Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan dan Menjalankan Tekad

Kemarin, saya melakukan telekonferensi dengan para insan Tzu Chi Dazhou, Sichuan. Sekelompok Bodhisatwa lansia tinggal di Dazhou yang berjarak 500–600 kilometer dari Chengdu. Belasan Bodhisatwa lansia ini dahulu suka pergi ke kuil. Namun, pascagempa di Wenchuan, mereka mendengar tentang Tzu Chi yang pergi ke sana untuk memberikan bantuan dan membutuhkan relawan. Mereka pun mulai berkumpul bersama dan menapaki Jalan Bodhisatwa dengan kesatuan tekad.

Sejak saat itu, 20 hingga 30 relawan bersama-sama menyewa rumah di Sichuan. Mereka melakukannya selama sekitar 3 tahun hingga Tzu Chi memiliki “rumah” di Jintang. Setelah itu, mereka mulai melindungi rumah Tzu Chi di Jintang. Mereka melindunginya dengan baik.

Saat itu mereka berusia 60-an tahun. Kini mereka telah berusia 70-an tahun. Selama belasan tahun ini, mereka terus melindungi rumah Tzu Chi. Hingga kini, mereka masih sangat tekun melatih diri. Mereka selalu mengikuti ceramah pagi saya dan pertemuan pagi relawan tanpa melewatkan satu hari pun selama belasan tahun ini. Mereka sungguh merupakan murid saya yang baik.

Namun, tidak ada yang bisa menghindari hukum alam. Relawan Xiangzhen sudah berusia 72 tahun. Perjalanan dari rumahnya ke rumah Tzu Chi di Jintang butuh waktu 12 jam. Pertama-tama, dia harus berjalan kaki dari rumahnya ke halte bus untuk naik bus. Kemudian, dia harus naik kereta api, lalu naik bus lagi agar bisa tiba di rumah Tzu Chi. Perjalanan butuh waktu sekitar 12 jam.

 

“Master selalu berkata bahwa kita harus bersumbangsih secara nyata. Saya merasa bahwa itulah yang saya lakukan. Saya akan bersumbangsih dan menggenggam waktu yang ada,” kata Li Xiangzhen, relawan Tzu Chi.

Mereka tidak takut pada jarak yang jauh dan tetap kembali ke rumah Tzu Chi. Dari rumah pribadi, mereka kembali ke rumah Tzu Chi. Dia bolak-balik menempuh jarak yang jauh selama belasan tahun. Pada bulan April, dia mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Dia terjatuh ke sebuah selokan. Ini sungguh mendatangkan dukacita dan membuat semua insan Tzu Chi di sana merasa kehilangan.

Mendengar kabar kepergiannya, para relawan tidak takut pada jarak yang jauh dan pergi ke rumahnya untuk mencurahkan perhatian. Dia sungguh merupakan saudara se-Dharma yang baik. Setiap orang merasa kehilangan dan mengadakan acara untuk mengenangnya dengan tertib. Jika dia tidak bergabung dengan Tzu Chi dan hanya hidup di pedesaan terpencil, bukankah kehidupannya akan bagai setetes embun pada rumput yang hilang tanpa meninggalkan apa pun?

Namun, dia adalah sebutir mutiara. Saat mutiara ini hilang, ada banyak orang yang menyayangkannya. Demikianlah kehidupan yang bermakna, berbeda dengan kehidupan orang yang menyia-nyiakan waktu. Dengan tidak menyia-nyiakan waktu, nilai kehidupan seseorang akan meningkat. Jadi, setiap orang mengenangnya. Inilah yang saya dengar kemarin. Saya memujinya sekaligus merasa kehilangan.

 

Saya juga melihat sekelompok relawan yang telah berusia 70-an tahun. Mereka menyanyikan cinta kasih dan rasa hormat mereka terhadap saya serta menunjukkan betapa mereka menghargai jalinan jodoh kami.

Di Desa Kangle nan jauh

Master yang saya hormati dan kasihi

Mengkhawatirkan semua makhluk

Kenangan masa lalu sulit dilupakan

Master telah memberi saya banyak cinta kasih

Menghapus air mata dari wajah saya

Membawa kehangatan bagi hati saya yang rapuh

Jalinan kasih sayang dan cinta kasih universal Master

Itulah yang saya rindukan hingga kini

(Bodhisatwa lansia Dazhou menyanyikan lagu karangan sendiri,

“Jalinan Kasih Sayang dan Cinta Kasih Universal Master”)

Sungguh, mereka semua adalah Bodhisatwa yang saya kasihi. Kemarin, mereka berkata bahwa akibat pandemi kali ini, sulit bagi mereka untuk kembali ke Griya Jing Si. Saya berkata pada mereka, “Setelah pandemi berlalu, segeralah kembali. Kalian tetap bisa kembali dan menemui saya. Ini tidaklah sulit.” Asalkan memiliki jalinan jodoh yang mendalam, tidak perlu takut terlambat.


Kita juga melihat kaum muda. Dahulu, kita mengadakan baksos kesehatan dan serangkaian pembagian bantuan di Sichuan. Berhubung warga setempat menggunakan dialek setempat, dokter yang akan memeriksa pasien tidak memahami ucapan mereka. Karena itu, ada sekelompok anak yang membantu menerjemahkan. Sebagian relawan cilik saat itu, kini telah menjadi dokter. Lewat telekonferensi, mereka berbagi bahwa mereka turut menggalakkan vegetarisme.

Di rumah sakit tempat mereka bekerja, mereka juga menyosialisasikan vegetarisme kepada para dokter dan perawat. Mendengar dan melihat hal ini, saya sangat terhibur. Pelajaran besar membuat orang-orang mengubah pola hidup. Untuk hidup bahagia, manusia tidak harus mengonsumsi daging. Dengan bervegetaris, kita tetap bisa hidup bahagia, damai, dan tenang. Saya sangat bersyukur.

Berkat telekonferensi, saya bisa melihat semakin luas dan menyadari bahwa saya memiliki begitu banyak murid yang baik. Ini memberikan dukungan dan semangat besar bagi saya. Terima kasih, Bodhisatwa sekalian.

Menempuh jarak yang jauh demi menapaki jalan menuju kesadaran
Mempertahankan dan menjalankan tekad
Silsilah Dharma Jing Si mempererat jalinan jodoh dan menyatukan hati
Bervegetaris demi melindungi kehidupan mendatangkan kebahagiaan dan kedamaian

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Juni 2020  
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 3 Juni 2020
Berlombalah demi kebaikan di dalam kehidupan, manfaatkanlah setiap detik dengan sebaik-baiknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -