Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma hingga Selamanya
“Tiga puluh tahun lalu, Ibu Wu Shi terjatuh sehingga tulang lehernya terluka. Sejak itu, beliau terbaring di ranjang. Meski hanya bisa terbaring di ranjang, dengan tiga jari tangan kanannya yang masih bisa bergerak, dia mulai menyulam. Pada tanggal 1 April tahun ini, beliau mulai menyulam Sutra Hati. Dia terus menyulamnya hingga menyelesaikannya pada akhir Agustus, yakni sekitar setengah tahun.Pada awal September, berhubung tahu bahwa Tzu Chi menyumbangkan vaksin Covid-19, beliau pun menyumbangkan sulaman Teratai Hati ini untuk dijual demi menggalang dana,” tutur Liao Yu-ying, relawan Tzu Chi.
Segala sesuatu di dunia ini mengandung Dharma. Asalkan kita bersungguh hati untuk melihat secara saksama dengan mata dan mendengar secara saksama dengan telinga, kita akan melihat kebenaran sejati. Lihatlah Sulaman ini. Janganlah kita meremehkan orang lain. Meski mengalami keterbatasan, dia tetap berguna. Meski tidak berdaya atas kondisi tubuhnya, tetapi dia memiliki batin yang sehat dan kebijaksanaan yang cukup.
Ini jugalah yang Buddha katakan, yaitu hakikat sejati kita akan bertahan selamanya. Dia telah mengembangkan potensinya dengan baik. Sungguh, makhluk yang menderita sangatlah banyak. Insan Tzu Chi sangatlah beruntung karena bisa menjangkau dan melihat penderitaan serta belajar untuk berintrospeksi diri.
“Suatu hari, saat berjalan di jalan yang rata, saya malah terjatuh. Saya lalu didiagnosis terkena penyakit Parkinson. Saya berpikir bahwa saya hendaklah menjalankan Tzu Chi selagi saya masih mampu. Jika tidak, kelak mungkin tiada kesempatan lagi. Lebih baik bersumbangsih hingga mati daripada mati tanpa melakukan apa-apa. Tidak disangka, saya malah makin sehat,” ujar Cai Deng-qi, relawan Tzu Chi.
Inilah anggota Tzu Cheng kita. Melihatnya seperti ini, kita bisa mengetahui bahwa hatinya pasti penuh dengan keindahan. Inilah kebijaksanaannya. Dia bersikap penuh pengertian, berlapang hati, dan tahu berpuas diri. Dengan tahu berpuas diri, bersyukur, bersikap penuh pengertian, dan berlapang hati, dia tidak akan membiarkan penderitaan mengalahkannya dan menjadi rintangan baginya.
Asalkan memiliki kebijaksanaan, kita bisa mengatasi segala rintangan. Kita bisa melihat berbagai jenis orang dengan kehidupan yang berbeda-beda pula. Setiap hari, saya merasa bahwa kehidupan saya sangat bermakna dan penuh berkah. Saya telah menjalin jodoh baik yang istimewa dengan orang-orang. Ada begitu banyak orang yang bersumbangsih dengan kesungguhan hati. Lihatlah para insan Tzu Chi yang menjalankan Tzu Chi. Mereka telah menyelamatkan banyak orang yang menderita yang tak terhitung jumlahnya. Jadi, Tzu Chi adalah sebuah keluarga yang sangat indah, keluarga Bodhisatwa.
“Berhubung ladang pelatihan kita tidak tinggi, tetapi sangat panjang, kita harus memasang televisi di bagian belakang. Namun, jika televisi ini dipasang seperti biasa, pasti akan menimbulkan ketidakleluasaan bagi para relawan kita. Karena itu, saya mengubahnya agar bisa digerakkan. Dalam proses ini, saya juga memikirkan bagaimana agar relawan kita dapat merasakan bahwa ladang pelatihan ini benar-benar adalah rumah mereka dan saat memasuki rumah ini, semua orang adalah bagian dari keluarga ini. Saya memikirkan cara untuk membenahi rumah ini agar lebih nyaman dan semua orang yang kembali ke rumah ini dapat beristirahat dengan baik dan dipenuhi sukacita,” tutur Cai Zhi, relawan Tzu Chi.
Meski Kantor Tzu Chi di Xindai agak tua, tetapi asalkan ada tekad, tidak ada hal yang tidak bisa tercapai. Sumbangsih yang tulus menunjukkan kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Semua orang telah bersumbangsih dengan tulus. Saya bersyukur kepada Relawan Chen yang dahulu menyediakan tempat untuk dijadikan ladang pelatihan insan Tzu Chi Xintai.
Tempat itu sangatlah luas. Saya berkali-kali berkunjung ke sana. Di ladang pelatihan yang luas itu, Bodhisatwa dunia juga tidak sedikit. Jadi, di wilayah tersebut, kita memiliki banyak insan Tzu Chi. Saya sungguh sangat bersyukur atas hal ini.
Kita bisa melihat anggota Tzu Cheng kita yang bisa melakukan apa saja. Dengan kesungguhan hati, yang tidak bisa pun menjadi bisa. Kalian bisa menambal atap, memperbaiki tembok dan pipa air, dan sebagainya. Tidak ada yang tidak bisa kalian lakukan. Saya sungguh sangat bersyukur. Asalkan ada tekad dan Dharma, tiada hal yang mustahil di dunia ini.
“Saya masih ingat lebih dari 20 tahun lalu, kami mendatangkan tiga rupang Bodhisatwa. Setelah lebih dari 20 tahun, rupang-rupang itu agak kusam dan rusak. Saya lalu mengemban tanggung jawab untuk mengecat kembali ketiga rupang ini hingga terlihat seperti baru lagi,” kata Lü Xue-lin, relawan Tzu Chi.
“Karena tidak rela mengeluarkan uang untuk membeli barang baru, kami pun mengumpulkan barang-barang dari kantor lama. Kami juga menggunakan barang bekas yang dibongkar dari pameran dahulu dan memasangnya kembali di kantor baru. Setelah melepas fotonya, kami mengecatnya kembali,” kata Xu Jia-ming, relawan Tzu Chi.
Intinya, di Tzu Chi, semua orang bersatu dan mengerahkan potensi masing-masing. Sesuai keahlian masing-masing, semua orang bersumbangsih dengan sepenuh hati. Sungguh, para insan Tzu Chi bekerja sama sebagai satu tim. Kita bukan hanya menjadi orang yang baik hati. Orang yang baik hati hanya terkadang berbuat baik, sedangkan insan Tzu Chi mempraktikkan Dharma dalam keseharian.
Kalian harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Kalian harus menggenggam jalinan jodoh karena waktu terus berlalu setiap hari. Belakangan ini, saya merasa bahwa waktu berlalu sangat cepat bagi saya. Detik demi detik terus berlalu dengan cepat. Semoga semua orang selalu sehat dan menggenggam masa muda kita.
Kalian mungkin berkata, "Master, saya tidak muda." Kalian masih muda. Jika kalian telah menjadi murid saya selama 10 tahun, berarti usia kalian 10 tahun. Setelah lahir di keluarga besar Tzu Chi, kalian bertemu dan mendengar Dharma sehingga jiwa kebijaksanaan kalian bertumbuh. Sejak itulah kalian menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan kalian bisa menginventarisasi jiwa kebijaksanaan.
Selain menginventarisasi kehidupan kita tentang apa saja yang telah kita lakukan dan perbuatan kita benar atau salah, kita juga dapat menginventarisasi berapa banyak esensi Dharma yang telah kita serap dan berapa banyak jiwa kebijaksanaan kita bertumbuh. Dengan berbuat baik, kita menciptakan berkah. Dengan mendengar Dharma, kita mengembangkan kebijaksanaan.
Jadi, saya berharap semua orang dapat bersungguh hati dan menggenggam setiap waktu. Jangan menyia-nyiakan sedetik pun. Dharma yang meresap ke dalam hati akan bertahan hingga selamanya. Kata-kata yang kita dengar seketika bisa bertahan hingga selamanya. Jadi, seketika bisa dipertahankan hingga selamanya.
Singkat kata, meski waktu terus berlalu, tetapi dengan menyerap Dharma ke dalam hati, ia akan menjadi jiwa kebijaksanaan yang abadi. Dengan menggenggam waktu yang ada, kita dapat membina berkah dan kebijaksanaan. Kita harus tekun dan bersemangat melatih diri. Jangan berpikir bahwa kita sudah lanjut usia dan lebih senior, lalu menyuruh orang lain untuk melakukan ini dan itu. Jika demikian, kita hanya mendukung pencapaian mereka, tetapi jiwa kebijaksaan kita tidak bertumbuh.
Jangan menyuruh orang lain untuk melakukan, tetapi kita sendiri tidak melakukan. Kita harus turut berpartisipasi. Jangan membiarkan orang lain melakukan sendiri. Kita juga harus mendampingi mereka. Saya sering berkata bahwa kita harus mendampingi dan membimbing orang lain. Intinya, semua orang harus tekun melatih diri. Apakah kalian mengerti? (Mengerti) Baik. Saya mendoakan kalian.
Mengamati segala sesuatu di dunia ini dan kembali pada hakikat sejati
Mengatasi rintangan dan giat membawa manfaat bagi orang lain
Menginventarisasi kehidupan serta memupuk berkah dan kebijaksanaan
Mempraktikkan Dharma hingga selamanya
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 17 Desember 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 19 Desember 2021