Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma dan Memupuk Pahala Kebajikan


“Sungguh, semua orang sangat berdedikasi. Akibat pandemi Covid-19, kami sudah beberapa tahun tidak bisa kembali ke sini. Kami baru bisa kembali setelah pandemi mereda. Master, kami sangat merindukanmu dan ingin bermanja-manja denganmu,”
kata Zeng Ci Hui Ketua Tzu Chi AS.

“Saya mewakili tim ‘pencarian akar’ dan seluruh murid Jing Si berterima kasih kepada Master serta para bhiksuni di Griya Jing Si dan tim Divisi Kerohanian Tzu Chi yang telah menjaga kami dengan sepenuh hati. Setiap kali saya dapat pulang ke sini, itu merupakan jalinan jodoh yang istimewa. Jadi, saya menghargai setiap kesempatan yang ada dan sangat bersukacita,” kata Chen Jian relawan Tzu Chi.

Kalian semua sangat menyayangi saya. Untuk itu, kalian harus bekerja lebih keras untuk menyebarkan ajaran saya. Sekarang, saya harus menguras tenaga untuk berbicara. Berhubung tidak mudah bagi kalian untuk kembali ke sini, saya sangat ingin mendengar cerita tentang bagaimana kalian bersumbangsih dengan cinta kasih dan berapa banyak hal yang telah kalian lakukan di Tzu Chi.

Dharma dapat didengar, disebarkan, diserap ke dalam hati, dan dipraktikkan. Apakah kita merasa sukacita setelah mempraktikkannya? Dengan mempraktikkan Dharma untuk bersumbangsih bagi dunia, kita akan memperoleh sukacita dalam Dharma. Belakangan ini, saya sering mengatakan bahwa kita harus menginventarisasi nilai kehidupan. Berapa banyak nilai kehidupan yang telah diciptakan?


Hidup di dunia ini, apakah kita akan memperoleh kebahagiaan hanya dengan makan, minum, dan bersenang-senang? Banyak orang yang pikirannya menyimpang. Mereka berolahraga dengan mendaki gunung, tetapi saat kembali ke rumah, mereka lebih memilih menggunakan lift daripada tangga. Ini adalah salah satu contoh dari pikiran menyimpang. Jadi, Bodhisatwa sekalian, mari kita renungkan kembali hal-hal yang telah kita lakukan dalam kehidupan.

Kalian juga berbicara tentang kasus penembakan yang terjadi di Amerika Serikat. Kejadian ini menyebabkan kepanikan dan ketakutan yang meluas di tengah masyarakat. Namun, hanya segelintir orang yang tahu bahwa akumulasi sedikit demi sedikit karma buruk manusialah yang menyebabkan terjadinya bencana besar. Jadi, untuk mengurangi bencana, kita harus menjaga pikiran supaya tetap tenang.

Hanya duduk saja belum tentu pikiran bisa tenang. Kita perlu berinteraksi satu sama lain dan berpikir bagaimana orang-orang dapat bekerja sama dengan sangat harmonis. Mereka telah melakukan banyak hal baik bagi dunia. Bersama mereka, hati kita menjadi sangat damai karena kita percaya kepada mereka yang telah berbuat baik.

Saya sering berkata bahwa kita harus memiliki keyakinan benar. Dengan memiliki keyakinan benar, kita dapat berjalan bersama menuju arah yang benar. Kita akan memperoleh kedamaian batin dan tidak akan tersesat. Jika hanya seorang diri, kita akan mudah tersesat. Namun, dengan bersama sekelompok orang, kita dapat menuju ke arah yang benar. Jadi, kita harus berhimpun bersama orang baik untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar. Dengan demikian, pikiran kita akan sangat lapang, tenang, dan penuh perasaan sukacita.


“Sejak dilantik, saya terus bersumbangsih di tengah masyarakat, bahkan ketika pandemi Covid-19, saya juga tidak berhenti.  Saya menceritakan tentang asal mula praktik menyisihkan 50 sen ke dalam celengan bambu. Untuk menginspirasi lebih banyak orang berbuat baik, kami menggalakkan vegetarisme dan mengimbau orang-orang untuk tidak membunuh hewan. Untuk melakukan itu, saya harus bervegetaris terlebih dahulu. Inilah sebabnya saya bervegetaris selama bertahun-tahun. Kita harus bervegetaris terlebih dahulu supaya dapat mendorong orang lain melakukan hal yang sama,”
kata Tan Yan-ying relawan Tzu Chi.

Kita harus membina kebijaksanaan. Saya sering berbicara tentang "pengetahuan". Kita mengetahui sesuatu setelah mempelajarinya. Namun, kita juga membutuhkan kebijaksanaan. Aksara Mandarin kata "kebijaksanaan" terdiri dari aksara "tahu" dan "matahari". Jadi, bijaksana berarti mengetahui dengan jelas. Dengan kebijaksanaan, kita mengganggap semua makhluk hidup setara tanpa membeda-bedakan antara yang kaya dan miskin ataupun manusia dan hewan. Kita menghargai semua kehidupan. Inilah yang disebut cinta kasih universal.

Dengan bersungguh hati merenungkan prinsip-prinsip sederhana seperti ini, kita dapat menerapkannya pada semua jenis persoalan. Contohnya, saya sendiri. Guru saya memberikan pesan sebanyak enam kata pada saya, yaitu "demi ajaran Buddha, demi semua makhluk". Saya telah berikrar untuk berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk dari kehidupan ke kehidupan. Jadi, kita harus mengukir kata-kata yang baik di dalam hati dan mewujudkannya dengan tindakan nyata.


Kita hendaknya berterima kasih kepada orang tua karena telah memberikan tubuh ini untuk kita. Dengan tubuh ini, kita bisa menjalin jodoh baik dengan orang lain dan menghimpun kekuatan untuk menapaki Jalan Bodhisatwa bersama. Jadi, kita harus bersyukur atas segalanya dan kepada semua orang. Selain bersyukur, kita juga harus melakukan tindakan nyata, baru bisa mewujudkan ikrar kita.

Ketika kita ingin berbuat baik, kita tidak boleh berpikir bahwa kita tidak bisa melakukannya. Kita semua dapat berbuat baik selama kita bersedia melakukannya. Jika kita bersedia melakukan tindakan nyata untuk menjadi orang baik dengan berbuat baik, kita semua adalah Bodhisatwa dunia.

Saya menyebut kalian semua sebagai Bodhisatwa dunia karena kalian telah bersumbangsih dengan cinta kasih berkesadaran. Tanpa cinta kasih berkesadaran, kalian mungkin akan terbuai dalam mengembangkan bisnis atau bekerja lembur supaya bisa menghasilkan lebih banyak uang. Yang dipikirkan hanya menghasilkan uang, bukan menciptakan pahala. Dengan menyerap prinsip kebenaran ke dalam hati, kita baru bisa menciptakan pahala.

Ketika kita memahami prinsip kebenaran, kita dapat berbuat baik dan menciptakan pahala. Demikianlah hendaknya kita memperoleh pemahaman dan menciptakan pahala. Apakah kalian paham? Dengan memperoleh pemahaman tentang kebajikan dan berbuat baik, kita akan dipenuhi sukacita. Ketika tubuh dan pikiran kita berada di arah yang benar, kita dapat terbebas dari noda batin. 

Mempraktikkan Dharma dan memperoleh sukacita Dharma
Bekerja sama dengan harmonis dan memiliki keyakinan benar
Menghargai kehidupan dan memiliki cinta kasih yang setara
Menjernihkan tubuh dan pikiran untuk memupuk pahala kebajikan   

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 13 April 2023
Sumber: Lentera Kehidupan - Daai Tv Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan Tanggal 15 April 2023
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -