Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Tekad Awal untuk Membimbing Semua Makhluk

Hari ini saya pulang ke Fengyuan. Saya melihat Aula Jing Si yang masih begitu megah dan penuh semangat Tzu Chi. Pada siang hari, saya bertemu banyak kepala sekolah. Mereka adalah kepala sekolah dari sekolah yang dibantu pembangunannya oleh Tzu Chi.

“Sembilan belas tahun yang lalu, saya adalah kepala sekolah di SD Tungshih. Pascagempa tahun 1999 lalu, dengan sangat cepat, Master memutuskan untuk membantu pembangunan kembali 50 gedung sekolah. Saya sangat mengagumi pengetahuan, pertimbangan, dan konsep pelestarian lingkungan Master. Posko Barang Bekas kami masih ada hingga kini. Kami membimbing siswa kami untuk menyadari berkah, menghargai berkah, dan mengasihi semua makhluk. Saya merasa ini sangat bagus. Sekolah kami berkembang ke arah yang positif. Saya selalu mengingat semua ini di dalam hati saya. Karena itu, hari ini saya khusus datang untuk berterima kasih kepada Master. Terima kasih,” ujar mantan kepala sekolah di SD Tungshih.

Sejak tahun 1999, hingga kini sudah hampir 20 tahun berlalu. Dalam waktu 20 tahun ini, seorang anak dapat bertumbuh remaja, dewasa, hingga memasuki masa paruh baya. Waktu yang kita miliki sungguh singkat. Buddha berkata bahwa salah satu penderitaan manusia adalah kehidupan yang singkat. Saat kita baru mulai memahami kehidupan ini, baru mulai membangun fondasi yang kukuh, baru memiliki karier yang stabil, dengan cepat kita sudah memasuki masa usia lanjut. Semua itu terjadi dengan cepat.

Tak peduli sebagaimana cepat kehidupan ini bergulir, yang paling membahagiakan adalah saat kita dapat lebih awal mendalami ajaran Buddha dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah cara untuk memahami Jalan Agung. Dengan demikian, barulah manusia, hal, dan kebenaran dapat berjalan dengan selaras. Jika tidak, maka kehidupan kita akan berlalu sia-sia. Ini disebut menjalani hidup tanpa makna.

doc tzu chi indonesia

Saya juga mendengar para kepala sekolah berbagi tentang bagaimana merasakan ketulusan Tzu Chi dalam membantu proyek rekonstruksi sekolah. Mendegar mereka berbagi kisah, saya sungguh dapat merasakan segala sesuatu yang mereka lakukan, termasuk saat mengikat baja bersama-sama. Momen-momen itu terabadikan oleh kamera.

Kini, saat melihat kembali foto-foto di masa itu, saya sungguh dapat memahami perasaan di balik semuanya. Saya memahami bagaimana perasaan mereka saat melihat sekolah lama roboh akibat gempa bumi. Bagaimana perasaan mereka saat kita membantu proyek rekonstruksi sekolah. Saat proyek rekonstruksi sekolah, mereka juga turut mengambil bagian dan ikut merasakannya.

Kita juga melihat banyak anggota Tzu Cheng senior  yang ikut berpartisipasi dalam pembangunan rumah tinggal sementara, Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, dan sekolah. Para relawan senior pernah  berpartisipasi dalam proyek-proyek itu. Pascagempa tahun 1999 lalu, ada banyak relawan baru yang bermunculan. Saat mengenang kembali segala sesuatu yang pernah dilalui, sungguh kita dapat merasakan dan memahami kebenaran.

Kita sungguh harus memanfaatkan kesempatan dengan baik. Dengan berpartisipasi secara langsung, kita akan memperoleh pemahaman lebih mendalam. Ini disebut sejarah dalam hidup. Lewat masalah yang dialami, kebijaksanaan kita ikut bertumbuh. Jika kita melewati setiap hari tanpa melakukan apa-apa, maka kehidupan kita akan berlalu sia-sia.

doc tzu chi indonesia

Tentu saja, kita tak berharap karena terjadi bencana, kita baru menyadari pentingnya mendalami Dharma. Lewat pendalaman Dharma, kita dapat membuka hati, membina diri, dan menginspirasi orang lain. Setelah mendengar Dharma, kita dapat terjun ke tengah masyarakat untuk bersumbangsih. Kita jangan mengandalkan pengetahuan, melainkan harus mengandalkan kebijaksanaan. Saat kita bersumbangsih tanpa memiliki pamrih, itu disebut kebijaksanaan.

Saat kita tak bersikap perhitungan, itu disebut kebijaksanaan. Saat kita bersikap perhitungan, itu berarti kita menggunakan kepandaian. “Saya sudah melakukan begitu banyak, mengapa kalian tak berterima kasih kepada saya?” Ini berarti kita terus berpikir bahwa orang lain berutang budi kepada kita. Ini akan membuat hati kita dipenuhi noda batin.

Setelah membantu sesama, kita harus merelakannya dan berterima kasih kepada mereka yang telah memberi kita kesempatan untuk menjadi Bodhisatwa. Mereka telah memberi kita kesempatan untuk melatih diri sebagai Bodhisatwa. Setiap kali melakukan satu kebaikan, kita harus berterima kasih karena telah melatih diri sebagai seorang Bodhisatwa. Kita harus senantiasa berterima kasih terhadap setiap hal dan setiap orang. Inilah semangat Bodhisatwa Sadaparibhuta yang tidak pernah meremehkan seorang pun dan setiap hal.

Kita harus memanfaatkan kesempatan. Janganlah kita berkata, “Saya sudah tua.”, “Saya sudah mewariskan tanggung jawab saya.”, “Saya akan beristirahat.” Saat berhenti melakukan kegiatan Tzu Chi, maka jalinan jodoh kita dengan orang lain akan terputus. Untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menjalin jodoh baik dengan sesama. Kita harus menjalin  jodoh baik dengan sesama dan menginspirasi semua makhluk.

doc tzu chi indonesia

Semua Sutra mengajarkan kita untuk menginspirasi diri sendiri dan orang lain, memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain, serta menyadarkan diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian, baru pelatihan diri kita dapat sempurna. Tujuan Buddha membabarkan Dharma adalah untuk menginspirasi semua makhluk.

Bodhisatwa sekalian, janganlah berkata bahwa kita sudah berusia lanjut. Jangan membiarkan tubuh dan usia menjadi rintangan batin sehingga membuat kita merasa tua. Janganlah demikian. Kita harus berpikir bahwa usia tubuh Dharma adalah tak terhingga. Kita harus mengubah usia fisik menjadi usia spiritual. Dengan usia spiritual, kita mempertahankan semangat bagaikan selalu berada pada usia produktif untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa.

Kita jangan pernah berhenti menapaki Jalan Bodhisatwa. Selama masih dapat berbagi Dharma dan sanggup bersumbangsih bagi sesama, kita jangan menjauh dari masyarakat. Kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Kita harus mendalami semua bagian fungsional Tzu Chi dan menguasai semuanya.

Mendengar anggota Tzu Cheng akan kembali pada semangat awal dalam mengemban misi Tzu Chi, saya sangat gembira. Sungguh, kita harus kembali pada semangat Tzu Cheng di masa awal yang dapat melakukan segala hal. Anggota komite juga harus mengingat kembali tekad awal dan berbagi tentang Tzu Chi pada semua orang yang ditemui.

Kita harus merekrut lebih banyak relawan agar dapat menyucikan hati manusia, mewujudkan masyarakat yang harmonis, merangkul seluruh dunia dengan cinta kasih, dan menjauhkan dunia dari bencana. Ini sangat penting.  Inilah yang selalu saya katakan kepada kalian. Apakah kalian paham? (Paham)  Saya berharap kalian dapat kembali pada semangat yang awal.

Proyek harapan menjadi saksi cinta kasih
Memahami Jalan Agung dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan dan senantiasa bersyukur
Kembali pada semangat dan tekad awal

 Ceramah Master Cheng Yen tanggal 4 Februari 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 6 Februari 2018
Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -