Ceramah Master Cheng Yen: Memperpanjang Jalinan Kasih Sayang dengan Bimbingan penuh Cinta


“Penduduk setempat dan warga Tionghoa tidak masuk ke kampung ini.
Kita dapat melihat surat kabar memberitakan berbagai tindak kejahatan yang berasal dari kawasan ini. Kami menyebutnya ‘kawasan hitam’ karena banyak terjadi perampokan, penyalahgunaan narkoba,” kata Liang Jing-hua Relawan Tzu Chi.

“Peredaran narkoba, perkelahian, penyelundupan, dan penjualan rokok ilegal di sana. Banyak hal terjadi di kawasan tersebut,” kata Guan Bao-jian Relawan Tzu Chi.

“Lingkungan mereka sangat memprihatinkan. Orang mengatakan bahwa itu adalah tempat kegelapan,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.

“Ketika pejabat pemerintah ingin pergi ke sana, mereka harus membawa polisi bersenjata berjumlah empat hingga lima orang, barulah dapat memasuki kawasan ini dengan aman,” kata relawan Tzu Chi lainnya.

Lihatlah, ada kehidupan seperti itu di Sabah, Malaysia. Mereka tak berdaya karena tidak berkewarganegaraan. Mereka berasal dari Filipina dan Indonesia. Akibat kehidupan yang sulit, mereka pindah ke tempat ini tanpa kewarganegaraan. Mereka telah hidup di sana selama beberapa generasi. Lihatlah, sekelompok anak ini lahir di lingkungan seperti itu. Berkat jalinan jodoh, insan Tzu Chi mengetahui tempat yang disebut sebagai "kawasan hitam" itu. Mengapa disebut "kawasan hitam"? Karena di sana penuh kegelapan dan kehidupan mereka seakan tidak memiliki masa depan.

Orang dari luar tidak ada yang berani pergi ke sana. Mereka tidak memiliki cara untuk keluar dari tempat itu dan anak-anak mereka tidak dapat menerima pendidikan. Generasi demi generasi terus hidup dalam kondisi demikian. Mereka tidak memiliki harapan. Insan Tzu Chi terus berjalan langkah demi langkah untuk memasuki tempat itu dengan hati-hati. Melihat hal itu, tadi pagi saya terus memikirkan bagaimana cara insan Tzu Chi pergi ke sana.


Saya terpikir bahwa 10 tahun yang lalu, saya mengimbau insan Tzu Chi Malaysia untuk menggalang satu juta Bodhisatwa dan membawa semangat Bodhisatwa untuk terjun ke daerah-daerah yang penuh penderitaan. Inilah yang saya katakan 10 tahun yang lalu kepada insan Tzu Chi Malaysia yang kembali ke Griya Jing Si, Hualien, yakni menggalang satu juta Bodhisatwa.

“Setelah menerima sumbangan dari orang-orang di sana, kami sangat tersentuh dan menjadi lebih aktif lagi untuk menggalang cinta kasih Bodhisatwa di sana. Saat ini, ‘kawasan hitam’ telah berubah menjadi ‘kawasan Bodhisatwa’. Terima kasih karena Master telah memberikan hadiah yang besar untuk kami. Murid Master akan selalu menjalankan misi,” kata Luo Zhen-ai relawan Tzu Chi Malaysia.

Saya sungguh berterima kasih kepada relawan dari Malaysia yang sangat mendengarkan saya. Setelah mendapatkan kasus itu, mereka kembali ke sini. Mereka sungguh menghormati saya. Mereka baru akan pergi ketika saya menyetujuinya. Saya berkata bahwa tempat itu sangat berbahaya. Ketika melihat penderitaan, saya sungguh berharap ada yang dapat membantu.

Namun, setelah mendengar kondisi di sana bahwa mereka menolak orang luar untuk datang dan tempat itu penuh kejahatan, saya sungguh khawatir. Namun, cinta kasih dapat menghilangkan kegelapan. Saya sungguh berharap orang-orang di sana dapat terselamatkan dan melihat cahaya harapan yang kita berikan. Namun, karena kampung itu sangat berbahaya, saya tetap merasa sungguh khawatir.


Seorang relawan lansia berkata, "Master, tenanglah, saya ingin pergi." Dia adalah orang pertama yang bertekad untuk pergi. Dengan kesediaan dan rasa percaya diri, mereka pergi membawa bantuan. Akhirnya, relawan Tzu Chi Sabah dan para pengusaha mulai memperhatikan kawasan tersebut dengan membantu anak-anak menerima pendidikan dan membawa bantuan bagi mereka yang kurang mampu. Relawan dan pengusaha merangkul mereka dengan cinta kasih.

Belakangan ini, saya sering mengatakan bahwa hendaklah kita memperpanjang jalinan kasih sayang dan memperluas cinta kasih agung. Kita harus menggunakan kasih sayang yang tulus untuk mengubah pandangan mereka terhadap orang luar. Hendaklah kita semua bersungguh hati. Akhirnya, kita berhasil menginspirasi anak-anak di sana walaupun harus menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Kita bahkan harus sangat waspada ketika berkunjung ke sana.

“Pusat pembelajaran berada di atas bukit, sedangkan rumah mereka berada di kaki bukit. Setiap hari, ketika memasuki tempat ini, kami melihat jalan yang dipenuhi dengan sampah. Jadi, kami berpikir bahwa membimbing mereka mulai dari pelestarian lingkungan seharusnya lebih bermanfaat,” kata Lim Sat Chu relawan Tzu Chi.

“Perasaan aku hari ini, macam semangat. Sebab di sekitar kampung aku semuanya bersih. Aku akan kasih tahu dorang kita semula itu satu kebaikan, sebab itu boleh diguna, jadi bukan dibuang,” kata Diana Murid.      


Dari anak-anak itu, kita dapat melihat bahwa manusia pada dasarnya bersifat baik. Ada harapan bagi anak-anak di sana. Berhubung mereka bersedia menerima pendidikan, kita akan menggenggam tangan mereka untuk berjalan langkah demi langkah dan menautkan hati dengan mereka.  Ketika mereka bersedia mengulurkan tangan, kita akan menggenggam tangan mereka dengan hangat untuk membawa ketenangan bagi mereka.  Dengan uluran tangan insan Tzu Chi, anak-anak itu dapat menerima pendidikan dan kondisi kehidupan mereka perlahan-lahan berubah.  

“Kakek Guru, kami telah tumbuh dewasa.  Berkat pendidikan yang kami terima, kami semua memiliki pekerjaan yang baik.  Terima kasih, Master. Kami mengasihi Anda,” kata Roshane, alumnus Pusat Pembelajaran Tawau.

“Kami mendoakan semoga Kakek Guru sehat selalu. Terima kasih,” kata Abdul, alumnus Pusat Pembelajaran Tawau.

“Kami semua mengasihi Anda.”

Lihatlah bagaimana anak-anak itu mengucapkan terima kasih. Berkat pendidikan yang mereka terima, mereka memiliki pekerjaan yang baik. Kehidupan mereka telah berubah. Inilah yang saya katakan belakangan ini tentang mengubah kehidupan.    

Jutaan Bodhisatwa menjaga orang-orang menderita  
Memiliki keyakinan, tekad, dan praktik untuk memasuki "kawasan hitam"  
Jalinan kasih sayang penuh cinta dapat mengatasi rintangan  
Pendidikan mengubah kegelapan menjadi kecemerlangan    

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Januari 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 02 Februari 2023
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -