Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Ajaran Buddha dengan Cinta Kasih Tak Berujung
“Dengan senang hati, kami menyambut kalian dalam Konferensi TIMA 2017. Kami sudah berharap untuk menggelar acara ini selama bertahun-tahun. Kami sangat gembira kami diberikan kesempatan pada tahun ini setelah Singapura dan Filipina,” kata Echo Chien Ketua Tzu Chi Kuala Lumpur dan Selangor.
“TIMA telah membantu Kementerian Kesehatan, terlebih dalam banjir besar di Kelantan dan Terengganu pada tahun 2014, gempa bumi di Ranau, dan kebakaran di Johor Bahru tahun lalu. Saya sangat terharu oleh semua bantuan yang mereka berikan pada Kementerian Kesehatan,” kata Datuk Seri Chen Chaw-min, Sekjen Kementerian Kesehatan Malaysia.
“Pelayanan medis hanyalah sebuah proses. Ini mungkin suatu profesi. Namun, yang lebih penting adalah semangat cinta kasih dan sikap para tenaga medis,” ujar dr. Lin Chin-lon, Ketua pelaksana misi kesehatan Tzu Chi.
Kita bisa melihat Konferensi TIMA di Malaysia dihadiri oleh banyak orang. Konferensi yang digelar di sana tidak kalah dari yang digelar di Hualien. Hampir 800 dokter dari 12 negara menghadiri konferensi tersebut.
“Mengenai Konferensi TIMA, saya rasa ini tentu setara dengan konferensi internasional lain yang pernah saya hadiri. Menurut saya, yang menjadi nilai tambah di sini adalah koordinasi antarrelawan. Kalian sangat terkoordinasi. Saya rasa, itu mendekati standar militer. Jadi, saya berharap saya bisa menghadiri konferensi seperti ini lagi,” kata dr. Zu Ji-fei
Kepala departemen kesehatan gigi RS militer.
“Pembicara pertama berbagi tentang target pengembangan berkelanjutan. Dia berbagi tentang asal mula berdirinya Tzu Chi dan target yang harus dicapai dalam 15 tahun yang akan datang. Ini sangat bermanfaat bagi kami, para tenaga medis, agar kami bisa menetapkan target dan berusaha untuk mencapainya,” kata dr. Sun Wei-da, Alumni fakultas kedokteran IMU.
“Lewat konferensi ini, saya mendapat banyak informasi tentang relawan, terlebih tenaga medis. Ada banyak orang yang terlibat dan mereka memberikan pelayanan yang baik, terlebih terhadap warga kurang mampu. Bukan hanya warga kurang mampu, tetapi juga terhadap korban bencana, seperti gempa bumi dan tsunami. Bantuan mereka dapat mengurangi infeksi dan menurunkan angka kematian,” kata Datuk Ma Zu-ji, Dosen University of Lincoln.
Banyak relawan lokal yang bergerak untuk mempersiapkan konferensi ini. Dibutuhkan tim konsumsi, tim transportasi, dan berbagai tim lainnya. Para pengusaha setempat juga pergi ke bandara untuk menjemput para peserta konferensi dan membantu membawa koper mereka. Inilah kekuatan cinta kasih yang setara.
Para Bodhisatwa di seluruh Malaysia bekerja sama dengan harmonis
untuk menyukseskan konferensi ini. Mereka menyiapkan tempat tinggal dan makanan serta membersihkan setiap sudut ruangan. Lihatlah, betapa bersih dan agungnya ladang pelatihan di sana. Para peserta masuk dan keluar dengan lancar, ini sungguh tidak mudah.
Relawan setempat sangat perhatian. Saat mempersiapkan tempat tinggal, mereka sangat bersungguh hati. Berhubung peserta konferensi menganut agama yang berbeda-beda dan tidak sedikit yang merupakan umat Muslim, maka relawan setempat juga menyiapkan sebuah surau di sekitar tempat tinggal mereka.
“Kami mengubah sebuah ruang tidur relawan menjadi surau. Dengan bantuan ponsel, kami menentukan arah kiblat dan memasang anak panah untuk menunjukkannya. Karpet-karpet juga disusun menghadap arah kiblat,” kata Wong Pick-si, Relawan Tzu Chi.
Umat Muslim yang saleh harus melakukan shalat lima waktu pada waktu-waktu tertentu. Karena itu, relawan setempat menyiapkan sebuah ruangan besar dengan anak panah yang menunjuk ke arah Mekkah agar saat tiba waktunya, umat Muslim bisa melakukan salat. Kita menghormati keyakinan orang-orang. Untuk menyiapkan makanan bagi peserta dari 12 negara, tim konsumsi dengan sepenuh hati menyiapkan makanan yang sesuai dengan selera peserta dari masing-masing negara.
“Berhubung insan Tzu Chi di seluruh Malaysia bersatu hati, maka kita mengundang relawan dari berbagai wilayah untuk membantu menyiapkan hidangan khas Malaysia bagi para peserta konferensi,” kata Lin Hui-yun, seorang Relawan Tzu Chi.
“Mengingat bahwa peserta dari berbagai negara memiliki selera yang berbeda-beda, kita telah mengubah menu kita sebanyak 5 kali hingga setiap hidangan cocok untuk para peserta. Contohnya, untuk peserta suku Melayu, kita menyiapkan rendang basah,” kata Sin Me-lan, Relawan Tzu Chi.
Tim konsumsi menjalankan tugas mereka dengan teliti dan bersungguh hati. Saya sangat tersentuh melihat insan Tzu Chi Malaysia. Imbauan saya agar insan Tzu Chi di seluruh Malaysia bersatu hati untuk menyebarkan cinta kasih telah mereka wujudkan. Dengan menghimpun kekuatan, mereka bisa mengatasi segala kesulitan. Sungguh, dengan himpunan kekuatan cinta kasih dan kerja sama yang harmonis, segala kesulitan bisa teratasi.
Dengan kerja sama yang harmonis, akan terbentuk kekuatan yang sangat besar. Saya sungguh sangat tersentuh dan bersyukur. Kita juga melihat di Toronto, Kanada, para insan Tzu Chi mengembangkan cinta kasih universal untuk memahami kebutuhan para pengungsi. Mereka juga menginspirasi cinta kasih orang-orang untuk bekerja sama menolong para pengungsi yang terpaksa melarikan diri ke negara lain karena bencana akibat ulah manusia.
“Selamat datang di Kanada. Kamu akan memiliki hidup yang luar biasa dan bahagia di sini,” kata Tracy Yu Anggota Agincourt Community Services Association.
“Sebagian besar pengungsi Suriah belum menguasai bahasa Inggris.
Mereka sedang belajar bahasa Inggris. Selain itu, juga ada masalah pekerjaan. Mencari pekerjaan sambilan, mempelajari bahasa Inggris, dan menemukan rumah kontrakan yang terjangkau, semua itu adalah tantangan besar bagi mereka,” ujar Mounir Masri, Anggota Agincourt Community Services Association.
“Terima kasih atas kedatangan kalian di tengah cuaca seburuk ini. Terima kasih atas niat baik kalian untuk membantu pendatang baru dari Suriah. Saya rasa, mereka sangat bersyukur atas hadiah yang kalian berikan pada mereka,” kata Tracy Yu Anggota Agincourt Community Services Association.
Kita bisa melihat Bodhisatwa dunia memperlakukan para pengungsi bagai keluarga sendiri. Betapa indahnya cinta kasih berkesadaran ini. Para Bodhisatwa yang telah tersadarkan ini memahami ajaran Buddha dan mempraktikkannya secara nyata. Meski zaman Buddha berjarak sangat jauh dari zaman sekarang, tetapi kita tetap dapat memahami ajaran-Nya.
Seperti yang saya ulas dalam ceramah pagi saya, begitu kita memahami kebenaran, kita bisa melihat Dharma di segala tempat dan dalam segala hal. Jadi, kita sungguh harus bersungguh hati. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa mempraktikkan ajaran Buddha dalam segala hal. Selain itu, setiap orang bisa mengembangkan cinta kasih universal yang tak berujung hingga bisa merasakan dan melihat penderitaan serta menyadari bahwa hidup tidaklah kekal.
Kita jangan hanya berfokus pada keluarga sendiri. Kita juga harus memandang luas ke seluruh dunia untuk memahami hal yang terjadi di dunia ini. Karena itu, kita sungguh harus memahami kebenaran dan mengembangkan nilai hidup kita. Ini bisa dilakukan di negara mana pun.
Seluruh insan Tzu Chi Malaysia bekerja sama menyukseskan Konferensi TIMA
Memberi pelayanan dengan rasa hormat, kesatuan hati, dan keharmonisan
Para pengungsi Suriah di Kanada menerima bantuan
Mempraktikkan ajaran Buddha dengan cinta kasih tak berujung
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Maret 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 22 Maret 2107