Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Tekad Awal untuk Meneruskan Jiwa Kebijaksanaan
“Pada tahun 2007, Tzu Chi memulai program beasiswa yang tentunya mengutamakan budi pekerti murid-murid. Upacara penganugerahan beasiswa ini mulai diadakan di Kaohsiung pada tahun 2010,” kata Li Xiu-chuan relawan Tzu Chi.
“Kami sangat bersyukur sejak tahun 2018, tim survei kasus dan para pekerja sosial memberi kesempatan kepada tim bedah buku daring Kaohsiung untuk berpartisipasi dalam merancang dan mengadakan upacara penganugerahan beasiswa. Setiap tahun, kami menjadikan poin utama dari arahan Master sebagai tema untuk kegiatan yang kita adakan. Kita juga memutar video tentang Tzu Chi untuk menyebarkan energi positif. Kita berharap video-video ini dapat memotivasi murid-murid untuk menuju arah yang lebih baik. Kita juga berharap keindahan dan kebajikan Tzu Chi dapat dirasakan oleh setiap orang yang hadir,” kata Yuan Hui-ling relawan Tzu Chi.
Upacara itu penuh dengan semangat budaya humanis Tzu Chi. Dengan hati yang tulus, setiap orang mengungkapkan isi hati mereka. Relawan kita bersungguh hati memberi pendampingan dari murid-murid kecil hingga dewasa. Kita bisa melihat kesungguhan murid-murid. Baik dalam menggambar maupun hal lainnya, mereka sungguh sangat berbakat.
Saya yakin asalkan ada jalinan jodoh, murid-murid itu dapat bertemu dengan Bodhisatwa yang dapat membantu mereka menjadi insan berbakat di tengah masyarakat. Kalian harus sungguh-sungguh mendampingi mereka. Masa depan murid-murid ini merupakan harapan kita. Saya sangat bersyukur pada kalian. Berkat adanya jalinan jodoh, barulah kalian bisa bertemu.
Pembangunan Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Shanlin sungguh penuh perjuangan. Saat itu, kita merampungkan pembangunan dalam 88 hari. Bodhisatwa sekalian, kesan paling mendalam dari hal ini ialah para relawan dari Kaohsiung dan Pingtung turut membantu proyek pembangunan. Kita juga bersyukur kepada para relawan dari wilayah utara, tengah, dan selatan Taiwan yang datang untuk mendampingi kita. Demikianlah Tzu Chi.
Tzu Chi dapat mematangkan semua jalinan jodoh ini. Di wilayah Kaohsiung dan Pingtung, para relawan Tzu Chi muncul untuk membantu para korban bencana. Adakalanya, saya pun menghela napas. Meski saya selalu berkata bahwa kita bersumbangsih tanpa pamrih, tetapi Bodhisatwa pun berharap semua makhluk dapat terbimbing.
Belakangan ini, saya sering mengulas tentang inventarisasi kehidupan. Artinya, kita harus mengenang masa lalu. Dahulu, sebagian besar orang hidup dalam kondisi serba sulit. Begitu pula dengan Tzu Chi. Tadi, kita melihat 30 uang logam 50 sen. Lihatlah uang logam yang disusun membentuk hati. "Hati" ini sungguh sangat berguna karena niat setiap orang untuk bersumbangsih telah terbangkitkan. Jangan meremehkan 50 sen. Lima puluh sen juga memiliki kekuatan besar.
Belakangan ini, saya sering membahas tentang 50 sen. Tiga puluh uang logam 50 sen itu disusun membentuk hati. Setiap orang memiliki hati. Betapa banyaknya manusia di dunia ini dan kita hendak membimbing hati mereka semua. Yang hendak kita tunjukkan bukan hanya "hati" dari uang logam yang berwujud, tetapi juga niat yang tidak berwujud. Kita harus menunjukkan niat kita kepada semua orang agar orang-orang tahu untuk lebih bersungguh hati.
Waktu terus berlalu. Jika kita tidak menggenggam waktu sekarang, waktu akan berlalu dengan sangat cepat. Kini saya merasa bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat. Waktu saya sangat terbatas. Kali ini, saya hendak memberi tahu orang-orang bahwa kita tidak punya cukup waktu lagi. Saya tidak tahu apakah saya bisa kembali berkunjung ke sini tahun depan. (Bisa) Saya tidak tahu. Namun, tidak peduli bisa atau tidak, kita harus menggenggam waktu yang ada sekarang.
Apa yang saya sampaikan pada kalian, kalian harus bersungguh hati menyerapnya ke dalam hati. Niat untuk bersumbangsih timbul bukan hanya karena jalinan jodoh di kehidupan sekarang. Tanpa sebab di kehidupan lampau, kita tidak akan memiliki kondisi seperti ini sekarang. Jadi, sebab dan kondisi saling berkaitan. Ini membentuk sebuah siklus. Ada sebab, pasti akan ada kondisi. Ada kondisi, pasti ada sebab.
Buddha mengajari kita tentang hukum sebab akibat. Kita hendaknya menanam lebih banyak benih baik dan menjalin lebih banyak jodoh baik. Benih dan jalinan jodoh baik akan bermanfaat bagi kehidupan mendatang dan jiwa kebijaksanaan kita. Benih dan jalinan jodoh yang baik harus diciptakan sendiri.
“Saat terjun ke komunitas untuk menggalakkan vegetarisme, kami juga memperhatikan saudara se-Dharma. Saat kami bertemu warga atau relawan daur ulang, mereka selalu menyapa dan mengobrol bersama kami dengan akrab. Kami juga mengunjungi relawan daur ulang di komunitas yang kini tidak leluasa keluar rumah karena sudah lansia untuk mencurahkan perhatian pada mereka. Kami bersukacita bisa bertemu satu sama lain,” kata Li Yue-ying relawan Tzu Chi.
“Saya selalu menjaga stan dalam bazar di komunitas kami. Jika melihat ada tetangga yang lewat, saya akan melambaikan tangan dan menyapa mereka dengan ramah. Saya berkata pada mereka, ‘Bazar ini demi membuat masyarakat dan lingkungan kita makin baik serta menolong sesama. Penghasilan bazar ini akan digunakan untuk menolong orang-orang yang membutuhkan. Mereka sangat bersusah payah. Ini dapat membantu mereka.’ Semua orang bersukacita mendengarnya. Selain para tetangga, saya juga melambaikan tangan kepada orang yang lewat. Mereka juga tahu apa yang tengah kami lakukan. Di sini, saya sangat bersyukur. Saya bersyukur kepada semua relawan Tzu Chi yang selalu mendukung Tzu Chi,” kata Zhan Lai-ni relawan Tzu Chi.
Bodhisatwa sekalian, kalian harus bersungguh-sungguh menjalin jodoh baik dan sering berhimpun di komunitas. Beberapa waktu ini, berbagai tim relawan kita berkumpul untuk saling berbagi pengalaman masa lalu dan masa kini. Kalian harus memotivasi satu sama lain. Janganlah berhenti menaruh harapan pada masa depan. Kita harus bersungguh-sungguh menginventarisasi nilai kehidupan kita di masa lalu, merencanakan harapan kita untuk masa depan, dan menggenggam waktu yang ada sekarang. Kalian harus patuh.
Dalam kunjungan saya kali ini, saya bisa melihat kalian bekerja sama dengan harmonis. Kalian bekerja sama dengan harmonis setiap hari. Ini membuat saya merasa sangat tenang. Namun, dalam kunjungan kali ini, sejujurnya, saya juga sangat prihatin karena semua orang terlihat menua. Meski saya terus berkata pada kalian bahwa jangan menyerah pada usia, tetapi demikianlah rupa.
Sesuatu yang bisa dilihat pasti mengalami perubahan. Namun, jangan mengaku bahwa kita sudah tua. Kita hendaknya menggenggam jalinan jodoh untuk bersumbangsih. Kita hendaknya berpikir, "Dahulu saya bisa melakukannya. Kini pun saya bisa melakukannya." Niat dan pikiran kita tidak berubah meski fisik kita berubah. Jadi, kita harus menggenggam jalinan jodoh.
Membina insan berbakat dengan semangat budaya humanis Tzu Chi
Membimbing semua makhluk tanpa pamrih
Mempertahankan tekad awal untuk meneruskan jiwa kebijaksanaan
Menggenggam waktu yang ada sekarang untuk bersumbangsih dan menjalin jodoh baik
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 Oktober 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 31 Oktober 2022