Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Kebenaran, Kebajikan, dan Keindahan Budaya Humanis

Waktu berlalu dengan sangat cepat. Tahun demi tahun terus berlalu. Tahun yang baru akan segera tiba. Karena itu, kita harus bersungguh-sungguh menggenggam waktu. Di dunia ini, terdapat ketentuan tentang waktu. Satu menit terdiri atas 60 detik dan satu hari terdiri atas 24 jam. Seperti inilah waktu ditentukan. Usia kita di dunia ini juga telah ditentukan.

Kita bisa melihat Relawan Tang yang merupakan murid saya yang baik. Dia masih sangat cekatan meski telah berusia 90 tahun. Sebelumnya, saat saya datang ke Pingtung pada pertengahan tahun, sekitar bulan Juni atau Juli, dia masih terlihat sangat sehat. Sesungguhnya, saat itu, kondisi kesehatannya sudah tidak begitu baik. Rasa tidak nyaman di perutnya ternyata adalah kanker lambung.

Pagi ini, dia datang menemui saya. Dia sangat cermat. Agar tidak melupakan apa yang ingin dikatakannya, dia pun mengetiknya dan membacakannya kata demi kata. Dia terus berkata bahwa dia tidak mengendalikan nafsu makannya terhadap makanan yang hendaknya tidak dimakan. Dia merasa sangat bersalah pada saya karena tidak menjaga kesehatan diri sendiri. Saya sangat sedih mendengarnya.

Namun, kehidupan setiap orang merupakan sebuah sejarah. Jika kita mencatat apa yang kita lakukan, maka kita bisa meninggalkan sejarah hidup kita. Jika kita tidak mencatatnya dengan baik maka hidup kita akan berakhir tanpa meninggalkan jejak. Karena itu, saya selalu bersyukur kepada para relawan dokumentasi. Mereka berbicara lewat kamera dan melakukan dokumentasi dengan artikel ataupun rekaman video.

Contohnya Relawan Tang. Sejak bergabung dengan Tzu Chi, dia sangat tertarik pada fotografi. Dia juga sangat tekun mempelajari komputer. Dia telah berusia 90 tahun. Kita harus mendoakannya semoga dia bisa bersumbangsih lebih lama lagi. Dia masih sangat bersemangat dan pikirannya masih sangat jernih. Namun, hidup manusia tidak luput dari lahir, tua, dan sakit yang merupakan hukum alam. Tidak ada satu orang pun yang bisa menghindarinya.

Jadi, hidup manusia penuh dengan penderitaan. Karena itu, kita harus mawas diri dan menggenggam waktu dengan baik. Kita juga melihat ciri khas insan Tzu Chi Pingtung. Bimbingan yang diberikan kepada narapidana telah membuahkan hasil. Lewat kegiatan bedah buku dan pementasan adaptasi Sutra, relawan kita membawa Dharma ke dalam lembaga pemasyarakatan sehingga para narapidana dapat menyadari kesalahan mereka di masa lalu dan memulai hidup baru.

Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, mereka dapat menenangkan hati dan membedakan yang benar dan salah. Beberapa mantan narapidana telah dilantik menjadi relawan. Salah seorang di antara mereka mempersembahkan teh kepada orang tuanya setiap hari. Saat bertemu dengannya kali ini, saya bertanya, “Mengapa ibumu tidak datang?” Dia menjawab bahwa ibunya telah meninggal dunia.

Saat berada dalam kondisi kritis, ibunya masih merindukan saya. Ibunya juga sangat bersyukur dan tersenyum setiap hari. Ibunya dipenuhi sukacita karena dia terus berada di sisi ibunya. Karena itu, dia sangat bersyukur. Sesungguhnya, ibunya hendaknya bersyukur pada relawan yang pergi ke lembaga pemasyarakatan untuk membimbingnya dengan sepenuh hati.

Setelah dia keluar dari lembaga pemasyarakatan, juga ada sekelompok relawan yang mendampinginya sehingga dia bisa memperbaiki seluruh tabiat buruknya serta bersiteguh menuju arah yang benar dan tidak kembali ke jalan yang salah. Dia juga bertekad dan berikrar untuk pergi ke lembaga pemasyarakatan guna membimbing orang lain.

Karakternya sudah sangat stabil. Inilah ciri khas insan Tzu Chi Pingtung. Para relawan kita akan terus melakukannya untuk membantu lebih banyak orang memulai hidup baru. Saya yakin kisah tentang orang-orang yang memperbaiki diri dan memulai hidup baru akan ada lagi. Pahala mereka sungguh tak terhingga. Tzu Chi telah memasuki usia ke-51 tahun. Tema kita tahun ini adalah memupuk berkah: (dalam sebutir beras terhimpun cinta kasih sepanjang masa), (Membina kebijaksanaan: dalam hal terkecil pun terkandung Dharma yang mengubah kehidupan).

Dalam sebutir beras terhimpun cinta kasih sepanjang masa. Kita harus ingat bagaimana perjalanan Tzu Chi dari masa-masa awal hingga sekarang. Saat itu, banyak orang yang mendonasikan 50 sen per hari atau 5, 10, dan 20 dolar NT per bulan. Setiap donasi bagaikan butiran padi. Karena itulah, saya sering berkata bahwa butiran padi bisa memenuhi lumbung dan tetesan air bisa membentuk sungai. Saya sering berkata seperti ini.

Dengan himpunan dana-dana kecil, kita bisa menolong banyak orang. Jadi, janganlah kita meremehkan dana-dana kecil. Yang kita utamakan bukanlah dana yang terhimpun, melainkan niat baik setiap orang. Harapan saya adalah menyucikan hati manusia. Saat seorang donatur menyerahkan donasinya, dia telah membangkitkan niat baiknya. Yang paling saya utamakan adalah niat baik ini, karena niat baik ini dapat menciptakan berkah bagi mereka.

Bodhisatwa sekalian, saat itu, Tzu Chi tidak memiliki apa-apa. Dari donasi sebesar 50 sen per hari atau lima dolar NT per bulan, kita bisa memulai misi amal kita. Tzu Chi bisa terus berkembang hingga kini karena relawan kita terus bertambah sehingga kekuatan cinta kasih yang terhimpun semakin besar. Dengan begitu, kita bisa membantu banyak orang di seluruh dunia.

Dengan begitu banyak relawan, akan terhimpun kekuatan cinta kasih yang tak terbatas untuk mempraktikkan Dharma yang tak terhingga guna membimbing makhluk yang tak terhingga. Tahun demi tahun terus berlalu. Saya berharap kita tidak menyia-nyiakan hidup kita. Kita harus melakukan hal yang bermakna setiap hari. Hidup di dunia ini, menjadi penyelamat dalam hidup orang lain sangatlah penting. Inilah yang disebut Bodhisatwa dunia.

 

Memanfaatkan waktu dengan baik agar tidak ada penyesalan

Mempertahankan kebenaran, kebajikan, dan keindahan budaya humanis

Mantan narapidana kembali ke jalan yang benar dan membangkitkan ikrar agung

Himpunan tetes demi tetes cinta kasih membentuk kekuatan yang tak terhingga

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 Desember 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 6 Desember 2016

Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -