Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma dan Menghargai Sumber Daya
Kebakaran hutan di Kanada telah berlangsung selama sebulan lebih dan belum bisa dipadamkan. Untuk memulihkan lokasi kebakaran ini, dibutuhkan waktu selama beberapa tahun. Akibat bencana kali ini, lebih dari 90.000 orang terpaksa mengungsi (berevakuasi).
Salah seorang bapak penerima bantuan kita yang keluarganya terdiri atas empat orang berkata bahwa dia tidak ingin meninggalkan rumahnya. Namun, akhirnya mereka terpaksa berevakuasi dengan mobil mereka. Dia melihat jarum penanda bahan bakar mobilnya terus menurun hingga menunjuk kolom terakhir. Sebelum langit terang, dia segera mencari stasiun pengisian bahan bakar. Saat berbagi pengalaman dengan insan Tzu Chi, bapak ini juga menyatakan rasa syukurnya. Sebelumnya, dia merasa bahwa semua orang menjalani hidup masing-masing dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. Namun, pascakebakaran kali ini, dia merasakan betapa pentingnya saling membantu antarsesama manusia.
Para petugas di stasiun pengisian bahan bakar masuk kerja lebih awal atau melembur sepanjang malam. Ini saja sudah membuatnya merasakan bahwa dalam kondisi darurat, kontribusi para petugas membuat bahan bakar mobilnya bisa kembali terisi. Karena itu, hatinya penuh rasa syukur. Saat dilanda bencana, dia baru memahami bahwa antarmanusia harus saling bersyukur. Setelah mengisi bahan bakar, dia pun mengemudikan mobilnya ke tempat penampungan yang aman di Edmonton di mana insan Tzu Chi membagikan barang bantuan.
Bapak ini merupakan keturunan Tionghoa. Melihat sesama keturunan Tionghoa yang merupakan relawan dari organisasi amal yang datang dari Taiwan untuk bersumbangsih bagi masyarakat setempat dengan penuh cinta kasih dan rasa hormat, dia sangat tersentuh. Setelah menerima selimut, handuk, dan barang lainnya dari Tzu Chi, dia kembali lagi keesokan harinya untuk menyatakan bahwa dia sangat bersyukur dan bersedia bergabung menjadi relawan. Jadi, dia mengenakan rompi relawan dan turut bersumbangsih bersama insan Tzu Chi.
Dia mempraktikkan Dharma lewat tindakan nyata. Dharma yang diserap ke dalam hati bagaikan sebutir benih. Jika kita giat menggarap ladang batin, maka lama-kelamaan, kita akan memahami kebenaran dan dapat bersumbangsih bagi semua makhluk dengan cinta kasih yang setara. Di tempat penampungan itu, kita juga bertemu dengan seorang perempuan yang bukan korban kebakaran, tetapi tinggal di daerah tersebut.
Melihat sumbangsih insan Tzu Chi di sana, dia sangat tersentuh. Berhubung sedang menjalani kemoterapi, dia sangat berharap dapat memperoleh doa dan cinta kasih dari banyak orang. Dia percaya pada Tzu Chi. Dia merasa bahwa jika dia mendapatkan sehelai selimut dari Tzu Chi, berarti dia mendapatkan doa dari Tzu Chi.
Dia menyatakan bahwa dia sangat berharap bisa mendapatkan sehelai selimut. Akan tetapi, insan Tzu Chi agak ragu untuk memberikan selimut padanya. Dia bukan korban kebakaran, bagaimana relawan kita bisa memberikan selimut padanya? Lalu, relawan kita mempertimbangkannya sebentar dan teringat bahwa dia merupakan penderita kanker dan tengah menjalani kemoterapi. Dia juga membutuhkan bantuan. Karena itu, kita memutuskan untuk memberinya sehelai selimut.
Saat menerima selimut itu, dia memeluknya erat-erat dan sangat gembira. Lalu, dia pergi menjenguk seorang anak yang mengidap kanker stadium akhir. Saat dia tiba, kebetulan anak itu sedang merasa kesakitan. Lalu, dia segera mengenakan selimut pada anak itu dan berbagi dengannya dari mana selimut itu berasal. Sungguh menakjubkan, anak itu menjadi tenang dan mulai tersenyum. Anak itu tersenyum dan terlihat tenang. Tidak lama kemudian, anak itu pun meninggal dunia dengan damai. Lalu, semua orang berdoa bagi anak itu.
Setelah itu, perempuan itu kembali ke tempat penampungan dan menceritakan hal ini kepada insan Tzu Chi. Dia juga menyatakan bahwa selimut itu akan dimasukkan ke dalam peti jenazah bersama anak itu. Dia tidak mengambilnya kembali. Dia dengan gembira berkata, “Saya telah menyaksikan kekuatan selimut ini. Saya akan selamanya mengingatnya di dalam hati. Kalian tidak perlu memberi saya selimut lagi karena saya telah memperoleh selimut yang akan selamanya tersimpan di dalam hati saya.”
Kekuatan cinta kasih sungguh menakjubkan. Singkat kata, di dunia ini terdapat banyak bencana. Karena itu, kita harus bersumbangsih dengan cinta kasih yang setara bagi semua makhluk. Inilah yang disebut memberi persembahan.
Buddha sangat berharap kita dapat menyerap prinsip kebenaran ke dalam hati dan mempraktikkannya secara nyata. Inilah yang disebut memberi persembahan. Bertindak secara nyata sesuai ajaran kebenaran berarti memberi persembahan kepada Dharma. Kita hendaknya bersumbangsih tanpa pamrih bagi sesama sesuai kebutuhan mereka. Contohnya perempuan di Kanada itu. Kita mewujudkan harapannya, lalu dia mewujudkan harapan anak itu.
Dengan meneruskan estafet cinta kasih seperti ini, bukankah kita telah mempraktikkan ajaran kebenaran? Jadi, kita harus bersungguh hati dan senantiasa membina ketulusan hati.
Kita juga bisa melihat temperatur yang tinggi di Taiwan. Kita harus hemat dalam menggunakan listrik. Setiap hari, saya terus berkata bahwa kita harus menghemat listrik. Lihatlah, tanpa kita sadari, termos listrik saja sudah menghabiskan banyak energi listrik. Ini sungguh menakutkan. Kita cukup menggunakan termos biasa saja agar tidak perlu menggunakan listrik sepanjang hari. Jangan dibiarkan hingga airnya dingin, baru dipanaskan lagi. Ini sangat memboros listrik.
Berhubung kini sumber daya terbatas, maka kita harus menghemat listrik dan air. Singkat kata, dunia ini penuh dengan penderitaan. Kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan dan berhati tulus.
Memahami ajaran kebenaran dan mempraktikkannya secara nyata
Memberikan selimut kepada yang membutuhkan dengan cinta kasih yang setara
Mewariskan cinta kasih agung untuk bersumbangsih bagi sesama
Menghemat sumber daya, mengurangi emisi karbon, dan hidup berdampingan dengan alam
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Juni 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 4 Juni 2016