Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Tekad Awal dan Menghimpun Cinta Kasih
Bodhisatwa sekalian, apa kalian merasa gembira? (Gembira) Benarkah? Saya juga merasa sangat gembira karena Tahun Baru akan segera tiba. Usia kita pun akan bertambah satu tahun lagi. Sejak saya terlahir ke dunia ini, hampir 80 tahun berlalu dalam sekejap.
Selama 80 tahun ini, apakah “saya” ada? Saat baru dilahirkan, saya tidak tahu bagaimana tampang saya dan tidak mengenal diri sendiri. Seiring bertambahnya usia, saya mulai memiliki ingatan. Namun, itu pun sudah sangat lama berlalu. Yang saya ingat hanyalah ketidakkekalan.
Kehidupan tidaklah kekal. Suatu hari, ayah saya tiba-tiba sakit kepala. Dokter pun segera datang memeriksanya dan berkata bahwa ayah saya terserang stroke. Keesokan harinya, ayah saya meninggal dunia. Semua terjadi dalam waktu yang begitu singkat. Saat itu, saya merasa bahwa kehidupan sungguh tidak kekal.
Mengapa bisa terjadi hal seperti ini? Ayah saya baru berusia 50-an tahun. Mengapa beliau meninggal dunia begitu saja? Di dalam hati saya mulai muncul pertanyaan. Karena itu, saya mulai mencari jawaban. Saya mencari tahu kebenaran tentang kehidupan. Kemudian, saya pun mendalami ajaran Buddha. Lewat Sutra, saya memahami ketidakkekalan di dunia ini.
Perbuatan kita di kehidupan lampau menentukan kondisi kehidupan kita di kehidupan sekarang. Panjang atau pendeknya usia kita di kehidupan sekarang juga ditentukan oleh perbuatan kita di kehidupan lampau. Di mana kita akan terlahir, itu berada di luar kendali kita.
Kita harus menggenggam waktu pada kehidupan sekarang untuk memahami ketidakkekalan, penderitaan, kebahagiaan, serta sebab dan akibat dari mengasihi atau membenci. Ada anak yang sangat berbakti pada orang tuanya, ada pula anak yang sangat dikasihi oleh orang tuanya, tetapi malah menelantarkan orang tua. Ini semua ditentukan oleh karma yang diciptakan di kehidupan lampau. Jika bisa memahaminya di kehidupan sekarang, kita akan terbebas dari kemelekatan dan noda batin serta tidak akan berselisih dengan orang lain atau membangkitkan rasa dendam. Jika tidak, penderitaan kita tidak akan berakhir.
Setelah memahami hal ini, saya menyadari bahwa setiap tindakan dan ucapan kita berkaitan dengan karma kita di masa lalu. Karena itu, saya harus bersungguh-sungguh menjaga pikiran saya dan melatih diri. Namun, melatih diri tidaklah mudah. Saya mulai melatih diri dengan mempelajari prinsip kebenaran. Mempelajari prinsip kebenaran membutuhkan kerja keras.
Dengan tekad yang teguh dan tidak tergoyahkan, saya mulai mendalami ajaran Buddha saat saya masih muda. Lalu, saya meninggalkan rumah dan melatih diri dengan tekad yang teguh. Saat itu, saya melihat banyak orang yang menderita. Melihat orang-orang yang menderita itu, saya pun membangkitkan niat untuk menolong mereka meski saya juga kekurangan. Saat itu, saya mencari biaya hidup sendiri. Kondisi ekonomi saya sungguh sangat buruk. Menghidupi diri sendiri saja sulit, bagaimana bisa menolong orang lain? Karena itu, saya mulai mengadakan kebaktian Bhaisajyaguru agar orang-orang dapat berkumpul untuk mempelajari prinsip kebenaran dan membangkitkan sebersit niat baik untuk bekerja sama menolong sesama. Inilah asal mula dibentuknya Badan Amal Ke Nan Tzu Chi.
Saat itu, setiap bulan, kita melantunkan Sutra Bhaisajyaguru di Griya Jing Si untuk mendoakan semua insan Tzu Chi semoga hidup aman dan tenteram serta panjang umur. Melihat para relawan daur ulang kita, saya juga merasa sangat gembira. Saya juga bersyukur atas dedikasi para komisaris kehormatan. Berkat mereka, Tzu Chi baru bisa bersumbangsih di Taiwan dan seluruh dunia.
Kita juga menerima kabar dari Yordania bahwa tim medis dan relawan kita yang berasal dari tujuh negara telah berkumpul di sana. Ada lebih dari 40 orang dari tujuh negara yang berkumpul untuk menuju kamp pengungsi. Sehari sebelum mereka pergi, di kamp pengungsi itu turun hujan. Berjalan di atas gurun pasir yang diguyur hujan sangat sulit. Namun, mereka berkata, “Tidak ada yang bisa menghalangi kami.”
Ini adalah perjalanan yang sangat sulit. Namun, para pengungsi telah tinggal di sana selama hampir enam tahun. Saat bertiup angin kencang, tenda mereka tumbang. Saat turun hujan deras, tenda mereka banjir sehingga mereka tidak punya tempat untuk duduk, berdiri, atau tidur. Bayangkanlah, bagaimana kehidupan mereka selama hampir enam tahun ini?
Kali ini, relawan kita membagikan barang bantuan kepada mereka. Selain itu, yang terpenting adalah menggelar baksos kesehatan bagi mereka. Kita membantu mereka dengan cara seperti ini.
Bodhisatwa sekalian, Tzu Chi telah berdiri selama 51 tahun dan memberikan bantuan di lebih dari 90 negara. Dari tidak ada hingga ada dan dari kecil hingga besar, kita selalu bersumbangsih dengan cinta kasih untuk menjalin jodoh baik dan menciptakan berkah bagi semua makhluk.
Berkat adanya para relawan daur ulang yang mengasihi dan melindungi bumi, generasi-generasi penerus kita bisa hidup di lingkungan yang sehat dan kita bisa memperoleh hasil panen yang berlimpah untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Jadi, kita harus melakukan daur ulang untuk melindungi bumi dan mengasihi sumber daya untuk membina kebijaksanaan. Bukan hanya panjang umur, menumbuhkan jiwa kebijaksanaan juga sangat penting. Jadi, melindungi bumi dapat menumbuhkan jiwa kebijaksanaan kita.
Para komisaris kehormatan kita merupakan orang yang kaya materi sekaligus kaya batin. Mereka bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Inilah cinta kasih di dunia ini. Saya berharap setiap orang dapat menggunakan kekuatan cinta kasih untuk memperbaiki berbagai kekurangan di dunia sekarang ini.
Kini iklim sangat tidak bersahabat. Topan yang terbentuk sering kali merupakan topan berkekuatan tinggi. Taiwan hanyalah sebuah pulau kecil, kita harus melindunginya dengan cinta kasih. Untuk melenyapkan bencana, semua orang harus turut mengambil bagian untuk bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih.
Mencari kebenaran setelah melihat ketidakkekalan
Membangkitkan welas asih untuk melenyapkan penderitaan
Tidak ada yang bisa menghalangi insan Tzu Chi menolong para pengungsi
Bersumbangsih dengan kesatuan hati untuk melenyapkan bencana
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Desember 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 Desember 2016