Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Cinta Kasih dan Welas Asih


“Master berkata bahwa berkah bisa diteruskan kepada generasi berikutnya dan membawa manfaat bagi anak cucu; jiwa kebijaksanaan juga bisa diteruskan hingga kehidupan berikutnya. Jadi, sejak anak saya masih kecil, selain menjalankan Tzu Chi sendiri, saya juga berbagi tentang Tzu Chi dengan mereka dan mengajak mereka menjalankan Tzu Chi, termasuk terjun ke jalan untuk menggalang donasi, menyusun konblok, melakukan pemilahan barang daur ulang, serta membantu membersihkan dan memperbaiki rumah penerima bantuan kita,”
kata Zeng Zhao-xi relawan Tzu Chi.

“Belakangan ini, kami juga membantu memperbaiki rumah yang terkena dampak gempa di Yuli dan Hualien. Dengan melihat penderitaan, kami bisa menyadari dan menghargai berkah serta kembali menciptakan berkah,” pungkas Zeng Zhao-xi.

Saya bisa melihat ketekunan dan semangat para relawan Tzu Chi Pingtung.

Saudara sekalian, untuk mendengarkan ceramah saya sekarang, kalian harus sangat fokus karena untuk berbicara, saya harus menguras energi. Saya sangat bekerja keras. Saya merasa bahwa sepanjang hidup saya, saya selalu bekerja keras. Saat masih muda, saya sangat aktif. Saya melakukan perjalanan keliling Taiwan setiap bulan. Kemudian, saya makin lama makin sibuk. Ini karena pada masa-masa awal, Tzu Chi hanya dijalankan di Taiwan.

Seiring bertambahnya kesibukan saya, waktu saya pun makin tidak cukup. Kini, waktu saya lebih tidak cukup lagi, termasuk usia kehidupan saya. Karena itulah, saya sering berkata bahwa saya tidak memiliki cukup waktu lagi. Meski demikian, saya merasa sangat terhibur.

Di sini, saya mendengar para dokter dan perawat kita berbagi bahwa RS Tzu Chi Dalin bukan hanya membawa manfaat bagi warga Chiayi, tetapi juga bagi warga Yunlin dan Douliu. Berkah yang mereka ciptakan sangatlah besar. Mereka semua sangat sungguh-sungguh dan tulus. Kesungguhan dan ketulusan, inilah yang saya serukan kali ini.


Para tenaga medis kita telah memenuhi seruan saya ini karena mereka melindungi kehidupan dan kesehatan dengan cinta kasih. Mereka bukan hanya mendedikasikan diri di RS, tetapi juga terjun ke tengah masyarakat. Saya juga sangat bersyukur kepada para relawan kita.

Setiap kali mengadakan baksos kesehatan, pasti dibutuhkan partisipasi relawan. Jadi, para dokter juga didampingi para relawan kita. Meski warga lansia sebatang kara, warga berketerbatasan fisik, dan warga kurang mampu menjalani hari demi hari dengan sulit, tetapi ada para dokter dan perawat kita yang baik beserta para relawan kita yang menjangkau pedesaan dan pegunungan untuk mengadakan baksos kesehatan. Karena itu, saya sangat bersyukur dan tenang.

Bodhisatwa sekalian, dengan menjaga tekad dan menjalankan ajaran, jalan kita akan menjadi sangat lapang. Para tenaga medis kita mendedikasikan diri dengan penuh cinta kasih. Saya selalu menganggap para perawat kita sebagai suciwan berjubah putih, sedangkan para dokter yang menyelamatkan kehidupan adalah tabib agung. "Tabib Agung dapat mendiagnosis penyakit." Bukankah ini yang dikatakan di dalam Sutra Makna Tanpa Batas?

Sutra Makna Tanpa Batas merupakan semangat misi Tzu Chi. Lihatlah misi amal kita. Misi amal kita telah menjangkau dunia internasional. Saat suatu negara dilanda bencana, sejauh apa pun, insan Tzu Chi selalu menggenggam jalinan jodoh dan mengatasi segala kesulitan untuk menyalurkan bantuan.


Saat ini, orang yang dilanda bencana dan penderitaan sangatlah banyak. Negara yang berbeda dilanda bencana yang berbeda-beda pula. Ada bencana alam, bencana akibat ulah manusia, serta kemiskinan dan penderitaan jangka panjang. Kita tengah menjangkaunya satu per satu. Penderitaan seperti ini sulit unfuk diakhiri. Akan tetapi, bolehkah kita menyerah? Tidak boleh.

Bodhisatwa mendengar suara penderitaan dan datang untuk memberi pertolongan. Bodhisatwa adalah umat Buddha. Buddha datang ke dunia demi satu tujuan utama, yaitu membimbing orang-orang menapaki Jalan Bodhisatwa. Sungguh, kita menerima ajaran untuk menjadi Bodhisatwa dunia. Untuk itu, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah yang diajarkan oleh Buddha di dunia.

Bodhisatwa sekalian, saya sangat bersyukur kalian begitu dekat di hati saya dan datang ke sini untuk berbagi pengalaman dengan saya. Ini membuat saya sangat tenang karena tahu bahwa kalian terus bersumbangsih. Jadi, saya sangat bersyukur. Kita juga harus membimbing orang lain.

Kalian yang belum pernah bertemu dengan saya pun telah bertemu dengan saya hari ini. Sejarah Tzu Chi yang tidak kalian ketahui sebelumnya pun telah kalian ketahui sekarang. Dahulu, saat saya hendak membangun rumah sakit, kalian terjun ke jalan untuk menggalang donasi. Saat itu, membangun rumah sakit sungguh sulit. Para relawan senior hendaknya membagikan kisah-kisah pada masa pembangunan rumah sakit.


Di dalam otak kita, terdapat satu bagian yang penuh welas asih dan altruisme. Setelah mengaktifkan sel otak di bagian ini, kita akan terus berbuat baik. Semua orang memiliki bagian otak ini. Hanya saja, ada yang belum mengaktifkannya. Jika telah mengaktifkannya, kita akan sangat tertarik pada perbuatan baik dan berbuat baik dengan antusias. Dalam ajaran Buddha, kita menyebutnya kesadaran.

Selain enam kesadaran, juga ada kesadaran ketujuh dan kedelapan. Namun, yang sering saya ulas ialah kesadaran kesembilan. Kesadaran kesembilan adalah hakikat kebuddhaan yang dimiliki oleh semua orang. Saat ini, kita memiliki jalinan jodoh untuk berhimpun dan membangkitkan hakikat kebuddhaan yang dimiliki oleh setiap orang ini. Kalian semua harus yakin akan hal ini.
 
Berusaha semaksimal mungkin untuk memberi pertolongan setelah mendengar suara penderitaan
Bekerja sama dengan harmonis dan tulus
Bodhisatwa mempraktikkan Sutra Makna Tanpa Batas
Mempraktikkan cinta kasih dan welas asih

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 02 Juli 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 04 Juli 2024
Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -