Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma secara Nyata

Saya sungguh tidak tega mengatakannya, tetapi tidak bisa tidak mengatakan bahwa di dunia yang penuh Lima Kekeruhan ini, kekeruhan pandangan sangat tebal. Di dunia yang penuh kekeruhan ini, terdapat kekeruhan pandangan, kekeruhan noda batin, kekeruhan makhluk hidup, di dunia yang penuh Lima Kekeruhan ini, kekeruhan pandangan sangat tebal kekeruhan usia, dan kekeruhan kalpa. Kekeruhan kalpa juga disebut kekeruhan zaman.

Perpaduan Lima Kekeruhan bagai sungai yang arusnya sangat deras dan level airnya sangat tinggi serta terus mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Kita harus menyucikan hati manusia untuk mengurangi kekeruhan. Lihatlah, kini daur ulang dilakukan dengan baik di Tiongkok. Di Huaikou, Sichuan, sebuah posko daur ulang telah diresmikan serta mendapat dukungan dari pemerintah dan tokoh masyarakat setempat.


Relawan Lü adalah seorang pengusaha. Dia sangat mendukung konsep daur ulang kita. Dia juga melakukan daur ulang secara langsung. Ada banyak relawan di sana yang bersungguh hati menabur benih cinta kasih dan menggalakkan konsep daur ulang.

Kita bisa melihat sepasang Bodhisatwa lansia. Lebih dari 20 tahun yang lalu, Relawan Xiu-zhu melakukan daur ulang sebagai wujud persembahan bagi saya. Sejak membangun tekad, dia terus mendedikasikan diri di sebuah posko daur ulang di Taipei. Dia dan suaminya melatih diri bersama. Di sana, mereka mengurus posko daur ulang dengan baik.

Mereka bisa melepas ego. Bertemu dengan siapa pun, mereka selalu tersenyum, rendah hati, dan sopan. Mereka sungguh merupakan teladan. Karena tahu bahwa saya mengkhawatirkan kelestarian lingkungan di seluruh dunia, Xiu-zhu berulang kali pergi ke Sichuan untuk menggalakkan konsep daur ulang. Dari tahun ke tahun, dia menghabiskan semakin banyak waktu di sana.


Xiu-zhu dan suaminya, Relawan Chen, sangat ramah dan rendah hati. Selain itu, ketulusan mereka juga membuat orang sangat terkesan. Di Sichuan, para relawan lokal juga sangat bersungguh hati. Begitu pula dengan pengusaha setempat. Dengan kesatuan hati, semua orang bekerja sama untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Kita juga melihat pelaksanaan misi amal. Dengan penuh cinta kasih, relawan kita berkunjung dari rumah ke rumah untuk menolong orang-orang yang membutuhkan, seperti orang yang kurang mampu atau jatuh sakit. Para relawan kita menjangkau warga kurang mampu dan mengasihi mereka dengan kekuatan cinta kasih dan hati yang tulus. Selain memberikan bantuan secara materi, relawan kita juga menginspirasi mereka. Kita bisa melihat seorang penerima bantuan yang telah mengatasi kesulitannya. Demi menghemat uang, dia mulai bersiap-siap sekitar pukul 3 dini hari.


Apakah Anda tahu berapa suhu hari ini?

Sekitar 8 derajat Celsius. Saat saya baru bangun sekitar 6 derajat Celsius. Saya terbangun pada pukul 3 dini hari dan tidak bisa tidur lagi. Kaki saya kebas dan urat terasa tegang.

“Ke mana Anda akan pergi hari ini?”

“Ke RS Tzu Chi di Xindian untuk kontrol.”

“Dengan kondisi seperti ini, keluar rumah cukup merepotkan, ya?”

“Ya. Untuk bersiap-siap saja menghabiskan sekitar setengah jam. Saya harus pergi ke RS sebulan sekali. Saya berharap bisa lekas sembuh agar bisa menjadi relawan. Langit perlahan-lahan menjadi terang.”

“Apakah kita hampir tiba?”

“Ya, setelah melewati dua stasiun, yaitu Stasiun Nangang dan Songshan.”

“Ke mana kita akan pergi sekarang?”

“Naik kereta bawah tanah. Kita keluar lewat sana. Dari Stasiun Songshan sampai Dapinglin membutuhkan waktu setengah jam. Sekarang masih pagi, agak sepi.”

“Setiap kali memeriksakan diri ke dokter harus serepot ini?”

“Begitulah. Perjalanan pulang pergi membutuhkan waktu enam jam. Datang ke rumah sakit tiga jam dan pulang ke rumah tiga jam,” petikan percakapan Lan Ren-yi, penerima bantuan Tzu Chi dengan relawan Tzu Chi saat akan mengunjungi rumah sakit untuk kontrol kesehatan rutin.

“Lihatlah, dia duduk di kursi roda elektrik dan naik kereta api dari Shuangxi menuju RS Tzu Chi Taipei. Dia tidak naik bus khusus yang membutuhkan biaya seribu dolar NT setiap kali jalan, melainkan naik kereta api yang hanya butuh biaya 200 dolar NT untuk pulang pergi. Dia menghemat uang dan memasukkannya ke dalam celengan ini. Mari kita bertepuk tangan untuknya,” petikan pidato Zhang Xiu-lan, relawan Tzu Chi kepada pengunjung rumah sakit.

“Tzu Chi telah menolong saya lima tahun. Berhubung kini saya mampu, saya juga ingin menolong sesama semampu saya. Saya sangat gembira,” petikan wawancara Lan Ren-yi, penerima bantuan Tzu Chi.


Dia menyumbangkan uang yang dihematnya sebagai wujud balas budinya. Dia sangat bersungguh hati dan tulus. Dia juga merupakan murid saya yang baik. Kita juga melihat anggota TIMA kita. Sesungguhnya, TIMA sudah ada sejak 45 tahun yang lalu.

Kita melihat sekelompok dokter yang secara rutin memberi pelayanan medis ke Genesis Social Welfare Foundation. Mereka terus mengembangkan perlengkapan untuk kebutuhan medis. Selain itu, juga ada relawan kita yang membantu pemasangan instalasi air dan listrik. Setiap kali mengadakan baksos, mereka selalu mendapat ide untuk mengembangkan perlengkapan baru guna menolong pasien.

Mereka terus mengembangkan perlengkapan medis hingga memiliki perlengkapan yang menyeluruh. Setiap kali akan mengadakan baksos, relawan kita harus memasang perlengkapan yang dibutuhkan. Ini membutuhkan keterampilan dan tenaga. Berhubung pasien ditangani dalam posisi berbaring, agar mereka tidak tersedak atau mengalami bahaya lainnya, dibutuhkan tujuh hingga delapan orang untuk menangani satu pasien.


Selain membersihkan gigi pasien, kita juga harus menenangkan mereka. Meski mereka tidak bisa berbicara dan mengungkapkan perasaan mereka, tetapi para relawan kita memperlakukan mereka dengan lemah lembut. Relawan kita juga bernyanyi untuk mereka agar mereka tidak tegang atau mengalami kejang-kejang. Kita memberi pelayanan secara menyeluruh. Saya tidak bisa mendeskripsikan betapa mulianya cinta kasih para dokter kita. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih dan tanpa menuntut jasa selama bertahun-tahun.

Bodhisatwa sekalian, setiap hari adalah hari bersejarah Tzu Chi. Dahulu, dengan sebersit niat untuk melenyapkan penderitaan kita memulai perjalanan ini dan mengatasi berbagai kesulitan. Sesungguhnya, setiap hari, relawan kita menulis kisah menyentuh yang merupakan sejarah Tzu Chi yang berharga. Ada banyak insan Tzu Chi yang bersumbangsih tanpa pamrih dengan pikiran yang murni.

Mereka mempraktikkan Dharma secara nyata. Seperti yang diulas dalam Sutra Teratai, dengan mempraktikkan Dharma secara nyata, pahala yang diperoleh lebih besar daripada membangun stupa. Jadi, kita harus mempraktikkan Dharma secara nyata.

Melakukan daur ulang dan menabur benih kebajikan

Mengadakan baksos kesehatan dan mengembangkan perlengkapan medis

Pahala mempraktikkan Dharma lebih besar daripada pahala membangun stupa

Bersumbangsih tanpa pamrih dengan pikiran yang murni

Ceramah Master Cheng Yen tanggal  26 April 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  28  April 2018
Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -