Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Ajaran Secara Nyata

Pada tahun 1997, lewat kegiatan daur ulang, saya mengenal Tzu Chi. Pada tahun 2000, barulah saya dilantik oleh Master. Hati Buddha, tekad Guru membuat saya bisa bertahan hingga hari ini. Master berkata, "Lakukan saja." Namun, saya berpikir, lakukan saja memang terdengar mudah, tetapi bagaimana agar yang dilakukan itu benar?

Di dalam buku catatan perjalanan Master tertulis bahwa Master berkata untuk menjalankan Tzu Chi, yang terpenting adalah ketulusan dan kebenaran. Ketulusan adalah semangat spontan yang tumbuh dari lubuk hati untuk melatih diri sesuai dengan ajaran di dalam Sutra. Selain itu, setiap hari Master berpesan agar kita selalu bersungguh hati. Karena itu, saya mulai memiliki tujuan.

Saya memohon agar Master memberi saya kebijaksanaan dan kekuatan. Saya akan terus melangkah di jalan ini dengan keyakinan, kegigihan, dan keberanian.

Relawan Yang dahulu merupakan pengusaha yang gemar minum minuman keras. Berkat adanya jalinan jodoh, dia akhirnya mengenal Tzu Chi dan mulai ikut dalam kegiatan daur ulang. Dia memfokuskan diri untuk memilah botol kaca. Botol kaca sangat berat. Dia sendiri pernah dioperasi. Dokter sudah memperingatkannya, tetapi dia tetap tekun melakukan daur ulang. Ini sungguh membuat kita tersentuh.

Mempraktikkan Ajaran Secara Nyata

Dia memanfaatkan setiap saat untuk mengembangkan nilai kehidupannya. Tadi saya berkata kepadanya, “Boleh melakukan daur ulang, tetapi juga harus menjaga kesehatan. Jangan mengangkat beban yang terlalu berat.” Sebagian orang memang mudah tersentuh dan langsung mendedikasikan diri sepenuh hati. Selama hampir 20 tahun ini, tekadnya tak berubah. Dia terus mendedikasikan diri. Ini sungguh mengharukan. Sungguh, alangkah baiknya jika dalam hidup ini setiap orang dapat bersumbangsih bagi bumi.

Bumi ini adalah sandaran hidup umat manusia. Untuk dapat bertahan hidup, setiap orang harus bergantung pada bumi ini. Jika bumi ini selamat, barulah manusia bisa selamat. Lihatlah di Tainan, pada bulan Februari tahun ini, tiba-tiba terjadi gempa yang dahsyat. Dalam bencana kali ini, sejak awal insan Tzu Chi langsung bergerak dengan tak mengenal siang dan malam. Para relawan berada di lokasi bencana untuk membagikan selimut, makanan hangat, serta kebutuhan lainnya seperti air jah, dan lainnya. Inilah wujud cinta kasih insan Tzu Chi.

Relawan juga melakukan kunjungan kasih ke berbagai wilayah untuk memahami adakah warga yang tempat tinggalnya rusak. Jika ada, dapatkah diperbaiki? Para relawan mencari tahu kondisi setiap keluarga dan mencari cara untuk membantu mereka. Semua ini masih jelas di dalam ingatan saya. Intinya, kita harus berusaha untuk selalu mengembangkan cinta kasih kita. Tanpa adanya cinta kasih, maka pada masa-masa bencana seperti itu, siapakah yang rela bersumbangsih?

Mempraktikkan Ajaran Secara Nyata

Para korban tak punya hubungan darah dengan kita, untuk apa kita berada di lokasi bencana sambil menerjang dinginnya cuaca? Untuk apa kita terus berada di sana? Dalam suasana menjelang Tahun Baru Imlek itu, untuk apa kita malah pergi ke rumah duka dan berada di sana selama berhari-hari? Untuk apa? Mengapa kita rela pergi ke rumah sakit dan berjaga di sana hanya demi memberi penghiburan?

Lihatlah, cinta kasih ini sungguh membuat orang terharu. Janganlah kita melupakan hal ini. Dengan tidak melupakannya, barulah kita dapat meningkatkan kesadaran dan cinta kasih dapat senantiasa dikembangkan. Dengan himpunan cinta kasih semua orang, barulah kita dapat bersumbangsih seperti itu. Karena itu, kita harus sangat bersungguh hati.

Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Jing Si berarti harus melatih ke dalam diri, yakni melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Ke luar, kita mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Dengan ketulusan, kita berikrar menyelamatkan semua makhluk. Dengan kebenaran, kita berikrar memutus noda batin. Dengan keyakinan, kita berikrar mempelajari semua Dharma. Dengan kesungguhan, kita berikrar untuk menuju kebuddhaan. Inilah murid Jing Si.

Mempraktikkan Ajaran Secara Nyata

Semangat ajaran Jing Si sama dengan  semangat yang diajarkan para Buddha, yaitu Empat Ikrar Agung Bodhisatwa yang meliputi berikrar menyelamatkan semua makhluk yang tak terbatas, berikrar memutus noda batin yang tiada akhir, berikrar mempelajari pintu Dharma yang tak terhingga, dan berikrar mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Untuk itu, dibutuhkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Inilah ikrar insan Tzu Chi yang paling mendasar, yang juga merupakan semangat ladang pelatihan Jing Si. Semua murid Jing Si harus melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan serta mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin.

Kita harus memiliki cinta kasih agung tanpa penyesalan. Kita harus bersumbangsih dengan keyakinan yang teguh. Kita berharap semua orang menciptakan berkah di tengah masyarakat. Tentu jangan sampai ada penyesalan. Kita bersumbangsih tanpa pamrih dan tanpa penyesalan.

Dengan welas asih agung, saat melihat semua makhluk yang menderita, kita rela untuk bersumbangsih. Kita semua belajar untuk menjadi Bodhisattva. Bodhisattva mempraktikkan Enam Paramita. Berhubung di dunia terdapat banyak penderitaan, maka kita harus menggunakan kebijaksanaan dan welas asih untuk bersumbangsih. Sumbangsih ini adalah tanpa pamrih. Ini tak bisa hanya dilakukan oleh segelintir orang.

Kita membutuhkan banyak orang. Jadi, kita harus memilki kesatuan hati dan tekad yang murni bagai bola kristal. Kita juga harus mengembangkan hutan Bodhi dari akar yang sama. Seluruh relawan harus bersatu hati menggarap ladang berkah. Akar kebijaksanaan harus tertanam dalam di Jalan Bodhisatwa. Benar, kita harus memulainya sekarang juga.

Akar kebijaksanaan kita harus berkembang luas dan tumbuh mendalam. Dengan begitu, barulah pohon Bodhi kita ini dapat tumbuh dengan kokoh. Hutan Bodhi tumbuh dari akar yang sama. Kita harus membentuk hutan. Dengan adanya hutan, baru bisa melindungi bumi. Sama halnya, kebajikan dan kesadaran satu orang tidaklah cukup. Kita membutuhkan niat baik dan kesadaran dari banyak orang. Jadi, kita harus menumbuhkan hutan Bodhi dari akar yang sama.

Bodhisatwa sekalian, kekuatan cinta kasih amat diperlukan. Bagi para relawan yang dilantik hari ini, hari ini kita baru akan mulai melangkah di Jalan Bodhisatwa. Bagi para relawan senior, semua harus tetap memegang teguh keyakinan agar keyakinan ini selamanya tidak pernah goyah. Silsilah Dharma Jing Si ini harus terus kita wariskan. Inilah harapan dan ikrar kita bersama.

Mempraktikkan ajaran di dalam Sutra secara nyata

Bersungguh hati mengubah dan memperbaiki kehidupan

Dengan tulus menghibur korban gempa yang ketakutan

Hutan Bodhi tumbuh dari akar yang sama

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 26 November 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 28 November 2016

Hanya orang yang menghargai dirinya sendiri, yang mempunyai keberanian untuk bersikap rendah hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -