Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Niat Baik dan Melenyapkan Kegelapan Batin


“Kami tahu Anda tak ada pekerjaan, jadi untuk sementara kami membagikan bantuan,”
kata salah seorang relawan Tzu Chi.

“Istri saya sakit. Saya merasa sedikit lega karena mendapat bantuan yang bisa digunakan untuk membeli kebutuhan rumah tangga. Terima kasih banyak,” kata Arjuna warga.

“Para warga ini sungguh membutuhkan, barulah mereka mengajukan permohonan bantuan. Jadi, kita yang mampu dan sehat harus berusaha untuk bersumbangsih. Kita berusaha menggenggam kesempatan yang ada,” kata Ong Lee Siew relawan Tzu Chi.

“Setelah pandemi merebak, saya kehilangan pekerjaan. Bantuan makanan ini sangat membantu keluarga kami,” kata salah seorang warga.

“Di masa-masa sulit ini, beruntung ada Tzu Chi yang membagikan bantuan. Ini sangat membantu bagi kami,” kata warga lainnya.

Belakangan ini saya sering mengatakan bahwa cinta kasih Tzu Chi bukan baru terjalin pada kehidupan ini saja. Jika pada kehidupan lampau saya tidak menjalin jodoh dengan kalian semua, bagaimana mungkin saat saya berbicara sekarang, kalian semua mau mendengarnya, mengingatnya di dalam hati, dan menjalankan seruan saya?

Saat saya ingin melakukan sesuatu, setelah mendengarnya dengan jelas, kalian langsung menggenggam jalinan jodoh untuk melakukannya.

Kehidupan ini haruslah bernilai. Kehidupan yang bernilai ialah yang membawa manfaat bagi dunia. Itulah kehidupan yang bernilai.


Kini saya mulai menyerukan pola hidup vegetaris. Inilah yang terus saya serukan pada satu sampai dua tahun ini. Dalam pandemi kali ini, obat yang paling mujarab ialah bervegetaris.

Namun, akibat kegelapan batin, umat manusia selalu menganggap hewan lain sebagai sumber nutrisi untuk umat manusia. Ini adalah pandangan yang sangat keliru. Inilah yang sangat disayangkan oleh Buddha.

Penderitaan semua makhluk sulit untuk dilenyapkan akibat kekuatan karma yang diciptakan sendiri. Selain itu, semua makhluk juga menciptakan bencana. Semua ini bermula dari sebersit nafsu keinginan.

Konsumsi terbesar dan nafsu keinginan terbesar yang diumbar manusia tak lain ialah nafsu makan.

Makanan masuk melalui mulut. Jadi, sesuai hukum sebab akibat, kini manusia harus menutupi mulut dengan masker. Entah kapan masker ini baru bisa benar-benar dilepas dan orang-orang dapat saling melihat wajah dengan jelas seperti sediakala.

Selain memiliki lima indra yang lengkap, kita juga harus memiliki pikiran yang jernih. Bagaimana agar orang-orang dapat berpikir jernih, tidak diliputi kebodohan batin, dan tetap sehat lahir batin? Satu-satunya doa saat ini ialah berharap pandemi ini segera berlalu dan manusia dapat sehat kembali.

Namun, untuk itu diperlukan kesehatan batin terlebih dahulu. Jika batin tidak sehat, sulit bagi tubuh untuk sehat.

Apa yang dimaksud dengan batin yang sehat? Kita harus melenyapkan kegelapan batin. Kita harus tahu bahwa kita harus hidup berdampingan dengan alam. Inilah topik yang belakangan ini sering saya bahas.


Segala sesuatu di alam harus hidup berdampingan. Manusia, hewan, dan segala sesuatu di alam harus harmonis. Kini kita harus menyerukannya dengan mulut kita. Selain itu, kita juga harus menjaga mulut kita.

Semua orang harus bertekad untuk tidak menelan makhluk hidup. Kita harus berubah, berusaha untuk bervegetaris, dan mengubah nafsu terhadap cita rasa.

Semua orang di dunia harus bersama-sama membangkitkan hati yang tulus dan mengembangkan cinta kasih untuk melindungi kehidupan. Jika kita dapat melindungi, mengasihi, dan menghargai kehidupan, barulah iklim akan selaras dan bersahabat dan manusia di dunia ini dapat hidup dengan damai dan tenteram.

Intinya, kita harus benar-benar bersungguh hati.

Untuk dapat meredam bencana, semua bergantung pada ketulusan semua orang. Setiap hari kita melihat berbagai bencana yang menggetarkan hati. Berbagai ketidakkekalan di alam ini disebabkan oleh kerusakan yang ditimbulkan manusia.

Selama bertahun-tahun, entah sejak kapan, manusia sudah mulai merusak alam. Bagaimana boleh manusia tidak bertobat dengan tulus? Bagaimana boleh manusia tidak membangkitkan rasa syukur?

Dapat hidup tenteram, kita harus bersyukur kepada alam yang menyediakan segala kebutuhan kita. Kita harus bersyukur atas segalanya. Dengan memiliki rasa syukur, barulah hati manusia akan lebih lapang. Dengan memiliki rasa syukur, barulah kita bisa bersukacita setiap hari. Dengan adanya rasa syukur, dunia akan terasa luas.


Agar empat unsur selaras, kita harus bersyukur. Dengan adanya rasa syukur, barulah kita dapat membangkitkan niat baik dan rasa puas. Jadi, rasa syukur ini sangatlah penting. Saya selalu bersyukur setiap saat.

Jadi, kita harus memiliki kesadaran. Kesadaran kita harus ditingkatkan. Kita harus selalu bersyukur agar kesadaran ini bangkit.

Saya sendiri, saat menyaksikan Da Ai TV dan melihat para relawan pelestarian lingkungan, mendengar mereka bercerita, dan melihat mereka berkegiatan, selalu merasa sangat terharu. Secara alami, saya selalu beranjali dan bersyukur.

Pada masa-masa ini, sudah lama saya tidak berkeliling. Saya sangat merindukan para relawan pelestarian lingkungan. Mereka membuat orang-orang mengasihi dan menghormati mereka. Jadi, setiap hari saya selalu memiliki rasa syukur, rasa hormat, dan cinta kasih.

Saya selalu mengingat tujuh kata, yakni "rasa syukur", "rasa hormat", "cinta terhadap kehidupan", atau lima kata, yakni "rasa syukur", "rasa hormat", dan "cinta". Inilah yang setiap hari ada di dalam hati saya.

Bodhisatwa sekalian, ingatlah selalu lima kata tersebut. Tentu, semuanya berpulang kepada rasa hormat terhadap segala kehidupan. Jadi, kita menambahkan kata "kehidupan" di sini.

Kita bersyukur, menghormati dan mengasihi kehidupan. Dengan cinta kasih ini, kita bersama-sama mengasihi kehidupan dan segala sesuatu di alam semesta. Kita harus saling bersyukur dan saling mendukung.   

Senantiasa bersyukur dan membangkitkan niat baik
Menghormati kehidupan dan mempertahankan cinta kasih
Tulus bertobat demi meredam bencana
Melenyapkan kegelapan batin demi mewujudkan keharmonisan dunia

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 03 September 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 05 September 2021
Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -