Ceramah Master Cheng Yen: Memperpanjang Cinta Kasih Tzu Chi
“Kami memberi kehangatan dan doa kepada keluarga yang kurang mampu,” kata Liao Yue-e relawan Tzu Chi.
“Saya benar-benar merasakan banyak cinta kasih dari Yayasan Tzu Chi,” kata salah seorang penerima bantuan.
“Dengan adanya bantuan dan perhatian jangka panjang Tzu Chi untuk keluarga yang kurang mampu, mereka dapat memperoleh kehidupan yang stabil,” kata Yan Qiu-li Kepala SMP Mingjian.
“Menjalankan Tzu Chi merupakan berkah bagi kami. Di masa pandemi ini, sudah dua atau tiga bulan kami tidak bisa beraktivitas di luar. Jadi, saya menggunakan kesempatan kali ini untuk keluar dan menjalin jodoh dengan semua orang,” kata Chen Xiu-qin relawan Tzu Chi
Di tengah pandemi ini, saya benar-benar terharu dan sangat bersyukur. Kita bersyukur karena kita masih aman dan baik-baik saja sekarang. Namun, kita tidak boleh lengah. Kita tetap harus meningkatkan kewaspadaan. Pandemi ini belum berakhir.
Selain itu, di banyak negara, kita melihat kondisi pandemi makin memburuk dengan adanya varian baru virus Covid-19 yang lebih mudah menular daripada sebelumnya. Meski berada dalam keadaan aman, kita tetap harus meningkatkan kewaspadaan dan tidak boleh lengah.
Kita juga harus menghargai dan menciptakan berkah. Menghargai berkah berarti makan lebih sederhana. Marilah kita mensyukuri cita rasa tanaman pangan, buah-buahan, dan sayur-sayuran. Warna dan jenis sayuran yang berbeda memiliki rasa yang berbeda, dan semuanya enak.
Mengapa kita tidak bisa puas dengan itu? Kita harus menyadari berkah dan mengenal rasa puas. Melihat orang yang menderita, bagaimana bisa kita tidak menciptakan berkah? Sungguh, kita harus menciptakan berkah.
Baru-baru ini, saya benar-benar tersentuh oleh kebaikan masyarakat kita. Tidak sedikit pengusaha yang melihat bagaimana Tzu Chi berusaha membantu dalam pandemi ini. Mereka pun menyatakan dukungan dengan berdonasi kepada Tzu Chi. Mereka merupakan pengusaha dengan bisnis besar.
Namun, satu organisasi saja tidaklah cukup. Saat ini, kita perlu menghimpun kekuatan banyak orang. Bukan sekadar menghimpun dana materi, yang terpenting ialah hati yang tulus. Hanya ketika kita memiliki niat baik yang sama berlandaskan cinta kasih yang tulus, barulah kita dapat memiliki kedamaian dan ketenteraman.
Di tengah pandemi ini, kita melihat cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin yang tulus. Memiliki uang dan bersedia memberi memang tidak mudah. Namun, bisakah orang yang tidak punya uang melakukan ini? Bisa.
Ada sebuah keluarga yang mencari nafkah dengan menjual bakpao yang digoreng satu per satu. Si kepala keluarga berkata bahwa mereka ingin membeli rumah, tetapi lebih penting baginya untuk menolong orang. Sambil menghasilkan uang selama puluhan tahun, beliau dan istrinya memiliki tekad yang sama.
Mereka terus tinggal di rumah sederhana dan menyumbangkan uang yang telah mereka tabung selama puluhan tahun ini, sehingga seluruh anggota keluarga mereka, termasuk generasi ketiga dan keempatnya, menjadi komisaris kehormatan Tzu Chi.
Menurut mereka, menanam berkah bagi anak cucu lebih baik daripada memiliki banyak uang. Ini adalah pandangan yang benar. Semua ini bermula dari sebersit niat. Inilah arah kehidupan. Kita menuai apa yang kita tabur. Jadi, jika mewariskan uang kepada anak cucu, entah bagaimana mereka menggunakannya kelak.
Mereka menjalani kehidupan yang begitu sederhana, makan pun sederhana. Uang yang mereka simpan mereka sumbangkan kepada Tzu Chi untuk membangun rumah sakit dan sekolah. Mereka telah konsisten selama 20 atau 30 tahunan dalam menolong orang dan lain sebagainya.
Jadi, selangkah demi selangkah, mereka berpegang teguh pada tekad dan telah memenuhi tekad tersebut. Itulah sebabnya mengapa saya sering mengatakan bahwa dalam kehidupan ini, saya telah menerima banyak cinta kasih.
Saya tidak tahu berapa kehidupan yang saya perlukan untuk membayar semua ini. Meski dana itu bukan untuk keperluan pribadi saya, tetapi memungkinkan saya untuk menolong begitu banyak orang dan memberi saya kekuatan besar yang penuh kasih sayang. Kasih sayang ini telah diperpancang dan cinta kasih telah tersebar luas. Sungguh, ini sulit digambarkan dengan kata-kata.
Bodhisatwa sekalian, mari lebih bersungguh hati, karena setiap detik dapat menjadi bagian dari sejarah Tzu Chi. Jangan menyia-nyiakan waktu. Benih karma baik harus kita tanamkan dalam kesadaran kita sendiri. Jadi, saya tetap bersyukur dan saya berharap kita bisa bersatu hati untuk membentangkan cinta kasih Tzu Chi ini dari kehidupan ke kehidupan.
Anak muda zaman sekarang memiliki cinta kasih, tetapi mereka perlu digerakkan dan dibimbing. Banyak dari mereka yang berpengetahuan luas, sehingga dengan pengetahuan itu, mereka mampu mencapai banyak hal. Namun, dalam hal hubungan antarsesama, mereka bingung antara cinta dan perasaan, sehingga masyarakat pun menjadi kacau.
Di Tzu Chi, juga ada cinta dan perasaan, tetapi juga ada tata krama dan aturan. Cinta kasih di Tzu Chi adalah cinta kasih agung. Jalinan perasaan di Tzu Chi adalah kasih sayang abadi, seperti halnya para Bodhisatwa mencintai semua makhluk dan menolong mereka yang menderita dengan cinta kasih berkesadaran.
Ketika kita menumbuhkan cinta kasih di dalam hati, ini akan menjadi cinta kasih tanpa batas. Setiap kali kita menyadari suatu kebenaran, kesadaran itu bersumber dari cinta kasih di dalam diri kita. Jadi, makhluk dengan cinta kasih agung dan kasih sayang abadi adalah seorang Bodhisatwa.
Bodhisatwa berjalan datang ke alam manusia bukan semata-mata mencari pembebasan atau manfaat pribadi. Marilah kita menjalankan praktik di dunia demi menyelamatkan semua makhluk yang menderita, yang masih terlena dalam kegelapan batin. Kita harus berusaha untuk membimbing mereka lewat kata-kata yang baik.
Semoga kita bisa segera terbebas dari masker serta memiliki kedamaian dan ketenteraman, sehingga kita bisa menggunakan mulut kita untuk menyebarkan Dharma kepada semua makhluk. Jadi, kita harus menyucikan tubuh, ucapan, dan pikiran kita. Namun, jangan hanya duduk dan menunggu.
Meskipun mengenakan masker, kita juga makin perlu untuk menyaring kata-kata. Dengan menyaring kata-kata, kita tidak akan membiarkan kata-kata tidak baik dan suara-suara ketidaktahuan memasuki kesadaran pikiran kita. Dari kesadaran kita, kita membabarkan Dharma lewat ucapan dan membimbing orang lain.
Pandemi ini merupakan pelajaran besar bagi kita. Karena itu, kita harus bersungguh hati.
Bersyukur dan merasa puas atas buah dan sayuran yang disediakan alam
Menanami ladang berkah dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Menyebarkan Dharma demi membimbing semua makhluk dan menyucikan tiga pintu karma
Memperpanjang cinta kasih Tzu Chi sampai tak terhingga
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Agustus 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 31 Agustus 2021