Ceramah Master Cheng Yen: Mempertahankan Tekad dalam Misi Kesehatan
RS Tzu Chi Yuli hari ini genap berusia 22 tahun, sedangkan RS Tzu Chi Guanshan hari ini genap berusia 21 tahun. Kedua RS ini diresmikan pada hari yang sama di tahun yang berbeda. Waktu telah berlalu selama lebih dari 20 tahun.
Pada 22 tahun yang lalu, sebelum RS Tzu Chi Yuli diresmikan, namanya adalah RS Hongde. Istri dari kepala RS Hongde mengenal Tzu Chi dan sangat membantu saya. Saat di daerah Hualien atau Taitung Saat di daerah Hualien atau Taitung Tzu Chi memiliki pasien yang kurang mampu dan saya harus mengantar pasien ini berobat, saya selalu mengantar mereka ke Yuli karena di sana ada Dokter Cao.
Saat ada pasien kurang mampu yang sakit, saya selalu meminta bantuannya. Istrinya adalah anggota komite Tzu Chi. Berkat jalinan jodoh ini, beliau pun mendukung Tzu Chi. Di mana pun kita mengadakan baksos kesehatan, Dokter Cao selalu meluangkan waktu untuk membantu Tzu Chi.
Setelah beliau meninggal dunia di kemudian hari, bagaimana dengan rumah sakitnya? Rumah sakit tentu memerlukan dokter untuk menjalankannya. Anaknya ingin melanjutkan, tetapi dia bukan dokter. Selama beberapa tahun, mereka mengalami kesulitan. Kemudian, ibunya berkata kepada putranya, “Ayahmu pernah berpesan bahwa jika rumah sakit kelak sulit dijalankan, serahkan saja pada Tzu Chi.” Demikianlah jalinan jodohnya. Mereka menyerahkan rumah sakit ini untuk dijalankan oleh Tzu Chi.
Bangunan rumah sakit itu juga sudah agak tua, tetapi pelayanan medis tetap harus berjalan. Karena itu, kita membangun gedung baru di lahan di depan RS Hongde. Di sanalah RS Tzu Chi Yuli kita yang sekarang. Ceritanya sangat panjang, tetapi penuh dengan rasa haru dan kehangatan.
Para dokter di sana juga terus berdedikasi. Namun, dibutuhkan orang yang memahami Tzu Chi. Saat itu saya juga sangat berterima kasih kepada Dokter Chen Ing-ho, kepala RS kehormatan kita saat ini. Saya meminta beliau untuk membantu. Beliau pun bersedia memikul tanggung jawab ini. Begitulah asal mula RS Tzu Chi Yuli. Saat RS Tzu Chi Yuli diresmikan, saya turut hadir.
Saat itu Camat Guanshan juga datang ke Yuli untuk menghadiri upacara peresmian RS Tzu Chi Yuli. Beliau lalu berkata kepada saya bahwa di Guanshan ada sebuah RS Bo'ai yang tidak kunjung beroperasi. Camat itu berkata bahwa sangat disayangkan jika rumah sakit itu dibiarkan begitu saja. Beliau mengundang saya untuk meninjaunya. Setibanya di sana, saya melihat di RS itu terdapat banyak plakat ucapan selamat. Plakat-plakat itu sudah diletakkan pada tempatnya, tetapi belum sempat digantung karena rumah sakit itu tidak jadi diresmikan. Begitulah jalinan jodohnya. Lewat rekomendasi dari camat setempat, kita menerima dan melanjutkan rumah sakit itu.
Wilayah Guanshan sangat luas. Meski populasi di sana tidak besar, tetapi wilayahnya sangat luas. Karena itu, rumah sakit ini tetap dibutuhkan. Kondisi lalu lintas di sana juga tidak begitu baik. Saat terjadi kecelakaan lalu lintas, jika korban harus dilarikan ke Taitung lewat Jalan Tol Lintas Pulau Selatan, ke RS mana pun dilarikan, tidak akan sempat. Jika bukan Tzu Chi yang meneruskan RS di sana, saya rasa rumah sakit apa pun sulit untuk terus beroperasi di Guanshan.
Dimulai dari departemen ortopedi di masa-masa awal dan pelayanan gawat darurat serta perawatan luka luar, kini RS ini telah memiliki banyak departemen. Menurut saya, bagi daerah ini, rumah sakit ini sungguh permata berharga yang sulit ditemukan. Kini kita dapat melihat rumah sakit kita, baik di Guanshan maupun di Yuli, semuanya sudah sangat matang. Saya juga sangat berterima kasih kepada para dokter kita.
Di Guanshan ada Dokter Poon. Di Yuli ada Dokter Chang Yuh-lin. Beliau menjalankan RS Tzu Chi Yuli dengan lancar. Orang-orang juga sangat memujinya atas cinta kasih dan perhatiannya kepada pasien. Demikianlah, misi kesehatan Tzu Chi juga menciptakan berkah bagi masyarakat. Baik di Guanshan maupun di Yuli, jalinan jodoh sangat istimewa.
Intinya, semua ini tak lepas dari cinta kasih dan jalinan kasih sayang.
Dokter Chen Yan-bi juga sangat senior. Sejak datang ke Yuli, beliau terus mendedikasikan diri. Terhadap pasien, beliau bagaikan ibu yang merawat anaknya. Beliau juga bagaikan perwujudan Bodhisatwa Avalokitesvara bertangan seribu yang selalu muncul kala dibutuhkan. Di mana pun dibutuhkan, entah di pegunungan ataupun pedesaan, beliau selalu memberi pertolongan dengan penuh cinta kasih.
Meski pasien tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, beliau tetap bersikeras untuk berusaha menolong. Jadi, cinta kasihnya yang penuh semangat ini juga telah menolong banyak orang.
Melihat begitu banyak orang yang menolong orang lain, mungkinkah kita tidak mengagumi mereka? Mungkinkah kita tidak terharu dan bersyukur? Jadi, terhadap semua orang, kita harus selalu bersyukur, terutama terhadap mereka yang selalu memegang teguh tekad dalam menggunakan kehidupan mereka untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Itulah para dokter dan perawat.
Kita harus menghormati mereka. Namun, di sisi lain, tanpa sekelompok anggota komite Tzu Chi dan para Tzu Cheng, bagaimana mungkin RS Tzu Chi bisa terwujud?
Jadi, antarsesama manusia harus saling bersyukur dan berterima kasih. Sungguh, terima kasih kepada Bodhisatwa sekalian yang terus menjadi relawan yang menjaga RS kita selama puluhan tahun setelah dibangun. Saya terus mengucapkan terima kasih kepada kalian. Tiada cara lagi bagi saya untuk mengungkapkan rasa terima kasih ini.
Singkat kata, semua ini terwujud berkat jalinan jodoh yang didasari cinta kasih berkesadaran.
Mengenang masa-masa awal rumah sakit dibuka
Mempertahankan tekad dan prinsip dengan teguh
Rumah sakit yang penuh kehangatan melindungi masyarakat
Menjadi batu karang pelindung kehidupan berlandaskan
cinta kasih
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 Maret 2021