Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma Dalam Keseharian

Waktu terus berlalu tanpa kita sadari. Segala hal dan materi di dunia ini juga terus mengalami perubahan. Saya sering mengimbau orang-orang untuk memanfaatkan waktu dengan sepenuh hati tanpa menyia-nyiakan satu detik pun untuk mengembangkan nilai kehidupan kita. Sulit untuk terlahir sebagai manusia. Karena itu, setelah terlahir sebagai manusia, bertemu ajaran Buddha, menyelami hati Buddha, dan mengenakan jubah kelembutan dan kesabaran, kita hendaknya mempraktikkan Dharma dalam kehidupan sehari-hari. Di ruang yang luas ini, waktu terus berlalu tanpa henti dan segala sesuatu tidak dapat dipertahankan. Di ruang yang luas ini, setelah menerima ajaran Buddha, kita harus menjalankan praktik nyata tanpa pamrih. Inilah yang disebut menyadari kekosongan.

Setelah mengenakan seragam Tzu Chi, kita harus mempraktikkan ajaran Buddha dan menjadi teladan di dunia ini. Inilah yang disebut membabarkan Dharma dengan tindakan nyata. Jadi, kita berharap setiap orang dapat memiliki hati Buddha, mempraktikkan kelembutan dan kesabaran, serta menjalankan Dharma tanpa pamrih. Kita semua memiliki hakikat Kebuddhaan. Sulit untuk terlahir sebagai manusia dan bertemu dengan ajaran Buddha, pandangan benar, dan pengetahuan benar serta bertemu dengan ajaran Buddha. Karena itu, kita harus mempraktikkan Dharma dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Inilah nilai kehidupan kita. Kehidupan manusia penuh dengan ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan.

Fiji dihantam badai besar yang mengakibatkan akses jalan dan aliran listrik terputus serta memorak-porandakan sebuah desa. Kini negara itu berada dalam keadaan darurat. Pemerintah setempat juga menyediakan 750 tempat pengungsian bagi korban bencana. Dari sini bisa diketahui betapa besarnya kerugian yang diderita. Beruntung, wilayah perkotaan dapat selamat dari terjangan badai. Ini termasuk keberuntungan di tengah bencana. Janganlah kita mengeluh akan terjangan badai berkekuatan tinggi itu. Sebaliknya, kita seharusnya bersyukur atas berkurangnya dampak bencana. Dengan bersikap pengertian seperti ini, hati kita akan lebih tenang dan damai. Namun, kita tetap harus mawas diri dan berhati tulus. Sungguh, terhadap perubahan iklim yang ekstrem, kita harus melakukan antisipasi. Dengan memperhatikan hal-hal kecil, kita dapat menciptakan keluarga dan masyarakat yang lebih harmonis, aman, dan tenteram.

Di beberapa negara, terdapat diskriminasi sosial dan ras. Ini merupakan krisis yang terpendam. Selama beberapa hari yang lalu, wilayah utara India sungguh tidak tenang. Lewat siaran berita, kita melihat bahwa pemerintah setempat telah menggerakkan tentara untuk mengatasi masalah tersebut. Ini telah menimbulkan pergolakan masyarakat. Kita juga bisa melihat di Kolombia, virus Zika terus merebak. Dalam waktu seminggu, kasus Zika bertambah lebih dari 5.000 kasus. Hingga kini, sudah lebih dari 37.000 orang terjangkit virus Zika di Kolombia. Ini sungguh mengkhawatirkan. Virus ini bersumber dari Brasil, tetapi kini telah menyebar ke Kolombia. Ini karena akses transportasi sangat praktis. Selain itu, virus Zika juga dapat menular lewat nyamuk yang menggigit pasien Zika, lalu menggigit orang lain. Karena itu, sulit untuk mengantisipasi penyebaran virus Zika.

Kita juga harus memahami bahwa semua bencana ini terjadi akibat kekuatan karma semua makhluk. Untuk mengulas hal ini dibutuhkan banyak waktu. Dengan kebijaksanaan-Nya, pada lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Buddha telah mengulas tentang peperangan, wabah penyakit, dan kelaparan. Ini semua merupakan Tiga Bencana Kecil yang akan terus terjadi di dunia ini. Kita sungguh sangat khawatir. Sebagai manusia, kita harus sungguh-sungguh menunaikan kewajiban kita. Kondisi cuaca yang tidak bersahabat disebabkan oleh pengembangan industri dan aktivitas manusia. Beberapa hari ini, kita melihat pemasangan lampion terbang, petasan, dan lain-lain yang menimbulkan polusi. Lampion terbang juga sangat berbahaya. Kita tidak tahu ke mana lampion itu melayang dan di mana ia akan mendarat. Bukankah itu sangat berbahaya? Orang-orang memasang petasan dan lampion terbang untuk berdoa. Benarkah harus demikian? Kini udara sudah tercemar dan terdapat bangunan di mana-mana. Kondisi sekarang sudah berbeda dengan dahulu. Berhubung masyarakat telah berubah maka hiburan seperti ini pun menjadi sesuatu yang berbahaya.

Insan Tzu Chi terus menyosialisasikan konsep daur ulang. Banyak relawan lansia yang tidak beristirahat pada tahun baru. Pada malam Tahun Baru Imlek, mereka tetap melakukan daur ulang. Pada hari pertama Tahun Baru Imlek, mereka juga melakukan daur ulang. Bukan hanya relawan di Taiwan, para relawan di luar negeri juga sangat bersungguh hati. Kita bisa melihat relawan di Filipina yang dahulu pernah menggunakan botol plastik untuk membuat perahu penyelamat. Perahu itu terbuat dari botol plastik dan benar-benar dapat digunakan untuk menyelamatkan orang. Tahun ini, dalam pawai kendaraan hias ke-155, insan Tzu Chi juga memperlihatkan kendaraan hias yang mereka buat. Dengan apa mereka membuat kendaraan hias? Dengan botol-botol plastik daur ulang. Mereka memperlihatkan botol-botol daur ulang yang mereka kumpulkan untuk menyosialisasikan pemilahan barang daur ulang. Lewat kegiatan yang menghibur ini, relawan kita menunjukkan kepada orang-orang bahwa barang daur ulang masih sangat berguna. Asalkan ada tekad maka tiada hal yang sulit.

Singkat kata, di seluruh dunia, kondisi iklim tidak selaras dan pikiran manusia bergejolak. Kita juga melihat bagaimana ketekunan dan semangat para Bodhisatwa kita. Banyak yang ingin saya sampaikan, tetapi waktu kita tidak cukup. Karena itu, kita harus menggenggam setiap waktu. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menyadari bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah kosong dan mempraktikkan ajaran Buddha tanpa pamrih. Kita harus menjadi teladan di dunia ini dan bertindak secara nyata untuk membabarkan Dharma. Jika bisa demikian maka kita bisa menyucikan hati manusia.

Mempraktikkan ajaran Buddha secara nyata tanpa menyia-nyiakan waktu

Menjadi teladan dalam menapaki Jalan Bodhisatwa

Waspada terhadap bencana akibat ulah manusia dan bencana alam

Membuat kendaraan hias dengan barang daur ulang

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Februari 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 Februari 2016

Jangan takut terlambat, yang seharusnya ditakuti adalah hanya diam di tempat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -