendiri dan menjaga kesehatan saat melindungi kehidupan orang lain, itulah yang terbaik.

Akan tetapi, jika dia tidak bersiteguh untuk bersumbangsih, tanpa konsentrator oksigen dan alat pelindung diri, bagaimana para tenaga medis menjaga kesehatan diri sendiri dan menyelamatkan nyawa pasien? Jadi, ada banyak hal di dunia ini yang sulit dideskripsikan dengan kata-kata.


Di tengah kondisi seperti ini, kita sebaiknya bersumbangsih dengan berani atau melindungi diri sendiri? Saat kondisi di luar begitu genting, kita harus melindungi diri dengan berdiam di rumah atau melangkah ke luar dengan berani? Bagaimana jika kita terinfeksi? Ini sungguh membuat orang mengalami dilema. Jadi, sulit bagi saya untuk merasa tenang. Karena itulah, saya sering berkata bahwa saya merasa khawatir.

Tzu Chi memiliki sekelompok Bodhisatwa dunia yang rela bersumbangsih tanpa memikirkan keselamatan diri sendiri. Bagaimana bisa saya tidak khawatir? Namun, jika mereka tidak bersumbangsih, bagaimana dengan orang-orang yang jatuh sakit dan menderita yang tengah menantikan uluran tangan? Jadi, sungguh sulit bagi saya untuk tidak merasa khawatir.

Kita bisa melihat orang-orang yang kelaparan menerima bantuan dari relawan yang penuh cinta kasih. Dengan senyuman yang tulus, relawan kita menyerahkan barang bantuan ke tangan penerima bantuan dan mencurahkan perhatian pada mereka. Orang yang memberi bantuan pasti merasa bahagia dan berpuas diri, sedangkan orang yang menerima bantuan pasti merasa gembira dan bersyukur.

Saat barang bantuan sampai di tangan mereka, para penerima bantuan mungkin berpikir, "Setelah ini, anak saya bisa makan nasi dan mencium harumnya nasi." Dengan barang bantuan yang diterima, mereka dapat makan kenyang selama beberapa waktu.
Jadi, orang yang memberi dan orang yang menerima dipenuhi sukacita dan rasa syukur. Sukacita dan rasa syukur ini akan bertahan beberapa waktu. Sumbangsih kita akan menjadi bagian dari sejarah kehidupan kita.


Pada tanggal dan bulan tertentu, kita pernah menyiapkan banyak barang bantuan, seperti barang kebutuhan sehari-hari dan paket bahan pangan, yang dikemas dengan rapi bagi orang-orang yang membutuhkan.

Saat kita bergerak untuk bersumbangsih serta dengan ceria dan penuh sukacita mengantarkan barang bantuan ke rumah orang-orang yang menderita, kita bisa melihat penderitaan dan menyadari berkah. Kita bisa melihat tempat tinggal mereka yang begitu bobrok dan tidak dapat melindungi mereka dari angin dan hujan.

Melihat kondisi mereka, kita juga memperoleh pelajaran hidup. Kita hendaklah memetik pelajaran besar ini demi manfaat semua makhluk. Ini merupakan kesempatan belajar bagi kita sekaligus kesempatan bagi orang yang menderita untuk memperoleh bantuan. Dengan demikian, semua orang memperoleh manfaat.


Jadi, dalam hidup ini, kita hendaklah bersungguh hati dan bersumbangsih secara nyata. Kehidupan kita akan bernilai jika kita menggenggam kehidupan ini untuk bersumbangsih. Dengan bersumbangsih di kehidupan sekarang, kita bisa memperoleh berkah dan kebijaksanaan, hidup damai dan tenang, serta senantiasa menapaki Jalan Bodhisatwa di kehidupan mendatang.

Berhubung telah melihat penderitaan serta bertekad dan berikrar di kehidupan sekarang untuk melenyapkan penderitaan, maka di kehidupan mendatang, kita pasti bisa menjadi Bodhisatwa dunia yang menolong semua makhluk yang menderita.

Jadi, setiap kali berkesempatan untuk bersumbangsih, kita hendaklah bersyukur; setiap kali melihat dan mendengar penderitaan, ingatkanlah diri sendiri untuk bersumbangsih. Kita bisa melihat berbagai penderitaan di dunia ini. Saya berharap semua orang dapat bersungguh hati.   

Bersiteguh untuk bersumbangsih tanpa ragu
Penyaluran bantuan yang tulus sangat mengharukan
Memperoleh berkah dan kebijaksanaan lewat sumbangsih nyata
Kesadaran berlanjut hingga selamanya

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 07 Oktober 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 09 Oktober 2021
Kebahagiaan berasal dari kegembiraan yang dirasakan oleh hati, bukan dari kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -