Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Ketulusan dan Tekad Awal
“Pada tahun 2015, saya mengikuti acara Festival Kue Bulan Tzu Chi dengan menantu saya. Saya berkata padanya bahwa saya bagai menemukan Master mengimbau kita melakukan daur ulang dengan kedua tangan yang bertepuk tangan. anggota keluarga saya. Putra dan menantu saya sangat mendukung saya melakukan daur ulang,” kata Wang Jinhua relawan daur ulang.
“Bu, sedang turun salju, jangan pergi ke luar,” kata anak Wang Jinhua.
“Tidak apa-apa. Meski cuaca seperti ini, saya tidak boleh bersantai. Saya harus mengumpulkan barang daur ulang setiap hari. Master tidak pernah bersantai sehari pun. Saya juga harus bersumbangsih selagi bisa. Semua ini merupakan permata. Jika Bumi sehat, manusia juga akan tenteram. Tanpa Bumi, bisakah manusia bertahan hidup?” kata kata Wang Jinhua.
“Bisa bersumbangsih adalah keuntungan saya. Saya sudah berusia lanjut. Jika saya tidak bersumbangsih sekarang, sungguh akan terlambat,” pungkasnya.
Di dunia ini, setiap hari, kita menggenggam waktu untuk bersumbangsih bagi sesama manusia. Demikianlah kita mengembangkan nilai kehidupan kita. Lihatlah Bodhisatwa lansia yang hatinya sangat dekat dengan saya ini. Meski cuaca sangat dingin dan turun salju, beliau tetap melangkah di atas salju untuk mengumpulkan barang daur ulang. Beliau hanya berpikir untuk melindungi Bumi. Demikianlah beliau menapaki Jalan Bodhisatwa.
Beliau mengerahkan kekuatan cinta kasih dengan tekad yang teguh hingga menginspirasi anak cucunya. Ini sungguh tidak mudah. Singkat kata, jika kita dapat menyemangati diri sendiri untuk berbuat baik sekaligus menyemangati anak cucu dan tetangga kita untuk melakukan hal yang sama, kita dapat mewujudkan masyarakat yang sehat.
Lihatlah para Bodhisatwa lansia Tzu Chi. Sebagian besar relawan yang bersumbangsih di posko daur ulang adalah relawan lansia. Hari itu, insan Tzu Chi di Shilin dan Beitou melakukan telekonferensi dengan saya. Para relawan menyambut saya di Posko Daur Ulang Tzu Chi Xinguang.
Posko Daur Ulang Tzu Chi Xinguang sangat rapi. Tempat itu disediakan oleh seorang pengusaha. Posko daur ulang itu berada di lokasi yang strategis dan mudah dijangkau. Ada banyak Bodhisatwa berusia 70-an, 80-an, bahkan 90-an tahun yang berkumpul di sana.
Di sebagian posko daur ulang, saya melihat para relawan kita memanfaatkan semua ruang yang ada. Baik di pintu gerbang, lantai bawah, maupun lantai atas, setiap tempat penuh dengan barang daur ulang. Barang-barang daur ulang dibersihkan dan disusun dengan rapi.
Ada banyak jenis barang di posko daur ulang kita, termasuk barang dari bahan logam dan keramik. Gelas-gelas masih baru, mangkuk juga satu set lengkap.
Dahulu, saat orang-orang menyiapkan harta bawaan bagi putri mereka, mereka menyiapkan mangkuk, sumpit, gelas, teko, dan sebagainya. Kini, orang-orang menikmati materi yang berlimpah. Jadi, meski suatu barang masih baru, orang-orang akan menyumbangkannya karena merasa barang itu sudah ketinggalan zaman.
Mereka meminta insan Tzu Chi untuk mengambilnya. Setelah mengumpulkannya, insan Tzu Chi menyusunnya dengan rapi. Ini karena relawan kita menghargai berkah. Baik barang baru maupun lama, semua dikumpulkan oleh relawan kita dan disusun dengan rapi. Mereka meningkatkan pengetahuan saya.
Setiap hari, lewat telekonferensi, saya berkunjung ke posko daur ulang kita dan mendengar para relawan berbagi pengalaman. Mereka juga menyosialisasikan vegetarisme. Semua orang sangat tekun dan bersemangat menyosialisasikan vegetarisme karena saya mengimbau orang-orang untuk membina cinta kasih menyeluruh guna melindungi kehidupan semua makhluk.
Kita harus bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan sebagai wujud cinta kasih menyeluruh kita. Kita harus membina kebajikan dan cinta kasih dan senantiasa mengimbau orang-orang untuk mengasihi dan melindungi semua makhluk. Intinya, kita harus mengembangkan kebijaksanaan.
Kita harus mengubah pengetahuan untuk mengejar kenikmatan menjadi kebijaksanaan untuk melindungi Bumi. Kita harus melindungi Bumi dengan kebijaksanaan. Jangan hanya mengejar kenikmatan dengan pengetahuan.
Kini, Bumi membutuhkan setiap orang untuk mengasihi dan melindunginya. Contohnya para relawan daur ulang lansia. Berhubung mengasihi bumi, mereka enggan bersantai di rumah. Mereka berusaha mengembangkan nilai kehidupan mereka. Inilah yang membuat mereka bahagia. Dengan melakukan daur ulang dan terjun ke tengah masyarakat, mereka dapat mengembangkan nilai kehidupan mereka. Ini membuat mereka gembira dan bahagia.
Belakangan ini, saya sering mengingatkan diri sendiri bahwa saya harus menyimpan 50 tahun di “bank usia”. Dengan menyimpan 50 tahun, berarti saya hanya berusia 30-an tahun dan baru memasuki usia paruh baya. Kita harus menegakkan badan dan tidak boleh menyerah pada usia. Kita harus senantiasa menyemangati diri sendiri bahwa kita baru memasuki usia paruh baya. Saya teringat akan pola pikir saya 50 tahun lalu, saat mulai menjalankan Tzu Chi.
Saat itu, Tzu Chi baru berdiri 4 hingga 5 tahun. Saat itu, Tzu Chi masih bernama Badan Amal Ke Nan Tzu Chi. Saat itu, kita menghadapi berbagai kesulitan. Kini, kita harus kembali pada pola pikir saat itu, menyemangati diri sendiri, dan mengatasi segala kesulitan. Jangan hanya berpikir untuk menikmati hidup karena sudah lanjut usia. Mengejar kenikmatan hidup berarti mengikis berkah. Jadi, kita harus menyemangati diri sendiri.
Jika ada hal yang bisa dilakukan sendiri, kita harus melakukannya sendiri. Namun, kesempatan kita untuk bersumbangsih mungkin semakin sedikit. Karena itu, kita harus menghargai kesempatan untuk membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Selain membawa manfaat bagi diri sendiri, kita juga harus membawa manfaat bagi orang lain.
Membawa manfaat bagi diri sendiri sekaligus orang lain di dunia ini, inilah poin terpenting dalam mempelajari Dharma.
Bodhisatwa dunia senantiasa mementingkan nilai kehidupan. Selain mengembangkan nilai kehidupan sendiri, kita juga harus menyemangati orang-orang untuk melakukan hal yang sama. Kita harus menggenggam waktu yang ada untuk bersumbangsih demi membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Usia kehidupan berkurang seiring
berlalunya waktu
Mempertahankan ketulusan
dan tekad awal
Ajaran Buddha membawa
manfaat bagi dunia
Memupuk pahala dan berkah bagi segala penjuru dunia
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 11 September 2020