Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Cinta Kasih Universal yang Berkesadaran
Kita turut merasakan penderitaan dan rasa sakit para korban. Kita sungguh merasa tidak tega. Sebelum malam Tahun Baru Imlek, pada saat matahari belum terbit, Taiwan diguncang gempa bumi. Pascagempa bumi kali itu, setiap orang bekerja siang dan malam demi melakukan upaya penyelamatan. Melihat setiap orang bekerja begitu keras, saya sungguh tidak tega. Sebelum matahari terbit, setiap orang sudah saling berkomunikasi untuk bertanya kabar dan lain-lain. Setelah itu, mereka saling mengajak untuk mendirikan pusat koordinasi bencana. Saya sangat berterima kasih kepada semua relawan yang tetap pergi membantu selama Tahun Baru Imlek.
Para Bodhisatwa bermunculan untuk menjalankan tugas masing-masing. Relawan Tzu Chi segera pergi ke lokasi gempa. Mobil ambulans dan tim penyelamat juga berangsur-angsur tiba di lokasi bencana. Sejak saat itu, mereka segera melakukan upaya penyelamatan dan mencurahkan perhatian. Dengan sigap, para relawan senior yang pernah ikut serta dalam bantuan gempa tanggal 21 September 1999 lalu segera menerapkan pengalaman mereka untuk membantu korban gempa di Tainan kali ini.
Selain itu, dari pengalaman saat menyalurkan bantuan bencana internasional, mereka tahu bahwa cuaca malam hari sangat dingin. Karena itu, mereka segera menyiapkan makanan hangat, camilan, sup jahe, dan lain-lain. Setiap orang menggunakan pengalaman masing-masing untuk menyalurkan bantuan. Mereka bersatu hati dan bergotong royong untuk menyalurkan bantuan. Hal yang menyentuh hati sangatlah banyak.
Kehidupan manusia tidak kekal dan bumi bersifat rentan. Ini adalah prinsip kebenaran. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menemukan dan merasakan prinsip kebenaran di sekitar kita. Bodhisatwa sekalian, kita harus setulus hati meyakini ajaran Buddha. Selain yakin, kita juga harus membangun tekad dan melakukan tindakan nyata. Ini yang disebut keyakinan, tekad, dan praktik. Kita harus meyakini ajaran Buddha. Selain yakin, kita juga harus membangun tekad dan ikrar.
Kini, pembahasan Sutra Bunga Teratai kita sudah sampai pada Bab Ramalan tentang 500 Orang Bhiksu. Buddha memuji salah seorang murid-Nya yang bernama Purna Maitrayaniputra karena murid ini sangat memahami harapan dan isi hati Buddha. Purna sangat giat mendalami ajaran Buddha. Saat mendengar satu ajaran, dia dapat memahami seribu kebenaran. Dia bahkan pergi ke tempat yang paling sulit untuk membimbing semua makhluk. Setelah mencapai tujuannya, dia segera kembali ke kelompok Sangha untuk bersungguh hati mendengar Dharma dan terus menyerap Dharma ke dalam hati. Buddha memuji Purna bukan hanya pada kehidupan itu saja, tetapi sejak berkalpa-kalpa lalu. Sejak banyak kehidupan lalu, Purna selalu membantu Buddha membabarkan Dharma. Dari sini terlihat bahwa dari kehidupan ke kehidupan, kita berjodoh dengan Buddha. Hanya saja kondisi zaman dan kebutuhan masyarakat di setiap kehidupan berbeda-beda. Pada kehidupan di zaman sekarang ini, kita membutuhkan lebih banyak Bodhisatwa dunia yang dapat bergerak cepat dan dapat bekerja sama dengan harmonis untuk menyalurkan bantuan. Bukankah ini yang kita lakukan kali ini?
Dalam penyaluran bantuan bencana kali ini, kita dapat melihat relawan Tzu Chi bersumbangsih dengan penuh semangat. Mereka berinteraksi dengan sesama dan menangani suatu hal dengan penuh ketulusan. Mereka mencurahkan perhatian dan bersumbangsih tanpa pamrih dan tanpa keakuan. Mereka hanya berfokus untuk menunaikan tanggung jawab mereka. Mereka hanya berharap orang yang menderita dapat menenangkan hati dan mengobati luka batin. Melihat orang-orang yang menderita, Bodhisatwa datang untuk menjangkau mereka. Inilah semangat Bodhisatwa. Saat para warga dalam kondisi aman dan tenteram, mereka tidak ada hubungan dengan kita. Namun, di saat mereka membutuhkan bantuan, Bodhisatwa akan datang untuk menjangkau mereka. Saat melihat orang lain menderita, kita harus menggenggam kesempatan untuk memberi bantuan. Kita harus menggenggam kesempatan untuk terjun ke tengah semua makhluk guna memberi pendampingan, berkontribusi, memberi penghiburan, dan lain-lain.
Sungguh ada banyak hal yang tak sempat saya ceritakan satu per satu. Bodhisatwa sekalian, tidaklah berlebihan menyebut kalian "Bodhisatwa" karena kalian semua mendengar Dharma dan bersedia membangun ikrar luhur. Kalian rela bersumbangsih bagi masyarakat tanpa henti dan beristirahat. Saat bersumbangsih, sesungguhnya kita juga tengah melatih diri. Inilah ladang pelatihan bagi kita. Dengan senantiasa melatih diri, kita tidak akan kehilangan keyakinan, tidak akan kehilangan kekuatan tekad, tidak akan kehilangan potensi, dan tidak akan kehilangan kemampuan untuk bekerja sama dengan harmonis. Kalian harus senantiasa bekerja sama. Semoga dunia dapat aman dan tenteram. Meski berada dalam kondisi aman dan tenteram, kita juga harus selalu berlatih diri bersama-sama. Saya sudah berusia lanjut. Selama saya masih dapat membabarkan Dharma, kalian harus menggenggam kesempatan untuk mendengarnya. Meski terkadang ajaran Buddha terdengar seperti sangat jauh dari kita, tetapi kebenaran yang sudah ada sejak berkalpa-kalpa lalu dapat terlihat di hadapan kita pada masa sekarang. Saya sering berkata bahwa kita harus memegang momen ini dan mempertahankannya hingga selamanya.
Artinya, saat timbul sebersit niat baik dan kita sudah mengatakannya, tekad ini harus menjadi misi kita seumur hidup. Tzu Chi sudah berusia 50 tahun. Jika bukan karena sebersit niat pada 50 tahun lalu maka tidak ada Tzu Chi pada hari ini. Saya mempertahankan niat baik pada saat itu hingga sekarang. Kini Tzu Chi sudah berusia 50 tahun. Dengan kerja keras selama 50 tahun ini, barulah misi kita dapat terus diwariskan hingga masa yang tak terhingga.
Merasa sedih saat mengenang kondisi pascagempa
Bodhisatwa bermunculan untuk memberikan bantuan
Bersumbangsih tanpa memiliki pamrih dan keakuan
Mempertahan cinta kasih universal yang berkesadaran
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 6 Maret 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 8 Maret 2016