Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Ikrar dengan Melindungi Dharma dan Mempraktikkan Kebajikan


Bagaimana mungkin saya tidak bersyukur? Saya sangat bersyukur. Kali ini, di hadapan saya terlihat sekelompok relawan yang berkumpul kembali. Lebih dari tiga puluh tahun yang lalu, kalian semua masih begitu muda. Kini, setelah lebih dari tiga puluh tahun berlalu, meskipun masih berada di usia produktif, tetapi kalian telah mendekati usia lanjut. Meski usia kita sudah tidak muda lagi, tetapi ikrar kita tidak akan pudar.

Saya mendengar kabar bahwa demi menjaga Rumah Sakit Tzu Chi Taipei, para Bodhisatwa kita membantu melakukan pembersihan dan pengecatan. Meskipun para Bodhisatwa kita tidak ahli dalam mengecat, tetapi semua dapat dilakukan jika memiliki tekad. Para relawan kita mengerjakannya secara langsung dengan cinta kasih yang tulus. Saya yakin mereka semua melakukannya dengan cinta kasih yang tulus dan bersyukur satu sama lain. Dengan bersyukur satu sama lain, saat misi dituntaskan, kita akan dipenuhi sukacita dalam Dharma.

Kita bisa melihat sekelompok besar anggota Tzu Cheng yang membentuk barisan panjang. Apa yang saya lihat membuat saya merasa terharu. Saya juga mendengar para anggota Tzu Cheng menyanyikan sebuah lagu di sana yang membuat saya merasakan indahnya ketulusan.

Lebih dari seribu Bodhisatwa ini bekerja tanpa diupah. Meski kita hendak memberikan upah, tetapi merekrut begitu banyak orang juga tidaklah mudah. Di antara mereka, ada yang merupakan pedagang atau pengusaha. Jika membayar upah sesuai taraf mereka, pasti akan membutuhkan biaya yang besar. Karena itu, saya sungguh sangat bersyukur. Rasa syukur ini amat dalam hingga sulit diungkapkan.


Saya berharap semangat Tzu Cheng dapat diwariskan hingga selamanya dan kita dapat merekrut anggota Tzu Cheng dari generasi ke generasi. Dengan demikian, Tzu Chi bisa bertahan selamanya. Agar Tzu Chi bisa bertahan selamanya, kita harus terus memperpanjang barisan Tzu Cheng dan komite.

Sebagai guru dan murid, kita berjanji untuk bergabung dalam barisan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Sesungguhnya, seperti yang dapat kita lihat bahwa kita hidup di era yang penuh pergolakan. Saya sering berkata bahwa kita yang hidup tenteram hendaknya makin tulus. Kita hendaknya berdoa dengan tulus semoga iklim dapat bersahabat dan manusia dapat hidup bersama dengan harmonis. Ini sangatlah penting.

Dengan mewujudkan masyarakat yang harmonis, secara alami empat unsur alam akan selaras. Ini sungguh sangat penting. Ini bergantung pada pikiran setiap orang. Sebenarnya, setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Artinya, setiap orang dapat meneladan hati Buddha.

Di Tzu Chi, semua orang menuju arah yang bajik. Memiliki kebajikan, cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin berarti meneladan hati Buddha. Jika setiap orang meneladan hati Buddha, tentu dunia ini akan tenteram. Jika dunia ini tidak lagi tenteram, harta kekayaan sebanyak apa pun bisa lenyap dalam semalam. Jadi, kekuatan alam sangatlah besar. Ketenteraman adalah berkah terbesar.


Di negara mana pun kita berada, kita harus bekerja sama dengan harmonis dan bersumbangsih dengan keseimbangan batin. Contohnya Bodhisatwa sekalian yang telah menyumbangkan tenaga dan dana selama 30 tahun lebih. Yang terpenting, kalian juga merendahkan hati dan bersumbangsih tanpa pamrih.

Saya selalu mendengar kalian mengucap syukur. Setiap kali menjalankan misi dan bersumbangsih, kalian selalu berkata, "Terima kasih atas kesempatan untuk berbuat baik yang telah Master berikan. Kami bersyukur kepada Master yang mendirikan Tzu Chi." Ini adalah ucapan yang indah dan tulus.

Kalian mengerahkan segenap tenaga untuk bersumbangsih dan bersyukur dengan tulus. Karena itu, saya juga sangat bersyukur. Kalian telah menciptakan berkah bagi dunia dan berdoa dengan tulus demi ketenteraman dunia.

Berdasarkan ajaran Buddha, era kita ini disebut era kemunduran Dharma. Era kemunduran Dharma adalah era di mana moralitas makin bobrok dan ketamakan makin besar. Saat ketamakan makin besar, maka kita akan makin tidak tahu berpuas diri. Jadi, meski sudah mendapat nilai 9, kita tetap merasa kurang karena tidak mendapat nilai 10. Inilah ketamakan yang membuat kita selalu merasa kekurangan dan tidak tahu berpuas diri. Semua ini adalah noda batin yang diakibatkan oleh kegelapan batin. Karena itu, kita harus melatih diri hingga memiliki hati yang murni dan mengenal rasa puas.

Orang yang tahu berpuas diri adalah orang terkaya. Di Tzu Chi terdapat banyak orang seperti ini. Mereka tahu berpuas diri dan memiliki kekayaan batin yang berlimpah sehingga bersedia untuk bersumbangsih.


Dalam hidup ini, yang tidak dapat saya relakan hanya satu, yaitu sekelompok murid yang penuh perhatian ini. Ini adalah perasaan saya yang sesungguhnya. Saya sering teringat akan murid-murid saya yang selalu bersumbangsih tanpa pamrih bagi dunia dan menyimpan rasa syukur di hati. Inilah yang paling benar, bajik, dan indah di dunia ini. Sungguh ada banyak hal yang perlu disyukuri.
Semoga kekuatan ikrar kita dapat bertahan dari kehidupan ke kehidupan. Ingatlah selalu pada jalinan jodoh kalian dengan saya di kehidupan ini. Saya yakin jalinan jodoh kita ini telah terjalin sejak kehidupan lampau. Jika tidak, kita tidak akan berhimpun di sini hari ini. Kita pasti memiliki jalinan jodoh. Janganlah lupa untuk selalu bertekad untuk berbuat baik dari kehidupan ke kehidupan. 

Melihat ketulusan dan keindahan para anggota Tzu Cheng
Mengerahkan kekuatan tim untuk berbuat baik
Melenyapkan ketamakan dalam hati dengan giat bersumbangsih
Mempertahankan ikrar dan jalinan jodoh antara guru dan murid   

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 26 April 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto, Felicia
Ditayangkan Tanggal 28 April 2023
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -