Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan dan Menyelami Dharma demi Menyempurnakan Berkah dan Kebijaksanaan
“Apa kabar, Master dan semuanya? Saya bernama Zheng Shan-yi. Arti dari nama saya adalah niat baik. Saya ingin berbagi dengan Master bahwa sejak berusia 3 tahun, saya mengidap polio. Di Tzu Chi, saya tidak bisa melakukan apa pun selain menulis. Di dalam buku "Mengubah Pola Pikir" ini, ada enam kisah yang merupakan karya saya. Enam kisah tersebut berasal dari enam relawan Tzu Chi yang menjadi teladan bagi kami. Semangat mereka dalam menjalankan Tzu Chi sangat mengagumkan,” ujar Zheng Shan-yi, relawan Tzu Chi.
“Salah satu di antaranya adalah Kakak Lin Chun-xiu. Dahulu Master mengajaknya secara langsung untuk menjalankan Tzu Chi. Saat itu, dia berkata kepada Master, "Saya tidak sanggup." Namun, Master meyakinkan bahwa dia pasti sanggup sehingga dia memasuki Tzu Chi. Hingga kini, dia sudah menjalankan Tzu Chi selama 42 tahun. Dia sangat bersyukur. Awalnya, ada banyak hal yang ingin dia katakan kepada Master. Namun, sekarang dia sudah berusia 83 tahun. Dia berkata, "Master mengatakan bahwa ketika satu kaki melangkah, kaki yang lain harus ikut melangkah. “Jadi, saya terus melangkah tanpa melekat. Karena itu, kini saya tak tahu apa yang harus saya katakan kepada Master. Saya hanya tahu bahwasaya ingin berterima kasih kepada Master. Terima kasih telah membimbing saya memasuki Tzu Chi sehingga hidup saya sekarang sangat bahagia dan tenang." Selain itu, dia menyatu dengan nama Dharma yang diberikan Master, yaitu Ci Ti. Dia berkata bahwa Master berharap setelah membangkitkan welas asih, dia dapat memikul tanggung jawab dan merelakan. Selain itu, dia juga mengingat satu kalimat yang berbunyi, "Saat sungai keinginan bergejolak, gelombang lautan penderitaan pun bergelora." Dia juga mengasihi apa yang Master kasihi. Jadi, dia sangat berbakti kepada ibu mertuanya. Dia menjaga ibu mertuanya yang terkena strok dengan baik. Ketika suaminya berselingkuh, dia sangat sedih, tetapi tidak kehilangan arah hidup. Dia melepaskan penderitaan dan semakin tekun menjalankan Tzu Chi sehingga bisa merekrut donatur sebanyak 400 hingga 500 orang,” tambah Zheng Shan-yi.
“Saya dilantik pada tahun 1989 dengan nama Dharma "Ci Ti". Terima kasih, Master. Amitabha,” kata Lin Chun-xiu.
“Anda adalah relawan senior yang sudah lama menjadi murid saya, benar?”
“Selain itu, dia tidak pernah keluar dari barisan relawan.”
“Master, Kakak Chun-xiu patuh tidak?”
“Sangat patuh.”
Kita harus merelakan, baru bisa memperoleh. Kita sering berkata, "Dengan merelakan satu, kita bisa memperoleh banyak." Lihat betapa banyaknya donatur dan saudara se-Dharma yang Anda miliki. Jadi, hendaknya kamu bersukacita dan bersyukur. Setiap hari saya berkata bahwa saat bangun tidur, kita hendaknya mengucap syukur dan membangun ikrar untuk menciptakan berkah. Sehat secara jasmani dan rohani, ini sangat berharga.
Namun, apa gunanya jika hanya memiliki tubuh yang sehat? Yang terpenting, dengan tubuh yang sehat ini, kita harus melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dunia. Saat usia kita makin bertambah, ini adalah hal baik. Karena kondisi tubuh kita sehat, barulah usia kita bisa terus bertambah. Melihat kalian semua sehat, saya merasa sangat tidak mudah dan bersukacita. Jadi, kalian harus sama seperti saya.
Saat bangun tidur dan meregangkan badan, kita harus bersyukur. Saat turun dari ranjang dan berdiri tegak, kita juga harus bersyukur. Saat mulai melangkahkan kaki, kita bertekad untuk menjalani kehidupan yang bernilai. Karena itu, saya terus memberi tahu semuanya untuk menginventarisasi kehidupan. Mungkin saja dahulu kita telah melalaikannya. Mulai saat ini, kita tidak boleh menyia-nyiakan setiap detik.
Dahulu kalian belum mengerti tentang prinsip kebenaran. Sekarang arah kalian sudah benar karena saya terus membimbing dengan sungguh-sungguh. Kita bisa melihat bahwa para relawan di depo daur ulang sangat bersukacita. Banyak di antara mereka yang sudah berusia lanjut, tetapi masih sangat cekatan. Lihat, mereka bisa membongkar barang-barang yang berat. Komponen yang rusak disingkirkan dan komponen yang berguna dikumpulkan untuk dirakit kembali.
Begitu pula dengan kehidupan manusia. Kita harus saling melengkapi. Ada orang yang berkata, "Master, saya tidak mengenal huruf." Saya berkata bahwa tidak apa-apa, yang penting kita memahami prinsip kebenaran. Jika telah memahami prinsip kebenaran, tetapi tidak tahu cara mempraktikkannya, ikutilah orang yang menapaki jalan yang benar. Kita hendaknya menjadi pemandu jalan. Jika tidak bisa menjadi pemandu, kita bisa mengikuti orang yang berjalan ke arah benar. Ikuti saja orang yang menapaki jalan yang benar.
Di dalam barisan yang panjang, ada orang yang berkata, "Master, sayalah yang paling belakang." Saya merasa yang paling belakang juga sangat luar biasa karena harus menjaga orang-orang di depan agar tidak keluar dari barisan. Baik yang paling depan maupun belakang, kalian sama-sama penting. Sementara itu, yang di tengah barisan harus solid. Misi Tzu Chi bersifat abadi.
Tzu Chi bisa terbentuk pada zaman ini, ini butuh jalinan jodoh yang sangat istimewa. Jika dihitung secara global, Tzu Chi telah menjangkau setengah dari jumlah negara di dunia. Namun, apakah kita sudah berhasil membimbing setengah dari populasi dunia? Sudah berhasil belum? (Belum) Masih jauh. Apakah semut kecil bisa mendaki Gunung Sumeru? Bisa tidak? (Bisa) Bisa. Jawaban kalian sangat lantang. Bisa. Kita semua harus percaya pada diri sendiri bahwa pasti bisa mendakinya.
Selain mendakinya sendiri, kita juga harus membimbing sekelompok besar semut kecil untuk mendakinya bersama. Kita harus mengerahkan segenap hati dan tenaga. Kita bisa membimbing satu demi satu orang yang kita temui. Jika dapat membangun tekad, berarti mereka memiliki berkah untuk berjalan bersama. Jika mereka tidak membangun tekad, setidaknya kita sudah berusaha dan menunaikan kewajiban kita.
Kita harus membangun tekad dan ikrar untuk berbagi tentang Tzu Chi dengan orang-orang. Kita menapaki jalan Tzu Chi dan menjalankan Tzu Chi. Jadi, kalian harus membangun tekad dan ikrar seperti ini agar bisa menginspirasi orang yang tak terhingga. Saya sering berkata kepada kalian bahwa satu benih bisa bertumbuh menjadi tak terhingga.
Dengan mempraktikkan Dharma, kita bagai membaca Sutra Makna Tanpa Batas. Sutra harus dipraktikkan secara nyata. Jadi, kita jangan menyia-nyiakan hari-hari kita. Kita bisa membimbing orang lewat aktivitas, tindakan, dan tutur kata kita. Jadi, kita harus lebih sering berbicara untuk menginspirasi masyarakat. Ada banyak orang yang menunggu bimbingan kita. Kita jangan mengabaikan satu orang pun yang menunggu bimbingan kita. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita harus membangun tekad dan ikrar setiap saat.
Di saat membina berkah, kita juga harus mengembangkan kebijaksanaan kita. Ini yang disebut membina berkah sekaligus kebijaksanaan. Berkah dan kebijaksanaan bagaikan kedua kaki kita yang terus melangkah maju. Inilah berkah dan kebijaksanaan. Bukanlah hal yang mustahil bagi makhluk awam untuk mencapai kebuddhaan. Yang penting, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Karena itu, kita hendaknya menapaki Jalan Bodhisatwa.
Terima kasih telah melakukan wawancara dan menulis kisah-kisah yang bisa menginspirasi orang. Semoga lebih banyak orang yang membacanya dan terinspirasi. Terima kasih.
Mempraktikkan dan Menyelami Dharma demi Menyempurnakan Berkah dan Kebijaksanaan
Bersyukur atas pembangunan ikrar untuk membawa manfaat bagi dunia
Mempraktikkan kebajikan dan membimbing orang untuk mendaki Gunung Sumeru
Menginventarisasi kehidupan dan memahami kebenaran
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 05 Juni 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 07 Juni 2022