Ceramah Master Cheng Yen: Memperpanjang Jalinan Tzu Chi dengan Kebajikan dan Cinta Kasih

“Master, selamat pulang kembali. Apa kabar, Master? Beri hormat kepada Master,” ucap seorang relawan.
Dalam perjalanan tadi, saya melihat turun hujan lebat. Saya berpikir untuk meminta mereka menghubungi kalian agar jangan keluar rumah.

“Kami sudah keluar rumah pagi-pagi sekali,” jawab seorang relawan.
Kalian sudah keluar rumah pagi-pagi? Baiklah.

Saya sering meminta murid monastik saya untuk mewaliki saya berterima kasih kepada kalian. Jika tanpa para Bodhisatwa dunia ini, maka hari ini tidak ada Tzu Chi yang bersumbangsih bagi semua orang dan dunia. Karena itu, saya memberi tahu mereka untuk mengucapkan terima kasih.Saat kalian pulang ke Griya Jing Si, bukankah mereka selalu mengucapkan terima kasih kepada kalian?

Ya, bukan? (Ya).  

Kita adalah guru dan murid. Saya berharap Dharma dapat meresap ke dalam tulang kita. Saya berbagi Dharma dengan kalian. Kalian harus bersungguh-sungguh mempraktikkan Dharma dalam keseharian dan membawa manfaat bagi dunia. Semangat saya sekarang masih sama dengan dahulu. Kasih sayang kalian terhadap saya dan semangat kalian dalam menjalankan misi Tzu Chi haruslah sama dengan dahulu. Kita harus bersama-sama bersumbangsih bagi semua orang di dunia.

Kita dapat melihat buletin Tzu Chi Taiwan yang pertama. Dari buletin pertama itu kalian dapat melihat catatan donasi orang sebesar 5 dolar atau 10 dolar NT per bulan. Dengan himpunan dana kecil itulah Tzu Chi berdiri. Di bulan pertama Tzu Chi berdiri, saya membantu seorang nenek. Kisah Nenek Lin Zeng itu juga ada di dalam buletin Tzu Chi edisi pertama. Di bulan itu, saya memberinya bantuan sebesar 300 dolar NT. Dana bantuan itu berasal dari himpunan donasi sebesar 5 hingga 15 dolar NT. Intinya, dengan himpunan donasi kecil itulah, Tzu Chi berdiri di Taiwan.

Saat terjadi bencana kecil atau besar, pernahkah Tzu Chi tak menyalurkan bantuan? Bahkan kini Tzu Chi telah menginjakkan kaki ke lebih dari 90 negara. Inilah semangat Tzu Chi dan kekuatan cinta kasih. Relawan Tzu Chi luar negeri juga menggunakan sumber daya di tempat masing-masing untuk membantu warga di tempat mereka. Akan tetapi, mereka memberikan jasanya kepada Tzu Chi di Taiwan. Sungguh, permata Taiwan adalah kebajikan dan cinta kasih para warganya. Saya berharap kalian dapat menghargai dan mendukung Tzu Chi.

Kini satu-satunya cara untuk menyelamatkan bumi adalah dengan cara menyucikan hati manusia. Semoga setiap orang dapat sungguh-sungguh kembali pada pola hidup sederhana dan berusaha untuk bervegetaris. Ini merupakan cara terbaik untuk melestarikan lingkungan. Ada banyak hal yang tak sempat saya ceritakan kepada kalian. Karena itu, saya berharap kalian dapat mempelajari sejarah Tzu Chi. Jika sering menggunakan perangkat elektronik, kalian dapat membaca tentang sejarah Tzu Chi. Semoga kalian dapat lebih banyak mendengar Dharma, berbagi Dharma, dan mewariskan Dharma.


Paham? (Paham)
Baik. Terima kasih.
“Master, kami mengasihi Master. Master, lebih seringlah pulang ke sini,” kata relawan.
Saya sudah setengah tahun tidak keluar. Meski saya tidak keluar, tetapi saya yakin kalian mendengar ceramah saya setiap hari dan menyerapnya ke dalam hati.
Ada tidak? (Ada)
Adakah kalian mempraktikkannya dalam keseharian? (Ada)

Kalian harus membuka hati. Untuk itu, dalam keseharian, kita membutuhan Dharma. Dengan memiliki Dharma, maka secara alami banyak hal yang berjalan tak sesuai keinginan akan terselesaikan. Asalkan memiliki Dharma di dalam hati, maka saat bertemu masalah, kita dapat segera mengatasinya. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus memiliki Bodhisatwa Avalokitesvara di dalam hati. Untuk mengurangi penderitaan dan menciptakan berkah, maka inilah yang harus kita lakukan.

Saat mendengar Dharma, sesungguhnya kita tengah mendengar semua ajaran Buddha. Buddha mengajarkan kepada kita bagaimana cara menjadi Bodhisatwa Avalokitesvara. Bodhisatwa Avalokitesvara bukanlah rupang untuk kita sembahyangi. Di manakah Bodhisatwa Avalokitesvara berada? Di dalam hati. Di dalam hati semua orang. Kita harus senantiasa mendengar Dharma dan menyerapnya ke dalam hati. Dengan begitu, secara alami kita akan memiliki semangat Bodhisatwa Avalokitesvara di dalam hati. Untuk itu, kita harus bersungguh hati.

Tadi pagi, saya berangkat dari Taoyuan. Di Hsinchu, saya bertemu dengan banyak Bodhisatwa. Di sana ada banyak Bodhisatwa daur ulang, Bodhisatwa lansia, Bodhisatwa senior, dan lain-lain. Mereka semua datang ke Aula Jing Si Hsinchu untuk berbagi pengalaman dengan saya. Intinya, mereka berbagi. Mereka membangun tekad dan ikrar luhur serta memperteguh keyakinan untuk bersumbangsih dengan penuh cinta kasih bagi masyarakat dan dunia. Meski ada beberapa relawan menderita penyakit, tetapi mereka tetap memperteguh keyakinan. Meski sangat sibuk di rumah, tetapi mereka tetap bersiteguh.


Dengan kekuatan penuh cinta kasih itu, mereka berhasil membimbing banyak orang. Dengan himpunan cinta kasih ini, kalian telah membantu menyelesaikan kesulitan banyak orang. Ini yang disebut pahala dan Bodhisatwa Avalokitesvara yang meringankan penderitaan semua makhluk.

Setiap orang dapat menjadi Bodhisatwa Avalokitesvara. Dengan memiliki Dharma di dalam hati, apa yang akan dilakukan ke depan? Kalian dapat menolong orang-orang yang menderita dengan Dharma. Dari sini terlihat bahwa kalian ada mendengar ceramah saya. Ya. Asalkan semua orang memiliki cinta kasih yang sama, maka tak peduli bagaimana kondisi masyarakat masa kini,  kita tetap memiliki jalan untuk membantu sesama. Ini semua membutuhkan cinta kasih yang tulus.

Saya sangat bersyukur melihat kompleks Tzu Chi di Miaoli yang begitu luas. Mulanya, kita berencana untuk mengembangkan tempat ini menjadi tempat pelatihan diri yang tenang, tempat pendidikan masyarakat, dan tempat untuk melakukan kebaikan. Kita memiliki banyak rencana untuk mengembangkan kompleks ini. Kini kita harus merencanakannya dengan bersungguh hati.

Saya sangat senang melihat pohon-pohon di sini. Pemandangannya sangat indah. Kini, untuk mencari tempat seperti ini bukan hal yang mudah. Karena itu, kalian harus menggunakan cinta kasih untuk melindungi tempat ini. Semoga kelak tempat ini dapat menjadi tempat ideal bagi Taiwan dan dunia internasional untuk memberikan pendidikan masyarakat dan melakukan kebaikan. Sungguh, ada banyak hal yang dapat kita lakukan.

Saudara sekalian, semoga kalian dapat memahaminya. Saya selalu sangat berterima kasih kepada kalian. Meski saya sangat jarang datang ke sini, tetap hati kalian dan hati saya selalu menyatu. Setiap orang hendaknya memiliki semangat Bodhisatwa untuk menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Saya yakin kalian dapat mencapainya.

Benar? (Benar)
Baik. Saya sangat berterima kasih.

Demikianlah kekuatan cinta kasih terus diwariskan. Saya mendoakan kalian semua semoga senantiasa hidup aman dan tenteram. Semoga kalian hidup damai setiap hari. Kalian harus menjaga kompleks ini dengan baik dan melakukan kegiatan daur ulang dengan baik. Kini pelestarian lingkungan telah menjadi isu global. Pelestarian lingkungan sangatlah penting. Kini bumi telah terluka parah. Karena itu, kita harus membangkitkan ketulusan untuk mengasihi bumi ini. Saya mendoakan kalian semua.

Bisakah kalian melakukannya? (Bisa)
Baik. Terima kasih.
Guru dan murid bersatu hati untuk mengemban tanggung jawab
Menghimpun cinta kasih untuk menyalurkan bantuan bencana
Bervegetaris dan kembali pada pola hidup sederhana untuk menyelamatkan bumi
Memiliki semangat Bodhisatwa Avalokitesvara untuk meringankan penderitaan semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Juni 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 20 Juni 2016

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -