Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma dan Berbuat Kebajikan dengan Penuh Semangat
“Di Malaysia, kami belum pernah merasakan gempa bumi. Karena itu, gempa kali ini memberikan pelajaran mengejutkan kepada kami,” kata Song Ji Hui relawan Tzu Chi Malaysia.
“Saya percaya bahwa setiap orang dari kita kembali ke sini dengan membawa hati yang penuh syukur. Kami membantu merapikan tempat tidur lipat dan pergi ke SD Yi-chang untuk mengatur pembagian bantuan. Kami sangat berharap kekuatan kecil kami dapat membantu para penduduk di Hualien,” kata Feng Zhuang-yu relawan Tzu Chi Malaysia.
Ketika datang ke Taiwan, Anda tidak hanya dapat merasakan gempa yang mengguncang bumi, tetapi juga bisa melihat dampaknya terhadap orang-orang. Mendengar cerita orang-orang bagaimana mereka merasa terkejut, saya juga merasa terkejut. Namun, saya akan tetap mengatakan bahwa kita hendaknya bersyukur setiap saat. Ketenteraman dan keselamatan adalah berkah.
“Pada era pandemi, kedua orang tua saya meninggal akibat Covid-19. Saya menyadari secara mendalam ajaran Master bahwa berbakti tidak dapat ditunda. Paman dan bibi di Tzu Chi, beserta kakak-kakak di Tzu Ching juga menyiapkan sebuah upacara doa dan penghormatan secara daring untuk orang tua saya,” kata Dong Jin-fu relawan Malaysia.
“Mengenai hari-hari saya ke depan dan perkembangan mental saya, saya bisa perlahan-lahan menyesuaikan diri dengan baik berkat adanya paman dan bibi di Tzu Chi yang membantu mengaturkannya untuk saya. Saya dapat merasakan cinta dan kehangatan mendalam dari para saudara se-Dharma. Saya akan menggunakan tubuh saya untuk terus melakukan kebaikan bersama Tzu Chi dan melimpahkan jasanya untuk orang tua saya,” pungkas Dong Jin-fu.
Dalam kehidupan ini, perpisahan akan selalu ada. Oleh karena itu, kita harus menggenggam setiap detik dari kebersamaan kita. Setiap kali merasa dicintai dan dilindungi, hendaknya kita membangkitkan rasa syukur di hati. Para relawan di Malaysia memiliki jalinan jodoh yang istimewa dengan saya. Meskipun jarak antara saya dengan kalian sangat jauh, tetapi selama kalian memiliki hati dan tekad, akses untuk datang ke sini sangatlah memadai karena hanya memakan waktu beberapa jam. Saya tentu sangat bersyukur atas hal ini.
Bodhisatwa sekalian, kalian sering merindukan saya. Karena itu, kalian datang untuk mengunjungi saya. Inilah yang disebut sebagai jalinan kasih. Di dalam hati kalian, selalu ada jalinan kasih sayang yang tulus. Dalam kepulangan kali ini, kalian dapat menyaksikan gempa yang terjadi di Taiwan dan merasakan bahwa kehidupan tidaklah kekal. Alam juga tengah membabarkan Dharma.
Berkat kemajuan teknologi, kalian yang berada di Malaysia dapat mendengarkan dan melihat saya. Kalian memang bisa melihat dan mendengarkan saya melalui layar secara daring, tetapi tampilan daring adalah sesuatu yang semu. Namun, apa yang disampaikan secara daring itu tetaplah mengandung kebenaran sejati. Kalian mendengarkan apa yang saya katakan. Dari sana, kalian dapat mengubah pandangan hidup kalian.
Banyak orang yang mengatakan, "Saya telah berubah. Saya telah menyadari kesalahan saya di masa lalu. Saya akan membangun tekad dan ikrar untuk bertobat. Saya akan berlatih dengan tekun dan bersemangat." Mereka telah menyerap ajaran Buddha ke dalam hati dan mengetahui jalan yang benar dalam kehidupan. Karena itu, mereka menggenggam waktu untuk mempraktikkan Dharma secara nyata lewat bersumbangsih.
“Karena kondisi kesehatan yang tidak baik, ayah saya tidak bisa mencari nafkah. Ibu saya harus memikul tanggung jawab seorang diri dalam mencari nafkah dan membesarkan anak-anaknya. Ketika duduk di bangku sekolah menengah, saya kecanduan bermain permainan video hingga larut malam dan mengabaikan nasihat ibu saya,” kata Yin Zhi-jie relawan Tzu Chi Malaysia.
“Saat berusia 17 tahun, barulah saya perlahan mulai sadar dan memikirkan arah kehidupan saya di masa depan. Pada tahun 2007, saya lulus dari universitas dan kembali ke Penang. Saat itu, saya mengira bahwa saya akan bisa menemani ibu saya dengan baik karena sebelumnya saya berada di luar negeri selama bertahun-tahun sehingga jarang berada di rumah. Namun, pada bulan Agustus tahun itu, ayah saya meninggal akibat infeksi bakteri. Kurang dari dua bulan setelahnya, ibu saya meninggal akibat kecelakaan lalu lintas,” lanjut Yin Zhi-jie.
“Saya bersyukur karena pada saat itu, kehangatan dan kepedulian keluarga besar Tzu Chi memberikan semangat dan dukungan yang besar bagi saya. Sejak saat itu, saya mulai berpikir berhubung sudah tak bisa berbakti pada orang tua sendiri, saya mengingat ajaran Master bahwa saya harus menggunakan tubuh yang diberikan orang tua saya untuk bersumbangsih bagi sesama,” pungkas Yin Zhi-jie.
Budi luhur orang tua dijabarkan dalam Sutra Bakti Seorang Anak. Ini adalah Dharma. Setelah mendengar Dharma, kita akan mendapatkan kesan dan terinspirasi. Namun, setelah merasakan kesan, dapatkah kita menerima Dharma itu? Sesudah kita menerimanya, dapatkah kita mengambil langkah untuk mempraktikkannya? Saat kita membagikan Dharma, apakah orang-orang dapat menerimanya? Jika orang-orang dapat menerimanya, lalu apakah kita sendiri sudah mempraktikkannya?
Kita harus melewati banyak ujian. Ujian dan tantangan ini terus menguji kita. Mungkin kita merasa sudah sangat tulus dan tersentuh, sudah mempelajari Dharma, dan sudah menyebarkan Dharma, padahal itu semua hanyalah proses. Setelah melewati proses yang sangat banyak, apakah kita sendiri sudah memiliki Dharma di dalam hati kita? Ini sungguh sesuatu yang sangat penting. Jadi, kita harus menyimpan Dharma di dalam batin kita.
Hal yang lebih penting ialah segera mempraktikkan Dharma secara nyata lewat sumbangsih kita. Inilah tindakan nyata yang sesungguhnya. Kita harus menjalankannya dengan giat. Tekun dan giat sangatlah penting. Melakukan secara langsung akan meninggalkan ingatan yang lebih membekas dibanding hanya mendengar saja.
Jika kita hanya mendengarkan Dharma dan hanya merasa tersentuh sesaat, perasaan tersentuh itu juga akan berlalu. Kita harus mempraktikkannya secara nyata. Setelah merasa tersentuh, kita perlu mengambil tindakan nyata. Setelah bersumbangsih untuk menolong orang yang menderita, kita sendiri juga dapat melihat bahwa sumbangsih yang kita berikan telah mengubah kehidupan mereka. Kita akan memperoleh kebahagiaan Dharma yang sejati.
Dalam kehidupan ini, kita bisa bersumbangsih untuk orang-orang yang menderita. Saat ada yang terjebak dalam kegelapan batin dan tidak dapat membuka hati, kita dapat menunjukkan jalan untuknya. Inilah yang dinamakan menyelamatkan jiwa kebijaksanaan. Bagi orang-orang yang mengalami kesusahan, kesulitan, kemiskinan, dan penderitaan, kita memberi mereka bantuan materi yang sesuai ataupun tempat tinggal yang layak dihuni. Ketika mereka sakit, kita memberi mereka pelayanan medis. Karena itu, saya selalu mengatakan bahwa hati saya selalu dipenuhi rasa syukur.
Berkat kemajuan teknologi, kalian bisa menerima ajaran saya dari tempat yang jauh. Kalian telah menerima Dharma, membangun tekad, dan menjalankannya. Dharma ini telah membangkitkan jiwa kebijaksanaan. Orang tua memberikan kehidupan fisik pada kalian, sedangkan saya sebagai guru memberi kalian jiwa kebijaksanaan. Saya memberikan doa dan berkah kepada kalian. Kalian yang memiliki berkah hendaknya terus menciptakan berkah.
Kita harus selalu belajar dengan hati yang tulus. Dengan semangat ini, di kehidupan ini kita tidak akan berhenti belajar sebelum mencapai pencerahan. Kita harus tekun dan bersemangat dalam melatih diri. Janganlah kita bersikap sombong atau arogan. Begitu ada kesombongan, kita akan merintangi diri kita sendiri sehingga Dharma tidak dapat menyerap ke dalam hati kita.
Ketidakkekalan mengguncang dan membangkitkan rasa syukur
Bersama-sama berbuat baik dengan tulus demi menciptakan berkah
Mengubah kehidupan dan menyelamatkan jiwa kebijaksanaan
Mempraktikkan Dharma secara nyata dengan tulus dan bersemangat
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 22 April 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 24 April 2024