Ceramah Master Cheng Yen: Memperteguh Tekad Pelatihan dengan Memberi Pendampingan
Selama bertahun-tahun, insan Tzu Chi menjalankan misi Tzu Chi di
Myanmar. Karena itu, warga Myanmar terinspirasi oleh semangat celengan bambu dan
turut membangkitkan cinta kasih. Di sebuah desa terpencil di Taikkyi, Provinsi
Yangon, orang-orang menerapkan semangat Tzu Chi dan menyisihkan segenggam beras
setiap kali akan memasak untuk membantu sesama. Kita bisa melihat seorang nenek
yang terserang stroke. Kehidupannya dan cucu laki-lakinya sangat sulit.
“Setelah
nenek itu terserang stroke, kami sangat ingin membantunya. Lalu, kami bertemu
dengan U Aung Thein dari Desa Thae Pyar. Dia menceritakan kisah segenggam
beras. Akhirnya, kami juga menyisihkan beras untuk membantu warga di desa
kami,” kata U Thant Tun Kepala desa.
“Beri tahu
kami jika kalian kehabisan makanan. Kami akan mengantarkan beras setiap bulan. Jika
ada kebutuhan lain, katakan pada kami, kami akan berusaha membantu semampu kami,”
kata
U Aung Thein, Relawan Desa Thae Pyar.
“Sebelumnya,
saat ada yang membutuhkan, kami pernah menyerah karena jaraknya sangat jauh. Namun,
setelah menjadi relawan Tzu Chi, kami sangat ingin berbuat baik dan akan
memperhatikan apakah ada desa lain yang membutuhkan bantuan. Begitu mendengar
nenek dan cucu ini kesulitan, kami pun datang untuk mencari tahu,” ujar U Than Tun,
Relawan Desa Thae Pyar.
Nenek dan cucunya itu tinggal di rumah yang sangat bobrok. Karena
itu, sang cucu menggunakan kayu lantai sebagai kayu bakar.
“Saya
sangat sedih melihat kondisi mereka, tetapi saya juga hidup kekurangan dan
tidak punya uang untuk membantu mereka. Namun, lewat Tzu Chi, saya bisa
membantu mereka. Ini sungguh membuat saya sangat gembira,” kata U Than Tun,
Relawan Desa Thae Pyar.
Setelah mengetahui kondisi mereka, insan Tzu Chi segera
menggerakkan warga setempat untuk membantu nenek tersebut membangun kembali
rumah panggungnya. Relawan kita juga menggunakan beras yang disisihkan oleh
warga lain untuk membantu nenek yang terserang stroke itu.
“Sebelumnya,
saya tidak menyangka bahwa saya bisa menjadi relawan Tzu Chi. Saya merasa
dengan mengemban misi Tzu Chi, kebijaksanaan saya terus berkembang,” kata U Than Tun Relawan
Desa Thae Pyar.
“Sesungguhnya,
relawan lokal yang membantu adalah para petani kurang mampu. Kini hasil panen
tidak bagus tetapi mereka tetap bersedia turut melakukan survei kasus dan
bersumbangsih. Semangat seperti ini sungguh mengagumkan,” kata Chen Xiu-bao Relawan
Tzu Chi.
Kita melihat orang-orang yang penuh cinta kasih. Meski suatu
wilayah sangat kekurangan, tetapi dengan menghimpun kekuatan cinta kasih, wilayah
tersebut juga akan menjadi lingkungan terindah. Saya sungguh sangat tersentuh. Kita
sungguh harus menghimpun kekuatan cinta kasih. Tidak peduli semiskin apa pun, asalkan
bisa mencurahkan setetes cinta kasih, maka akan terbentuk kekuatan.
Dengan menyisihkan segenggam beras setiap kali memasak, kita tetap
memperoleh nutrisi yang cukup dan dapat membantu orang yang lebih kekurangan
dan menderita. Segenggam beras ini membuat diri sendiri dipenuhi sukacita dalam
Dharma dan membuat orang lain bisa bertahan hidup. Kekuatan cinta kasih selalu
terhimpun sedikit demi sedikit.
Kita sepenuh hati menjalankan Empat Misi Tzu Chi, seperti misi
amal dan kesehatan. Kita juga melihat pelaksanaan misi kesehatan oleh
satu-satunya anggota komite kita di Changbin. Dia datang ke RS Tzu Chi karena
ibunya jatuh sakit. Berhubung tersentuh oleh kekuatan cinta kasih para relawan,
dokter, dan perawat kita, dia pun berikrar untuk menjadi relawan.
“Saya
berkata bahwa jika ibu saya sembuh, maka saya akan mengenal Tzu Chi lebih
dalam. Saya bertanya bagaimana bergabung menjadi relawan Tzu Chi dan bagaimana
mengemban misi Tzu Chi,” kata Lin Zhou Xiu-you, Relawan Tzu Chi.
Saya juga sangat berterima kasih kepada Fan Chun-mei yang setiap
hari melakukan perjalanan dari Kota Taitung ke Changbin.
“Saya
berangkat dari Kota Taitung pukul 5 subuh. Naik sepeda motor. Saat itu, pada
masa-masa awal, saya naik sepeda motor Vespa dari Kota Taitung. Tiba di Changbin
sekitar pukul 06.30 pagi,” kata Fan Chun-mei Relawan Tzu Chi.
“Perjalanan selama 1,5 jam?” tanya seorang reporter.
“Ya. Usai
mengumpulkan donasi, saya akan sekalian membeli sayuran di depan rumahnya. Jadi,
setelah mengumpulkan donasi dan membeli sayuran, saya pulang ke rumah untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga,” imbuh Fan Chun-mei.
Lihatlah, memiliki hati Bodhisatwa sungguh mengagumkan. Chun-mei terus membimbing Xiu-you hingga dia memegang buku donasi untuk membantu komite
mengumpulkan donasi dan akhirnya dilantik menjadi komite. Berhubung dia tidak
begitu bisa menulis, dia pun meminta suaminya mengisi data donatur.
“Saat itu,
ada yang ingin menjadi donatur. Saya lalu meminta suami saya mengisi datanya karena
saya khawatir akan lupa. Namun, dia sedang sibuk. Saat saya memintanya membantu
saya mengisinya agar saya tidak lupa, dia berkata, “Kamu tidak melihat bahwa saya
sedang sibuk? Kamu tidak pantas menjadi relawan Tzu Chi. Saya rasa dia tidak
bermaksud seperti itu, tetapi ucapannya sangat menyakitkan,” kata Lin Zhou Xiu-you
Relawan Tzu Chi.
“Namun, suatu hari, saya melihat Master mengulas tentang seorang
relawan perempuan yang buta huruf. Saat mengumpulkan donasi dari pedagang
sayuran, dia menggambar sayuran di buku donasi. (Dia menggambar seikat sayuran?)
Ya, seikat sayuran. Untuk pedagang ikan, dia menggambar ikan. Menggambar seekor
ikan? Setelah melihatnya, saya tidak menangis lagi dan memutuskan untuk lebih
tekun melatih diri,” lanjutnya.
Setelah itu, dia menjadi sangat giat dalam menjalankan misi Tzu
Chi. Berhubung tidak bisa mengendarai sepeda motor, dia pergi dengan berjalan
kaki atau naik bus. Setiap tahun, menjelang baksos kesehatan berskala besar, dia
berkunjung dari rumah ke rumah untuk membagikan selebaran.
“Bus akan
segera datang, saya akan pergi untuk membagikan selebaran tentang baksos
kesehatan. Kemarin, saya telah membagikan sebagian, sisanya akan saya bagikan
sekarang,” kata Lin Zhou Xiu-you.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membagikan semua selebaran?
“Membagikan
selebaran di desa-desa lain butuh waktu selama dua hari. Di desa tempat tinggal
saya, saya tidak perlu naik bus. Butuh waktu sehari untuk membagikannya dengan
berjalan kaki,” kata Lin Zhou Xiu-you.
Untuk wilayah yang tidak bisa dijangkau atau warga suku asli yang
terdapat kendala bahasa, dia meminta bantuan kepala daerah untuk menyiarkan
informasi tentang baksos kesehatan. Dia menjalin jodoh baik dengan orang lain sehingga
semua orang bersedia membantunya.
“Baksos
akan digelar di pusat kegiatan lansia. Bisakah Anda membantu saya menyiarkan informasi ini? (Bisa),” ujar
Lin
Zhou Xiu-you.
“Dari
pukul 09.30 hingga pukul 14.30, Tzu Chi akan menggelar baksos di pusat kegiatan
lansia. Dia memiliki hati Bodhisatwa, itu saja. Selama lebih dari 6 tahun
menjadi kepala desa, saya mendapati bahwa setiap tiga bulan sekali, Tzu Chi
akan menggelar baksos kesehatan di desa terpencil. Cinta kasih Tzu Chi tidak
pernah terputus,” kata Wang Kun-liang, Kepala desa Changguang.
Dia berusaha menyampaikan informasi baksos ke seluruh daerah
Changbin. Dia menjangkau 13 komunitas di 6 desa dengan berjalan kaki atau naik
bus. Dia sungguh mengagumkan. Singkat kata, tiada hal yang mustahil jika kita
memiliki tekad. Relawan yang membimbingnya, Chun-mei, juga membuat saya sangat
tersentuh.
Dalam jangka panjang, Chun-mei pergi ke Changbin setiap hari untuk
mendampingi Xiu-you. Xiu-you merupakan insan Tzu Chi satu-satunya di Changbin. Dia hendaknya menginspirasi orang lain
untuk menjadi relawan Tzu Chi. Jika tidak, tanggung jawabnya sangat berat. Singkat
kata, semua orang harus bekerja sama dengan kekuatan cinta kasih.
Saya sangat bersyukur. Melihat sumbangsihnya, saya sungguh merasa
penuh kehangatan dan sangat tersentuh. Intinya, tiada hal yang mustahil. Asalkan
ada orang yang bersedia bersumbangsih, maka kekuatan kecil juga bisa menjadi
kekuatan besar.
Menyumbangkan beras untuk menolong orang yang membutuhkan
Menciptakan Tanah Suci dengan saling mengasihi
Menggelar baksos kesehatan secara rutin untuk melindungi kesehatan warga
Memperteguh
tekad pelatihan dengan memberi pendampingan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Februari 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina