Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma dan Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan
Kita dapat melihat penderitaan di dunia dan cinta kasih para Bodhisatwa. Di Kamboja, beberapa hari ini relawan Tzu Chi mengadakan pembagian bantuan yang berlokasi di tempat pembuangan akhir. Sudah beberapa generasi warga di sekitar TPA hidup dalam kondisi penuh kesulitan seperti itu. Saat terluka, terinfeksi, ataupun sakit, mereka bahkan tidak mampu berobat. Melihat hal seperti itu, relawan Tzu Chi menggelar pembagian bantuan di TPA untuk membantu para pemulung di sana.
Secara keseluruhan, kita membagikan bantuan kepada lebih dari 470 keluarga. Setiap keluarga mendapatkan 40 kilogram beras. Beras itu cukup bagi mereka untuk bertahan hidup selama beberapa waktu. Saya sungguh tidak tega melihat mereka.
Saya juga sangat tersentuh melihat baksos kesehatan di Fujian, Tiongkok. Tim medis di RS Fuding bagaikan tim medis di RS Tzu Chi Taiwan. Para dokter di sana sangat teliti, perhatian, dan penuh cinta kasih untuk menjangkau warga di wilayah pedesaan dan pegunungan. Kita dapat melihat mereka mengerahkan kekuatan cinta kasih untuk memberikan layanan medis dan mencurahkan perhatian bagi warga kurang mampu. Kekuatan cinta kasih ini sungguh menyentuh hati.
Mereka berbagi kisah tentang Nenek Wang Chunjiao yang sudah menderita penyakit selama beberapa tahun. Selama ini, tidak pernah terlihat senyuman di wajah sang nenek. Namun, saat dokter berkunjung ke rumahnya, sang nenek tersenyum dengan bahagia. Sang nenek terus tertawa dengan bahagia. Kekuatan cinta kasih tim medis telah membuka hati nenek tersebut sehingga sang nenek dapat merasa bahagia.
Selama beberapa hari itu, di tengah cuaca yang sangat dingin, tim medis RS Fuding keluar untuk memberikan layanan medis. Saya sungguh bersyukur melihat teladan para dokter ini. Saya sangat berterima kasih. Dalam perjalanan kali ini, saya juga bertemu beberapa relawan senior yang tekad pelatihan dirinya tidak mundur serta tetap giat dan bersemangat mendalami Dharma. Ini merupakan persembahan terbaik bagi saya. Mereka hanya berharap saya dapat tenang dan bahagia.
Master, Master sangat mulia
Cahaya kebuddhaan menerangi kami semua
Demi ajaran Buddha dan demi semua makhluk,
Master mengorbankan diri dan mendedikasikan diri Master,
Master jangan khawatir, Kami akan memikul misi Buddha Selama masih ada kami
Saat saya berada di Taipei, para relawan senior Tzu Chi berusaha membuat saya merasa tenang dan dipenuhi sukacita. Mereka mewariskan ajaran Jing Si dan menjalankan mazhab Tzu Chi. Para relawan senior Tzu Chi memegang tekad awal mereka. Selama puluhan tahun ini, tekad mereka tidak pernah mundur. Mereka juga berbagi kisah lama mereka saat melakukan kegiatan Tzu Chi.
Dahulu, kita tidak memiliki pencipta lagu. Karena itu, mereka menggabungkan kalimat dari berbagai sumber dengan irama lagu anak-anak untuk membuat saya gembira dan tenang. Barisan relawan Tzu Cheng juga sangat panjang. Relawan Tzu Cheng senior terus membimbing relawan muda. Kini kita dapat melihat generasi muda relawan Tzu Cheng sudah bermunculan. Yang paling membuat saya tenang adalah melihat antarsaudara se-Dharma saling mendamping dan mencurahkan perhatian.
Saya sungguh gembira melihat tekad pelatihan mereka yang tidak goyah. Mereka memiliki tekad yang teguh untuk mewariskan Dharma. Mereka sungguh telah mencapainya. Setelah itu, saya melakukan perjalanan ke arah selatan hingga tiba di Changhua dan Douliou. Saya bertemu banyak relawan senior dan para fungsionaris Tzu Chi yang menyatakan keteguhan tekad mereka. Saat tiba di wilayah selatan Taiwan, saya bertemu dengan relawan Tzu Chi Kaohsiung. Saya mendengar Relawan Kuan-kuan berbagi bahwa orang memujinya memiliki kualitas diri yang baik dan pasti memiliki pekerjaan yang baik.
Dia memperkenalkan diri bahwa dia bekerja di bagian “Departemen Santai”. “Suami saya, direktur Departemen Santai, memperlakukan saya dengan baik. Dia mengangkat saya menjadi manajer umum di “Departemen Santai”. Saya bisa bekerja selama mungkin tanpa perlu pensiun, tahukah kalian? Saya jelaskan sedikit. Karena saya tidak ada kegiatan, hanya mengurus keperluan rumah tangga. Karena itu, saya memiliki waktu luang untuk menjadi relawan,” katanya.
Ini menunjukkan bahwa anak-anaknya sangat berbakti dan memberi dukungan besar padanya. Lebih dari 20 tahun lalu, dia dan suaminya sudah menjadi relawan di rumah sakit. Meski sang suami sudah meninggal dunia dengan damai, tetapi dia akan segera terlahir kembali karena dia tahu bahwa saya sudah berusia lanjut.
Saya sungguh membutuhkan generasi muda untuk terus mewariskan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi. Hingga kini, tekad pelatihan diri Kuan-kuan tetap tidak mundur. Saya berkata padanya bahwa dia harus mendedikasikan diri untuk porsi dua orang. Dia sangat tekun dan bersemangat.
Relawan Tzu Chi di Kaohsiung sungguh membuat saya dipenuhi rasa syukur. Mereka memiliki tekad pelatihan diri yang teguh. Mereka juga menjadi relawan di Rumah Sakit Tzu Chi. Mereka juga tak henti-hentinya menjadi relawan di komunitas. Inilah Bodhisatwa dunia. Mereka menghargai waktu untuk bersumbangsih bagi dunia. Mereka sungguh tekun dan bersemangat mempraktikkan Dharma untuk membantu sesama. Saya sungguh tersentuh.
Hal yang saya syukuri tidak habis diucapkan dengan kata-kata. Lewat sumbangsih setiap hari, jiwa kebijaksanaan kalian juga ikut bertumbuh. Contohnya Dokter Hong. Kini dia sudah menutup kliniknya dan mengubah tempatnya menjadi tempat pertemuan relawan. Tempat itu sangat agung karena menjadi tempat bagi banyak orang untuk mendengar Dharma. Dokter Hong berkata bahwa dia ingin menggunakan hidupnya untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Dia berharap semua orang dapat datang mendengar Dharma. Ini merupakan harapannya.
Dokter Hong juga mengikuti baksos kesehatan di komunitas dan luar negeri. Dia juga menjangkau wilayah pegunungan dan pedesaan untuk memberikan layanan pengobatan.
Saya juga sangat berterima kasih kepada para dokter TIMA. Saat relawan dari luar negeri kembali ke Taiwan, para dokter TIMA juga mengatur sif untuk mendampingi mereka siang dan malam. Baik di Kompleks Tzu Chi Sanchong, di Kompleks Tzu Chi Banqiao, maupun di Aula Jing Si Xindian, secara bergilir mereka mendampingi untuk memberikan layanan medis. Ini membuat saya merasa tenang. Sungguh, para Bodhisatwa dunia bersumbangsih di setiap tempat dengan penuh ketulusan dan kekuatan cinta kasih.
Membagikan barang bantuan kepada warga kurang mampu
Melakukan baksos kesehatan di wilayah terpencil
Terus bersumbangsih di komunitas tanpa mengenal lelah
Sepenuh hati mewariskan Dharma dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Desember 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina