Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Ikrar dan Mewariskan Ajaran Kebajikan


Saat ini, kita semua berkumpul dalam telekonferensi ini. Saya telah mendengar kisah dari setiap Bodhisatwa. Semuanya telah meneruskan kekuatan cinta kasih tanpa henti. Seumur hidup ini, sejak Tzu Chi dimulai dari 50 sen hingga hampir 60 tahun seperti saat ini, hati saya tidak berubah. Hati dan pikiran saya hanya tertuju pada semua makhluk di dunia.

Guru saya mengajarkan untuk melayani demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk. Hingga kini, Tzu Chi sudah berjalan selama hampir 60 tahun. Ketika mendengar tentang berbagai peristiwa di dunia dan orang-orang yang menderita setiap hari, saya sungguh sedih. Sungguh banyak orang yang membutuhkan bantuan darurat hingga tak terhitung jumlahnya. Beruntung, insan Tzu Chi tidak hanya bergerak membawa bantuan, melainkan juga menginspirasi para warga, menggalang Bodhisatwa, dan membangkitkan cinta kasih. Dengan tetes-tetes cinta kasih dan kekuatan, semua orang mengerahkan hati dan tenaga bagaikan tetes demi tetes embun manis.

Sejak awal, kita selalu menghargai tetes demi tetes sumbangsih dari setiap orang. Apa pun yang harus dilakukan, akan kita lakukan dengan semangat misi. Baik bantuan kebutuhan hidup, bantuan darurat, maupun bantuan medis, kita telah menjalankan semuanya. Jadi, jika bukan karena tetes demi tetes cinta kasih dan sumbangsih, dari mana kita memiliki kekuatan tersebut? Ini semua dimungkinkan karena adanya orang-orang yang mengerahkan kekuatan cinta kasih.


Prinsip kebenaran yang ada di dunia ini tak lepas dari ketulusan, cinta kasih, dan sumbangsih tanpa pamrih. Kita telah melakukannya selama 57 tahun, 58 tahun, bahkan hingga hampir 60 tahun. Saat ini, Tzu Chi telah memasuki tahun ke-58. Selama bertahun-tahun ini, semuanya telah sungguh-sungguh meneruskan estafet cinta kasih tanpa henti. Misalnya, kisah yang dibagikan oleh Guru Zhu dari Kaohsiung. Beliau membahas tentang bagaimana ketika pascabencana banjir 8 Agustus 2009, Asosiasi Guru Tzu Chi Kaohsiung dan Pingtung pergi ke Perumahan Cinta Kasih Shanlin dan membuka kelas bimbingan.

“Berkat jalinan jodoh, pada tanggal 10 Maret 2010, tim misi pendidikan Kaohsiung membuka kelas bimbingan di Shanlin. Kemudian, kami melihat bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua tunggal atau dibesarkan oleh kakek dan nenek, akan berjalan-jalan di sekitar perumahan setelah pulang sekolah. Agar anak-anak memiliki ruang untuk mengerjakan tugas, pada bulan Oktober 2014, kami membuka kelas bimbingan di malam hari,” kata Zhu Yan-lun Guru dari Asosiasi Guru Tzu Chi Kaohsiung.

“Master, Anda mengatakan bahwa pendidikan tidak boleh terbatas pada buku dan pendidikan dapat diberikan dalam bentuk apa pun selama esensinya adalah cinta kasih yang tulus. Kehidupan ini begitu singkat. Berkat jalinan jodoh, kami dapat bertemu dengan para siswa dari tahun ke tahun. Kami berharap mereka dapat menjadi bagaikan pohon yang tumbuh dan bertunas di tempat ini. Master, Anda pernah berkata bahwa meski metode di jalan Buddha begitu banyak, Empat Pikiran Tanpa Batas adalah dasarnya. Tim pendidik Kaohsiung berikrar untuk membina insan berbakat dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin,” pungkas Zhu Yan-lun.


Semua insan Tzu Chi senantiasa bersumbangsih dengan ikhlas tanpa pamrih dan penuh dengan sukacita Dharma. Saya melihat Asosiasi Guru Tzu Chi Kaohsiung terdiri atas guru-guru dari Qishan, Shanlin, dan Meinong. Meski semuanya telah lanjut usia, hingga saat ini pun mereka tidak beristirahat dan tetap memperkenalkan Tzu Chi sehingga semangat Tzu Chi dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Saya bersyukur karena relawan Tzu Chi sejak dahulu hingga saat ini tetap sama. Tzu Chi diwariskan dari generasi ke generasi. Saya berterima kasih kepada para Bodhisatwa Tzu Chi di seluruh dunia yang selalu meneruskan estafet cinta kasih. Kita akan menjalankan misi Tzu Chi hingga tarikan napas terakhir.

Saat ini, saya memiliki sekelompok Bodhisatwa cilik. Dahulu, mereka memanggil saya "Master". Saat ini, mereka memanggil saya "Kakek Guru". Begitulah cara relawan kembali di kehidupan selanjutnya untuk terus mewariskan semangat Tzu Chi. Kita harus yakin bahwa kita akan berjalan di Jalan Bodhi dari kehidupan ke kehidupan. Saya berharap semuanya dapat menyebarkan Dharma dengan sepenuh hati. Saya berterima kasih kepada semua relawan.

Saya juga berterima kasih kepada relawan dari Singapura dan Malaysia yang telah pergi ke tanah kelahiran Buddha dan tinggal di sana. Dalam pementasan adaptasi Sutra Makna Tanpa Batas, bukankah kalimat terakhir berbunyi, "Berdiam di tanah Buddha?" Sutra Makna Tanpa Batas mengatakan bahwa kita harus mempertahankan ikrar dan menyucikan tanah Buddha. Bukankah kita tengah menjalankan hal ini? Inilah yang dilakukan oleh relawan Singapura dan Malaysia.


Kita tidak dapat melakukan segala sesuatu seorang diri, kita memerlukan kelompok. Relawan Tzu Chi membentuk kelompok untuk meneruskan estafet cinta kasih dan pergi ke tanah kelahiran Buddha untuk menyucikan dan menjaga tempat itu. Bagaimana cara kita membawa manfaat bagi tanah kelahiran Buddha? Dengan membangun harapan bagi pendidikan di sana dan menginspirasi warga untuk bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Hendaklah semuanya mewakili saya untuk menyebarkan ajaran Buddha dan semangat Tzu Chi hingga dapat dipraktikkan di seluruh dunia.

Terima kasih atas kekuatan cinta kasih kalian semua. Saya telah melihat betapa rapi dan tertibnya kalian. Tidak heran jika saat kalian pergi ke pedesaan, semua orang sangat menghormati kalian dan ingin tahu dari mana kalian berasal. Kalian telah memperkenalkan Tzu Chi, menjelaskan bahwa semangat Tzu Chi kalian bermula dari Hualien, dan mengapa kalian ingin menyebarkan Dharma.

Hendaklah semuanya menapaki Jalan Bodhisatwa dengan langkah yang mantap dan mewariskan semangat Buddha. Saya berharap semuanya dapat menyebarkan Dharma dengan sungguh-sungguh. Namun, kalian juga harus membuat hati saya tenang dengan menjaga keselamatan diri. Kalian harus menjaga diri sendiri saat menyebarkan Dharma dan membawa manfaat di tanah kelahiran Buddha. Inilah yang ingin saya katakan. 

Memperhatikan semua makhluk dan bersumbangsih demi ajaran Buddha
Memiliki semangat misi berlandaskan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin
Mempertahankan ikrar dan mewariskan ajaran kebajikan
Menyucikan dunia ini dan menapaki Jalan Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 09 Juli 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 11 Juli 2023
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -