Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma untuk Melenyapkan Penderitaan
“Beberapa hari ini, kami terus diminta untuk berevakuasi. Kondisi jauh lebih serius dari yang dibayangkan. Level air di waduk akan mencapai titik tertinggi pada akhir pekan ini. Rumah di dataran rendah akan tergenang banjir selama sebulan,” ujar pakar cuaca.
“Respons kami terhadap badai kali ini akan berbeda dengan sebelumnya. Gerakan kali ini diperkirakan akan lebih lama dari biasanya,” kata Panglima Garda Nasional AS.
Akibat kekuatan karma buruk, kekeruhan di dunia ini semakin tebal. Kita bisa melihat Texas. Kabarnya, hujan telah berhenti dan matahari telah bersinar. Namun, banjir belum surut. Setiap orang tetap waspada karena kini siklon tropis ini berbalik. Siklon tropis yang berbalik ini entah akan menimbulkan bencana sebesar apa.
Ada lebih dari 30.000 unit rumah yang rusak. Kini tempat penampungan telah menampung puluhan ribu orang. Meski kini ada lebih dari 10.000 orang dari pihak pemerintah dan organisasi kemasyarakatan yang memberikan bantuan, tetapi itu tetap tidak cukup karena wilayah yang terkena bencana sangat luas. Bayangkanlah, tempat penampungan berada di Dallas yang sangat jauh dari Houston. Mereka harus menempuh jarak yang setara dengan jarak dari utara ke selatan Taiwan untuk menjangkau tempat penampungan sementara. Kita bisa membayangkan betapa besar kesulitan yang mereka hadapi.
Seluruh insan Tzu Chi di berbagai negara bagian di AS telah
bergerak, tetapi tenaga kita
tetap tidak cukup. Di Bandara
Interkontinental George Bush, pesawat
penumpang belum bisa mendarat. Hanya
pesawat kargo berisi barang bantuan yang bisa mendarat di sana. Barang bantuan dari luar negeri juga belum bisa masuk ke bandara setempat. Barang bantuan yang kita siapkan masih berada di Taiwan dan sedang menunggu untuk dikirimkan ke sana. Meski Amerika Serikat termasuk negara
maju, tetapi saat terjadi
bencana besar, mereka tetap membutuhkan
bantuan dari segala penjuru.
Setelah berhari-hari tergenang banjir, orang sekaya apa pun akan kekurangan bahan pangan. Hingga kini, sudah hampir seminggu kita menyediakan makanan ringan. Namun, ini tidak bisa bertahan lama. Karena itu, kita berencana mengirimkan nasi Jing Si agar mereka dapat mengonsumsi makanan hangat. Jika tidak ada air panas, setidaknya mereka bisa menyeduhnya dengan air mineral dan menikmati nasi yang harum. Kini nasi Jing Si sudah berada di bandara Taiwan dan akan segera dikirimkan ke AS begitu pesawat diperbolehkan memasuki AS. Yang bisa kita lakukan akan segera kita lakukan.
Sungguh, semua orang harus bersungguh hati dan menghimpun kekuatan untuk bersumbangsih. Orang-orang juga khawatir akan muncul penyakit menular di lokasi bencana. Ini sangat menakutkan dan mengkhawatirkan. Kita harus sungguh-sungguh bermawas diri dan berdoa dengan tulus semoga warga setempat aman dan tenteram serta banjir segera surut sehingga lokasi bencana bisa segera dibersihkan dan sendi kehidupan setempat pulih kembali.
Berapa lama lagi mereka harus menunggu? Kita juga bisa melihat sejarah pada hari ini. Di sebuah gedung di Luzhou, sepasang suami istri beradu mulut hingga sang istri membakar diri sendiri. Akibatnya, kobaran api menjalar dari lantai satu hingga lantai paling atas. Kondisi bencana kali itu sangat serius dan membuat orang tidak tega saat mengenangnya.
Saat itu, insan Tzu Chi menenangkan hati banyak orang. Berhubung jumlah korban jiwa dan luka-luka sangat banyak, relawan kita harus menenangkan banyak
orang. Relawan kita bekerja
keras untuk menenangkan fisik dan
batin mereka serta menyediakan
makanan bagi mereka. Saat
itu,
relawan kitalah yang
menenangkan warga komunitas itu. Namun, kini kita bisa melihat di komunitas itu, ada banyak orang yang terinspirasi ada banyak orang yang terinspirasi menjadi relawan Tzu Chi.
“Mobil pemadam kebakaran terus berdatangan. Sangat panik. Yang terlihat hanyalah lautan api,” ujar Zhuang Chun-han, warga Daxishi.
“Saat kami datang sekitar pukul lima, ada beberapa relawan di sini. Kami segera menyiapkan air mineral dan roti. Petugas pemadam kebakaran membutuhkan air mineral. Warga juga membantu mengeluarkan barang. Jadi, kami bisa merasakan kehangatan mereka,” tambah warga lainnya.
“Kita harus punya rasa empati. Kami membantu mengeluarkan barang semampu kami,” kata Chen Yue-mei, relawan Tzu Chi.
“Makanan tidak boleh terlalu panas dan minuman harus manis,” kata Liao Cun-he, warga Daxishi.
“Para relawan Tzu Chi terus mencuci piring dan kami terus mengelapnya agar bisa terus menyediakan makanan hangat,” imbuh Zhuang Chun-han yang juga warga Daxishi.
Para relawan
kita mengakumulasi kekuatan
cinta kasih dalam jangka panjang. Seperti
yang saya ulas dalam ceramah pagi, ajaran
Buddha harus dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Saat bertemu dengan orang yang menderita, kita harus mengembangkan nilai kehidupan kita untuk bersumbangsih serta menenangkan fisik dan batin mereka. Kita harus membimbing mereka saat mereka membutuhkan bantuan agar hati mereka tenang dan sendi kehidupan mereka pulih kembali.
Saat mereka terbebas dari penderitaan, hati kita akan dipenuhi sukacita. Dengan bersumbangsih, kita bisa mengembangkan kebijaksanaan yang mendukung pencapaian segala aktivitas, kebijaksanaan dalam mengamati, kebijaksanaan yang tidak membeda-bedakan, dan kebijaksanaan bagai cermin yang bulat dan jernih. Seperti inilah kita mengembangkan Empat Kebijaksanaan.
Kini kita bisa melihat sendi kehidupan komunitas itu telah pulih dan banyak warga setempat yang bergabung menjadi relawan. Kita bukan hanya harus mengembangkan Empat Kebijaksanaan, tetapi juga harus menjalankan Empat Latihan dan Empat Praktik.
Semua ajaran Buddha bisa dipraktikkan. Ajaran Buddha sangat menakjubkan karena bisa dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa mengakumulasi berkah dan kebijaksanaan dengan latihan jangka panjang dan tanpa henti. Dengan melatih diri terus-menerus dalam jangka panjang, kita bisa menghormati sesama manusia.
Empat Latihan harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus bersungguh hati mempraktikkannya. Jika kita mempraktikkan Dharma setiap hari, hati kita akan dipenuhi sukacita, kedamaian, dan ketenangan. Setelah mendengar Dharma, kita mempraktikkannya untuk menolong orang lain. Melihat orang lain tertolong, hati kita dipenuhi sukacita. Saya sungguh sangat tersentuh dan bersyukur.
Bencana banjir mendatangkan
penderitaan yang tak terkira
Pikiran manusia yang tidak
selaras menimbulkan bencana besar
Memberi bantuan dan
penghiburan dengan welas asih dan kebijaksanaan
Mempraktikkan Dharma untuk membimbing umat manusia
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Agustus 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 2 September 2017