Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Tekad Awal hingga Selamanya
“Teman-teman, para dokter TIMA datang mengunjungi kita. Apakah kalian gembira?”
“Gembira.” kata orang-orang di Pusat Perawatan Shiang Yu, Taoyuan
“Halo, semuanya. Bisakah kamu membuka mulutmu untuk saya? (Ah). Benar. Pertama kali berkunjung ke sini, kami mendapati bahwa yang paling dibutuhkan, seperti yang dikatakan karyawan di sini, adalah pelayanan kesehatan gigi,” kata Huang Chong-zhi, Dokter TIMA.
“Sejak pertama kali para dokter TIMA datang untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi, dari peralatan, persiapan, proses pelayanan medis, bahkan hingga penyelesaian mereka, saya bisa melihat kesungguhan hati mereka. Jadi, saya sangat terharu,” kata Lü Jun-de, Karyawan Pusat Perawatan Shiang Yu.
“Kemarilah. Mari kita berpelukan. Ayolah. Benar, kamu memang anak pintar. Mereka menolak untuk ditangani. Sesungguhnya, semua orang demikian, hanya reaksi orang-orang pada umumnya tidak sebesar ini. Ini adalah reaksi yang wajar. Upaya mereka untuk menolak memang lebih besar, termasuk menggerakkan tangan dan kaki mereka,” kata Huang Chong-zhi, Dokter TIMA.
Terhadap para anggota TIMA, saya bersyukur setiap waktu. saya bersyukur setiap waktu. Dunia ini penuh dengan penderitaan dan penderitaan terbesar tak lain ialah penderitaan akibat penyakit. Karena itulah, TIMA didirikan. Di mana pun ada pasien yang menderita, para dokter kita akan menjangkau mereka.
Baksos kesehatan sangatlah penting. Saya sering mendengar anggota TIMA kita mengadakan baksos kesehatan di wilayah terpencil. Saya sangat bersyukur atas hal ini. Saya sungguh bersyukur kita semua bisa bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa yang lapang.
Saya juga memuji dan bersyukur atas perlengkapan medis yang bisa dibawa pergi dan digunakan di lokasi baksos kesehatan. Ada banyak perlengkapan yang sangat bermanfaat. Saya sangat bersyukur semua perlengkapan itu bisa digunakan untuk menyelamatkan pasien dan melenyapkan penderitaan.
Saya sungguh bersyukur atas jalinan jodoh yang menyatukan begitu banyak dokter humanis yang memiliki cinta kasih yang sama. Saat banyak orang berkumpul bersama, barulah energi kita akan kuat. Kesempatan dan niat untuk menolong sesama datang dari dorongan satu sama lain. Ini merupakan kekuatan besar yang membawa manfaat besar bagi masyarakat.
Belakangan ini, saya sering berkata bahwa kehidupan yang bernilai ialah dapat membawa manfaat bagi orang-orang. Kalian mempelajari ilmu kedokteran dan telah memiliki keterampilan medis. Keterampilan yang kalian miliki bukanlah alat untuk menghasilkan uang, melainkan untuk membawa manfaat bagi orang-orang. Saat ada orang yang membutuhkan, kita hendaklah bersumbangsih. Inilah kehidupan yang paling bernilai. Jadi, saya sangat bersyukur kepada para anggota TIMA.
Ada juga anggota TIMA yang memiliki klinik. Meski sibuk di klinik sendiri, tetapi saat ada baksos kesehatan, mereka akan menutup klinik mereka. Saya juga sering mendengar tentang dokter TIMA kita yang menutup klinik dan mengatur ulang janji dengan pasien sendiri karena mengutamakan baksos kesehatan. Jadi, mereka melakukan yang sulit dilakukan. Orang-orang pada umumnya tidak mungkin melakukan hal seperti ini. Ini karena mereka membangkitkan hati Bodhisatwa dan mengutamakan makhluk yang menderita.
Melenyapkan penderitaan semua makhluk merupakan prioritas dalam kehidupan mereka. Ini sungguh tidak mudah. Kalian telah melakukannya. Saat ini, ada sekelompok anggota TIMA yang kembali ke Hualien dan berada di sekeliling saya, ada pula yang terlihat di layar di hadapan saya. Kalian juga bisa mendengar suara saya dan melihat saya di layar di hadapan kalian. Inilah yang diramalkan oleh Buddha lebih dari 2.500 tahun lalu, yakni hal yang luar biasa akan terjadi di masa mendatang.
Bab Kekuatan Batin Tathagata dari Sutra Teratai terus mengulas tentang kekuatan batin. Kekuatan batin Tathagata berasal dari perpaduan hati dan pikiran. Saat sebersit pikiran timbul, ia dengan cepat menyebar ke berbagai tempat hingga semua orang memahami satu sama lain. Dengan menghimpun kekuatan, kita akan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk menjaga masyarakat secara menyeluruh. Inilah yang harus kita usahakan.
Hal yang saya syukuri sungguh banyak. Demikianlah prinsip kebenaran yang harus dipraktikkan. Saat prinsip kebenaran diabaikan dan tidak ada yang menggunakannya untuk membentangkan jalan, maka tidak ada orang yang bisa menapakinya. Saat prinsip kebenaran diabaikan dan tidak ada orang yang membentangkan jalan kebenaran, maka tidak ada yang bisa menapakinya.
Kini, kita telah mempraktikkan kebenaran dan membentangkan jalan. Kita berharap jalan yang kita bentangkan kini dapat terus ditapaki oleh orang-orang di masa mendatang. Jadi, Bodhisatwa sekalian, asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Genggamlah setiap detik dan menit. Setiap hari, sumbangsih kita akan menjadi pencapaian kita.
Jika tidak bersumbangsih, berarti kita tidak menapaki jalan kebenaran. Meski jalan telah diratakan, jika tidak menapakinya, kita tidak akan mencapai tujuan. Jika tidak bersumbangsih, kita tidak akan memperoleh pencapaian. Karena itu, kita harus menggenggam waktu.
Saya juga selalu menggenggam waktu. Setiap kali teringat akan kondisi saya sekarang, saya tidak bisa tidak menerima kenyataan tentang waktu yang saya miliki, usia saya, dan kesehatan saya. Teringat akan kenyataan ini, saya selalu berpikir, "Berapa banyak lagi waktu yang saya miliki?" Sungguh, berapa banyak lagi waktu yang saya miliki? Saya merenungkannya dan merasa bahwa saya harus memulainya dari awal dengan menyimpan 50 tahun di "bank usia".
Saya masih ingat saat saya berusia 30-an tahun dan Tzu Chi dalam kondisi serba sulit, bagaimana saya berjalan selangkah demi selangkah hingga kini. Selangkah demi selangkah, tanpa disadari, Tzu Chi sudah berdiri 50-an tahun. Sesungguhnya, saat itu, saya juga sering jatuh sakit. Jika saya menggunakan penyakit sebagai alasan, waktu 50-an tahun ini akan terbuang sia-sia dan Tzu Chi tidak akan seperti sekarang.
Saya merasa bahwa saya harus menggenggam setiap hari untuk bersumbangsih. Saya menggenggam waktu untuk melakukan hal yang benar. Saya juga berpegang pada prinsip yang sama. Meski didera penyakit, tetapi saya merasa bahwa selama masih bernapas dan memiliki waktu, saya tidak akan menyia-nyiakannya. Hati dan tekad saya tidak pernah berubah.
Penyakit merupakan penderitaan terbesar dalam kehidupan manusia
Menyebarkan semangat misi kesehatan Tzu Chi, yakni mengobati fisik
dan batin pasien
Menyadari ketidakkekalan dan menghargai setiap detik
Mempertahankan tekad awal hingga selamanya
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 20 Oktober 2020