Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma di Era Kemunduran Dharma

Beberapa hari mendatang, cuaca mungkin akan sangat dingin. Melihat laporan prakiraan cuaca bahwa cuaca akan sangat dingin, saya merasa khawatir. Di mana pun berada, di tengah cuaca yang dingin, apakah orang-orang kurang mampu bisa hidup dengan aman dan tenteram? Apakah mereka memiliki pakaian dan makanan yang cukup? Apakah tempat tinggal mereka terlindung dari tiupan angin?

Saat cuaca tidak menentu, saya selalu merasa khawatir. Perubahan iklim yang ekstrem bisa dirasakan dengan semakin jelas. Ini semakin membuat orang khawatir. Terlebih, bencana kerap terjadi. Apakah ini akibat karma buruk kolektif semua makhluk? Ini mengingatkan saya tentang ajaran Buddha. Buddha mengatakan bahwa tiga alam diciptakan oleh pikiran kita.

Apa yang dimaksud dengan tiga alam? Orang yang sering mendengar Dharma pasti memahaminya dengan jelas. Tiga alam ini adalah alam nafsu, alam rupa, dan alam tanpa rupa. Berhubung kita sedang melatih diri, kita tahu bahwa tiga alam ini merupakan kondisi batin kita. Meski tiga alam ini berbeda-beda, tetapi semuanya diciptakan oleh pikiran. Ini bergantung pada kondisi batin kita. Setelah memikirkan sesuatu, kita akan melakukannya. Dengan melakukannya, kita telah menciptakan karma.

Kemarin, saya berkata bahwa perubahan iklim berkaitan dengan pola makan. Ada banyak sumber makanan kita yang berkaitan erat dengan pencemaran bumi dan udara. Semuanya berawal dari sebersit niat. Makhluk awam selalu melekat pada nafsu keinginan. Inilah yang disebut alam nafsu. Karena adanya nafsu keinginan, manusia menciptakan karma buruk. Dengan kontribusi setiap orang, kekuatan karma yang terbentuk akan sangat besar.


Saya sering berkata bahwa tetesan air dapat membentuk sungai. Tetes demi tetes karma buruk yang diciptakan oleh setiap orang juga akan terus terakumulasi. Berhubung telah terakumulasi dalam jangka panjang, sulit untuk mengubahnya sekarang. Dahulu, Buddha juga melihat bahwa di dunia ini, ada orang yang pikirannya sulit diselaraskan. Karena itulah, Beliau mengajarkan tentang sebab penderitaan.

Karena keras kepala, ada sebagian orang yang mengakumulasi karma buruk dalam jangka panjang. Saat Buddha masih hidup, orang-orang sangat yakin pada Dharma. Mereka menghormati Buddha serta meyakini dan mempraktikkan Dharma. Zaman Buddha masih hidup disebut era kemurnian Dharma. Buddha membabarkan Dharma dan orang-orang mendengar serta mempraktikkannya. Bagaimana dengan sekarang?

Setelah era kemiripan Dharma, kini kita berada di era kemunduran Dharma. Zaman sekarang merupakan waktu yang tepat untuk kemunculan Bodhisatwa karena dunia ini penuh dengan penderitaan. Sungguh, kita berada di era kemunduran Dharma yang penuh dengan penderitaan dan ketidakselarasan empat unsur alam. Pada era kemunduran Dharma yang empat unsur tidak selaras, Tiga Bencana Kecil dan Tiga Bencana Besar telah terjadi. Gempa bumi, banjir, kebakaran, dan badai akan kerap terjadi.

Dalam era kerusakan, bencana alam akibat ketidakselarasan empat unsur alam terjadi silih berganti. Kita sungguh harus menghargai kehidupan kita. Kita bisa melihat bencana besar yang terjadi, seperti meletusnya gunung api di Hawaii. Batuan berubah menjadi lava yang mengalir ke lautan. Lihatnya betapa panasnya lava itu. Ini bukan animasi. Ini merupakan kejadian nyata.


Sungguh, banyak bencana di dunia ini yang tak terbayangkan. Namun, pikiran manusia dan Dharma jauh lebih tak terbayangkan. Buddha sering mengatakan bahwa Dharma tak terbayangkan dan tak bisa dijelaskan karena sangat dalam. Saya berharap setiap orang dapat meningkatkan kewaspadaan dan kekuatan cinta kasih.

Mengenai penyaluran bantuan bencana kebakaran di California Utara, saya sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi AS yang telah mendedikasikan diri selama sebulan penuh di lokasi bencana. Berhubung relawan setempat tidak cukup, relawan dari beberapa negara bagian pun pergi ke sana untuk membantu. Mereka sungguh merupakan Bodhisatwa dunia. Asalkan ada tekad, maka tiada yang sulit.

“Bencana kali ini merupakan bencana terbesar yang pernah kami hadapi. Namun, dengan tekad begitu banyak relawan dan semangat yang baik di komunitas ini, saya yakin bahwa kita bisa mencapai tujuan kita untuk membantu warga membangun kembali dan memulihkan komunitas mereka,” kata Xie Ming Jin, Ketua Tzu Chi California Utara.

“Kartu debit yang mereka terima mewakili cinta kasih dari seluruh dunia. Jadi, saya harus memberi tahu mereka bahwa ada banyak orang yang memperhatikan mereka,” terang Munya Chu, relawan Tzu Chi.

“Kita menjelaskan pada setiap keluarga tentang pembagian kartu debit. Dana bantuan yang diterima setiap keluarga disesuaikan dengan kebutuhan. Mereka juga menandatangani tanda terima. Saya benar-benar merasa bahwa saya merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar dari saya sendiri. Ini bukan hanya tentang saya yang menolong satu orang atau satu keluarga, melainkan tentang kerja sama tim yang menolong para korban bencana ini. Saya merupakan salah satu orang yang turut memberikan bantuan kepada para korban bencana dalam masa terkelam mereka. Mereka sangat terharu. Saya juga sangat terharu,” ujar Su Bo-ning, relawan Tzu Chi.


Bersumbangsih secara nyata, inilah Jalan Bodhisatwa di dunia. Selama lebih dari 40 tahun Buddha membabarkan Dharma, pada bagian akhir, Buddha membabarkan Sutra Bunga Teratai yang mengajarkan Kendaraan Tunggal. Buddha berulang kali mengatakan bahwa tujuan Beliau datang ke dunia ini adalah demi menyebarkan ajaran Mahayana. Ajaran Mahayana mengajarkan kita untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.

Buddha terlebih dahulu membimbing kita dalam bersikap dan menyelaraskan pikiran. Setelah melatih diri, kita harus bisa bersumbangsih di tengah masyarakat. Inilah ajaran Buddha yang terpenting.

 

Makhluk awam sulit mengendalikan nafsu keinginan

Akumulasi karma buruk dalam jangka panjang membentuk era kerusakan

Mempraktikkan Dharma di era kemunduran Dharma

Membimbing semua makhluk dengan keyakinan dan praktik nyata

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 Desember 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 20 Desember 2018

Editor: Khusnul Kotimah

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -