Ceramah Master Cheng Yen: Memperoleh Kesadaran dari Belajar dan Menginventarisasi Kehidupan
“Apa prinsip dan metode utama Master dalam membabarkan Dharma? Hanya empat poin, yakni orang-orang dapat memahaminya, mempraktikkannya, menjalankannya, dan menghayatinya,” kata Biksuni De Fan.
“Selama bergabung di Tzu Chi, saya merasa kerisauan di dalam hati makin berkurang. Saya juga merasa Dharma yang dibabarkan Master benar-benar dapat membantu kita,” kata Wang Sui-zhu relawan Tzu Chi.
Bodhisatwa sekalian, tutur kata yang bermanfaat adalah Dharma, tutur kata yang patut diserap ke dalam hati juga merupakan Dharma. Dharma terdapat di mana-mana. Jika bisa memanfaatkannya, kita akan tersadarkan. Kita tahu bagaimana mempelajari dan mempraktikkannya. Aksara "belajar" dalam bahasa Mandarin mengandung aksara "anak". Jika aksara "anak" diganti dengan "lihat", terbentuklah aksara "sadar". Yang belajar menjadi yang tersadarkan.
Kita harus percaya pada diri sendiri. Semua orang dilahirkan untuk belajar, tetapi kita harus mempelajari hal yang benar dan bermanfaat bagi dunia. Oleh karena itu, saya mengulas tentang menginventarisasi kehidupan diri sendiri. Sesungguhnya, ini adalah introspeksi diri. Namun, meski saya terus menyerukan introspeksi diri, orang-orang tetap tidak tersadarkan. Karena itu, saya mengganti istilahnya menjadi "menginventarisasi" yang berarti kita harus mengintrospeksi diri dan meninjau kembali perbuatan kita. Apakah ada celah dalam hidup kita? Kegelapan batin adalah celah.
Orang-orang terus mencari kebenaran dalam hidup. Mereka terus mengejar dan ingin belajar ajaran Buddha, tetapi yang dipelajari selalu bocor karena adanya celah. Jadi, apa pun yang dipelajari, semuanya bocor. Pada akhirnya, tidak ada yang tersisa. Jadi, berapa banyak Dharma yang telah dipelajari dalam hidup kita? Sudahkah kita membimbing diri sendiri dengan Dharma?
Mulailah dari diri sendiri. Setelah diri sendiri terbimbing, barulah kita bisa menjadi teladan bagi orang lain. Ketika kita menjadi teladan, orang-orang akan mempelajari apa yang kita katakan. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita harus menginventarisasi diri sendiri. Seperti apa jalinan jodoh dan tekad awal kita? Di momen ini, kita membahas tentang Tzu Chi.
Di dunia ini terdapat berbagai jenis penderitaan. Dunia yang penuh penderitaan ini membutuhkan cinta kasih berkesadaran Bodhisatwa untuk membimbing semua makhluk dengan berbagai metode terampil. Ini merupakan jalinan jodoh para Bodhisatwa. Dapat dikatakan bahwa kini Bodhisatwa sungguh ada di dunia ini.
Insan Tzu Chi di seluruh dunia hendaklah menginventarisasi hal-hal yang telah dilakukan. Bagi yang telah bersumbangsih dalam waktu yang lama, mereka harus bersyukur. Dengan memanfaatkan raga dan waktu selama puluhan tahun, kita menapaki Jalan Bodhisatwa di Tzu Chi untuk membantu orang-orang yang menderita. Berapa banyak orang yang telah kita bimbing? Berapa banyak orang yang telah kita bantu?
Walau saya sering berkata, "Saat berjalan, ketika satu kaki melangkah, maka kaki yang lain harus ikut melangkah," tetapi karena kita berjalan seperti ini, langkah setiap orang pun berbeda-beda. Ada yang mengambil lebih banyak langkah dan berjalan lebih jauh, ada pula yang diam di tempat. Seperti saya yang sedang duduk dan berbicara di sini. Saya tidak pergi ke mana pun, tetapi sebagai makhluk awam, saya tak luput dari kerisauan. Saya khawatir dengan hal-hal yang terjadi di dunia. Ada banyak penderitaan di dunia. Kita harus memanfaatkan waktu dengan baik.
Bodhisatwa sekalian, mari kita menginspirasi orang-orang menjadi Bodhisatwa dunia agar dunia ini dipenuhi Bodhisatwa dunia. Dengan mengubah pola pikir, orang-orang dapat berjalan ke arah yang benar. Asalkan kita bersedia mengulurkan tangan dan membiarkan orang-orang menggenggam tangan kita, kita bisa membimbing mereka. Satu orang dapat membantu banyak orang. Dengan terus membimbing orang-orang, kita dapat membantu banyak orang yang kehilangan arah dan mengajak mereka melakukan hal yang sama. Jadi, kita dapat membantu sesama yang membutuhkan.
Belajar menjadi Bodhisatwa dunia tidaklah sulit. Inilah cara menjadi Bodhisatwa dunia. Asalkan kita bersedia mengulurkan tangan untuk menarik atau mendorong seseorang, bahkan memberikan sebuah pujian, maka kita sudah membantunya. Sekarang adalah waktunya untuk mempraktikkan pelajaran besar. Kapan kita dapat mengubah kondisi pandemi menjadi bermanfaat bagi masyarakat?
Pandemi ini berusaha menyadarkan orang-orang agar berhenti membangkitkan nafsu keinginan untuk menciptakan karma buruk. Mari kita mengubah pola pikir dan memetik pelajaran besar demi manfaat semua makhluk. Manfaatkanlah pandemi yang sedang terjadi di dunia untuk mengedukasi semua orang agar mereka tersadarkan dan menginventarisasi kehidupan. Kita belajar menjadi makhluk berkesadaran.
Saya selalu mengulas tentang semut kecil yang mendaki Gunung Sumeru. Semut kecil ini telah melampaui kekuatannya dan terus mendaki hingga mencapai puncak Gunung Sumeru. Tidak peduli berapa banyak kalpa yang harus dilalui, semut kecil ini akan terus mendaki tanpa henti. Saya tidak mengejar pembebasan pribadi. Saya hanya berharap terlahir kembali di alam manusia karena hanya di alam manusialah terdapat makhluk yang dapat dibimbing. Ini adalah tekad dan ikrar saya. Benar, saya berbagi tekad dan ikrar saya untuk menyemangati semua orang.
Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia. Kita harus terus menyebarkan kekuatan cinta kasih dan menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Inilah yang disebut mewariskan semangat Bodhisatwa.
Menyerap dan mempraktikkan Dharma serta berintrospeksi diri
Memperoleh kesadaran dari belajar dan menginventarisasi kehidupan
Membimbing orang yang kehilangan arah ke jalan kebajikan
Mendaki Gunung Sumeru dengan kesatuan tekad
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 10 Juli 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 12 Juli 2022