Ceramah Master Cheng Yen: Memperoleh Kebijaksanaan Lewat Praktik Nyata

Beberapa hari ini, Konferensi Tahunan Tzu Chi International Medical Association (TIMA) sedang berlangsung. Selama bertahun-tahun, dari berbagai negara yang jauh, para anggota TIMA menyempatkan diri untuk kembali di saat ini.

Tahun ini, hadir anggota TIMA dari 24 negara dengan kebutuhan penerjemahan 7 bahasa. Dengan bahasa dan terjemahan yang berbeda-beda, orang-orang tetap dapat mendapat pelajaran yang sama. Semua orang dipenuhi rasa sukacita dan rasa syukur.

Saya mendengar mereka mengucapkan syukur dan membangun tekad. Contohnya, dr. Alley Wen dari Afrika Selatan. Dokter muda ini mendengar informasi dari relawan Tzu Chi di Afrika Selatan yang berisi ajakan menjadi relawan untuk pergi ke Mozambik. Beliau menjawab, "Dengan biaya tiket semahal itu, lebih baik uangnya saya sumbangkan untuk korban bencana di sana."

Lalu, ada orang yang mendorongnya, "Dengan mengeluarkan biaya tiket, kamu bisa pergi untuk merasakan sendiri. Ini berbeda. Pergilah, rasakan sendiri kesulitan orang-orang di sana." Ada orang yang mendorongnya untuk pergi. Karena itu, beliau akhirnya ikut pergi.

 

Pascabencana siklon Idai, anak-anak di sana sangat menderita. Mereka tidak punya apa-apa. Namun, anak-anak itu tetap begitu polos dengan senyuman tak berdosa. Ini membuat beliau sangat tercengang.

“Lewat pembelajaran kali ini, saya merasa bahwa senyuman anak-anak, kebahagiaan mereka, senyuman pasien, dan harapan para pengungsi adalah sesuatu yang tak dapat dibeli dengan uang. Jadi, kepergian saya ke sana kali ini, bagi saya sangatlah bermakna,” kata dr. Alley Wen, anggota TIMA Afrika Selatan.

Menyumbangkan uang memang baik, tetapi jika dapat berpartisipasi langsung lewat praktik nyata di lapangan, tentu akan menambah kebahagiaan. Inilah kebenaran. Lewat praktik berdana atau bersumbangsih, kita merasakan sukacita dalam Dharma. Jika hanya mendengar penggambaran cerita dari orang lain, kita tak dapat merasakannya. Dengan melakukannya sendiri, kita akan dapat merasakannya. Inilah yang sering saya katakan.

Sutra adalah jalan; jalan harus ditapaki. Jalan harus ditapaki secara langsung, barulah kita tahu betapa ratanya jalan ini, barulah kita dapat merasakan Jalan Bodhisatwa yang agung dan makna sesungguhnya dari Sutra yang Buddha babarkan. Perasaan dan pemahaman langsung ini membuat kita merasakan sukacita dalam Dharma.

 

Untuk memahami ajaran Buddha, kita harus melihat, mempelajari, dan mempraktikkannya. Dengan mempraktikkannya, kita dapat memahaminya. Jadi, selain tahu dan mengerti, kita harus menjalankannya, barulah segala yang kita lakukan bisa sejalan dengan kebenaran. Saya berharap semua orang memahami hal ini dengan jelas.

Berbuat kebajikan berarti mengarahkan pikiran ke arah yang baik. Dengan bersumbangsih dalam bentuk materi ataupun tenaga, kita telah berpartisipasi langsung. Dengan berpartisipasi secara nyata, kita dapat merasakan langsung. Dalam melakukan hal baik, kita harus meneguhkan keyakinan dan tekad kita. Ini akan menguatkan niat baik kita.

Sebagian orang mungkin memiliki pikiran negatif dan berpikir, "Uang saya adalah hasil kerja keras saya. Mengapa harus disumbangkan? Uang ini saya dapat dengan bekerja keras. Kini saya ingin menikmatinya. Mengapa saya harus menyumbang?" Bukan hanya tidak mau menyumbang, mereka juga berkata-kata kasar, memfitnah, atau melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan. Segala niat, ucapan, dan tindakan yang tidak baik dapat terakumulasi menjadi sebab yang mendatangkan penderitaan. Kesalahan ini dapat membawa manusia ke dalam penderitaan. Tidak banyak orang yang dapat mengubah pola pikir untuk berbuat kebajikan, menghimpun berkah, menjalankan kebenaran, dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Ini sungguh tidak mudah.

 

Kita melihat dunia saat ini dilanda ketidakselarasan empat unsur yang menyebabkan berbagai bencana. Gempa bumi, badai, banjir, atau kebakaran terjadi setiap hari di berbagai belahan dunia. Ketidakselarasan empat unsur ini membawa kerusakan yang besar. Mengenai ketidakselarasan empat unsur, sebagai murid Buddha kita harus memahaminya dengan jelas karena dengan begitu maka kita dapat lebih tekun dan bersemangat dalam mempelajari Dharma.

Kehidupan haruslah bermakna dan bernilai. Untuk memiliki kehidupan yang bermakna, seperti yang akhir-akhir ini sering saya sampaikan kepada semua orang, kita harus bersumbangsih. Kita harus menggenggam waktu yang ada untuk bersumbangsih dan membawa manfaat bagi masyarakat. Inilah nilai bagi kehidupan kita. Inilah prinsip kebenaran. Artinya, kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk menyelamatkan semua makhluk.

Membangun ikrar untuk terjun menolong mereka yang menderita
Memperoleh kebijaksanaan lewat praktik nyata
Membangkitkan niat baik untuk menciptakan berkah tanpa batas
Giat bersumbangsih demi membawa manfaat bagi masyarakat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 September 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 September 2019
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -