Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma dengan Tulus
“Sebelum bergabung dengan Tzu Chi, dalam sehari saya minum bir kurang lebih 6 kaleng, merokok kurang lebih 2 bungkus, dan mengunyah buah pinang kurang lebih 2 bungkus. Kemudian, saya berpikir, saya tak boleh menyia-nyiakan kehidupan saya seperti ini lagi. Jadi, saya pun berhenti minum minuman keras. Mendengar Dharma selama setahun membuat saya membersihkan kegelapan dan noda batin. Saya setiap hari menyerap Dharma sedikit demi sedikit dan menjalani kehidupan yang bermakna,” kata Li Fu-cai, relawan Tzu Chi.
“Pelatihan diri tidak ada yang instan. Saya hanya bisa mempraktikkannya satu per satu. Saya setiap hari menghadapi setiap orang dan berbagai hal dengan niat untuk menjalin jodoh baik secara luas dan menjalani kehidupan yang normal. Ajaran Master dapat dipraktikkan dalam keseharian. Asalkan kita bersedia belajar, tanpa disadari kita akan terinspirasi dan mempraktikkannya. Suatu hari nanti, kita akan merasakan betapa menakjubkannya ajaran Buddha dan perlahan-lahan mengubah pola pikir kita. Tzu Chi menunjukkan arah menuju Jalan Bodhisatwa. Master telah menunjukkan jalan pada saya dan saya harus mempraktikkannya. Setelah mempraktikkannya, barulah kita bisa mendapatkan manfaatnya. Jika kita memiliki obat, tetapi tidak meminumnya, maka kita tak akan sembuh. Jadi, jika kita sakit, tetap harus berobat ke dokter. Hati kita butuh ajaran Buddha,” sambungnya.
Kita harus sangat bersungguh hati memahami Dharma. Ketika mendengar Sutra, kemampuan setiap orang dalam menyerap dan memahaminya akan berbeda-beda. Namun, saat mendengar Dharma, kita harus berfokus untuk mendengarnya terlebih dahulu. Saat mendengar Dharma, kita harus menggunakan hati yang polos dan berfokus untuk mendengarkannya.
Setelah menyerapnya ke dalam hati, barulah kita merenungkannya. Ada orang yang berkata, "Setelah mendengar Dharma, jika saya tak segera mencerna artinya, saya akan lupa." "Ketika berpikir kembali, mungkin saya akan melupakan banyak hal yang telah saya dengar." Bagaimana kita berlatih menyimpan Dharma dalam ingatan kita setelah mendengarnya?
Ananda adalah orang yang bisa melakukan hal itu. Setelah mendengar Dharma, dia bisa mengingatnya dengan akurat. Saat kembali membabarkan Dharma, dia dapat menjelaskannya dengan bahasa, kata-kata, dan arti yang tepat. Itulah yang bisa dilakukan Ananda. Ananda menyerap ajaran Buddha ke dalam hati. Saya berharap orang-orang dapat memiliki semangat seperti Ananda. Ini jugalah yang harus kita usahakan.
Selain kesadaran dan kebijaksanaan Buddha, kita juga harus sungguh-sungguh meneladani kelebihan Ananda dalam mendengar Dharma. Dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus sangat bersungguh hati. Zaman Buddha sudah berlalu lebih dari 2.500 tahun. Itu sudah berlalu sangat lama. Kini, kita juga selalu berbagi Dharma yang telah kita dengar. Kita membaca, melantunkan, dan memahami makna Sutra. Saat berusaha memahami makna Sutra, kita bagai berada di Puncak Burung Nasar.
“Master memberi ajarannya dengan sungguh-sungguh. Jadi, kita sungguh harus menggenggam jalinan jodoh ini. Menghirup keharuman Dharma bagai mengikuti persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar. Jika melewatkan ceramah Master, kita tidak akan bisa kembali ke masa lalu untuk mendengarnya lagi. Jalinan jodoh ini sangat spesial. Jika bisa menghargainya, kita bisa memperoleh manfaat dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan,” ujar Huang Yu-mei, relawan Tzu Chi.
“Master seperti orang tua kita yang sering mengkhawatirkan jiwa kebijaksanaan murid-muridnya. Mudah untuk membangun tekad, tetapi sulit untuk mempertahankannya. Setiap kalimat itu sangatlah bagus. Setelah pulang dari mendengar ceramah Master, saya akan membuat catatan sendiri. Dahulu, kita hanya melantunkan Sutra. Kita bisa melantunkan Sutra dengan lancar karena cukup membacanya dari buku. Namun, tidak semuanya kita pahami. Setelah mengikuti ceramah Master, karena Master membabarkannya berulang kali, maka kita pun bisa sepenuhnya mengerti ajaran Buddha yang ditulis dalam Sutra dan bagaimana menumbuhkan kebijaksanaan,” sambung Huang Yu-mei.
Bagaimana rasanya tersadarkan? Yang terpenting, kita harus mempraktikkan Dharma agar bisa memperoleh pemahaman darinya. Jangan hanya berbagi Dharma dengan ucapan. Kita harus mempraktikkannya, baru bisa memperoleh pemahaman darinya. Dengan mempraktikkannya secara nyata, barulah kita benar-benar bisa memahaminya. Kita harus menerima dan berpegang pada ajaran Buddha. Setelah mempelajari ajaran Buddha, kita harus mempraktikkannya secara nyata. Dengan demikian, barulah kita dapat benar-benar merasakan dan memahaminya.
Jadi, kita harus sangat bersungguh hati. Saat sesama manusia dilanda penderitaan, bagaimana kita bersumbangsih bagi mereka? Buddha mengajari kita untuk bersumbangsih bagi umat manusia dan berjalan di Jalan Bodhisatwa terlebih dahulu. Berjalan di Jalan Bodhisatwa berarti setelah memahami dan meyakini Dharma, kita mempraktikkannya dengan penuh rasa hormat dan tulus.
Menerima Dharma dengan penuh rasa hormat dan tulus, berarti menerapkannya dalam keseharian saat berinteraksi dengan sesama. Bagaimana kita membantu orang yang memiliki pandangan salah kembali pada pandangan benar? Bagaimana kita membimbing orang yang diliputi kegelapan batin? Namun, untuk membimbing orang-orang ke arah yang benar, kita sendiri harus memahami Dharma terlebih dahulu.
Jika diri sendiri tak memahami Dharma, bagaimana kita bisa membimbing orang ke arah yang benar? Jika kita tak tahu arah yang benar dan belum membuka jalan, bagaimana kita bisa membimbing orang ke jalan yang benar? Jadi, kita harus memulainya dari diri sendiri. Kita harus mendengar Dharma, menyakininya, memahaminya, dan menerimanya. Setelah menerima Dharma, kita harus mempraktikkannya. Untuk mempraktikkan Dharma, kita harus meyakini dan memahami Dharma. Dengan demikian, barulah tindakan kita dapat selaras dengan prinsip kebenaran.
Manusia hidup di atas bumi dan di bawah langit. Dunia ini melindungi semua makhluk hidup dan menyediakan sumber daya untuk kelangsungan hidup manusia. Jadi, manusia harus melindungi dunia. Kita harus mengembangkan kebijaksanaan untuk membedakan yang benar dan salah serta memperlakukan semuanya dengan setara. Kita harus bisa membedakan yang benar dan salah serta mengasihi dan menghargai semua orang, hal, dan materi di dunia ini tanpa membeda-bedakan. Jadi, kita harus sangat bersungguh hati.
Waktu terus berlalu ketika saya berbicara. Apakah kalian mengingat apa yang saya ajarkan? Ketika kalian mengingatnya di dalam hati, ia akan tersimpan dalam ingatan kalian. Untuk meyakini, memahami, dan mengingat Dharma, kita harus memulainya dari sungguh-sungguh mendengar Dharma. Setelah mendengar dan mempraktikkannya, kita baru bisa mendapat manfaat. Jika kita tidak mempraktikkannya, maka hidup kita akan berlalu dengan sia-sia.
Menyerap Dharma ke dalam hati untuk membersihkan noda batin
Memahami dan mempraktikkan Dharma dengan penuh rasa hormat dan tulus
Menapaki Jalan Bodhisatwa sesuai ajaran Buddha
Bisa membedakan yang benar dan salah serta melindungi semua makhluk dengan bijaksana
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 September 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 September 2018