Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Dharma untuk Melenyapkan Penderitaan
Kita bisa melihat banyak orang yang menderita di
seluruh dunia. Anak-anak di Suriah sungguh menderita. Selain harus merasakan rasa
takut akibat serangan udara, mereka juga terpapar gas beracun. Anak-anak yang
lahir di sana mengalami penderitaan yang tak terkira karena kondisi lingkungan
setempat.
Kita juga melihat Papua Nugini diguncang gempa
dahsyat berkekuatan 7,5 SR. Ada berbagai tempat yang terkena dampak bencana. Sebagian
besar warga di sana hidup kekurangan. Bertahun-tahun yang lalu, relawan kita
pernah pergi ke sana karena terjadinya tsunami yang dipicu oleh gempa bumi. Berhubung
dampak bencana sangat serius, kita pun menyalurkan bantuan di negara tersebut. Setelah
sekian lama, kini negara tersebut kembali diguncang gempa dahsyat.
Kita juga melihat Filipina yang diguncang gempa
bumi pada bulan Juli tahun lalu. Saat itu, insan Tzu Chi mendirikan rumah
sementara bagi korban bencana. Saat mengunjungi mereka, kita melihat bahwa
banyak warga yang tidur di lantai. Karena itu, kita segera membagikan tempat
tidur lipat pada mereka. Untuk itu, mereka sangat bersyukur.
“Kami sangat kekurangan. Tzu Chi memberi kami rumah dan selimut. Kini
bahkan memberikan tempat tidur lipat. Saya sungguh sangat bersyukur,” kata Rene Erman, penghuni Perumahan Cinta
Kasih.
“Kami sangat gembira karena bisa tidur di atas tempat tidur dan
tidak perlu tidur di lantai lagi. Kami sangat gembira. Terima kasih,” ujar Jennelyn, penghuni Perumahan Cinta
Kasih.
“Saya sangat berterima kasih pada Tzu Chi yang
menyediakan rumah rakitan sementara sehingga saya bisa kembali berdagang. Kami
sedang perlahan-lahan kembali pada kehidupan semula,” tutur Richard Lafuerta, penghuni Perumahan Cinta Kasih.
Lihatlah orang-orang yang menderita di belahan
dunia lain karena bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Bayangkanlah
kondisi mereka dan diri sendiri. Kita hendaknya menjalani setiap hari dengan
hati penuh rasa syukur. Dalam ceramah pagi hari ini, saya mengulas tentang
kebenaran sejati. Kita harus bersungguh-sungguh memanfaatkan jiwa
kebijaksanaan. Kita harus senantiasa membina pikiran baik.
Kita harus senantiasa ingat bahwa Bodhisatwa
datang ke dunia ini untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Kapan dan di
mana pun, kita hendaknya membina pikiran baik dan mencegah timbulnya pikiran
jahat. Dalam kehidupan sehari-hari, enam indra selalu bekerja. Dalam kehidupan
kita, kita menganalisis segala sesuatu yang dilihat oleh mata kita dan
menyadari bahwa ada yang disebut panjang, bulat, dan sebagainya. Kita
menganalisis banyak hal.
Yang terlihat oleh mata kita dapat membangkitkan
pikiran baik ataupun pikiran jahat. Dengan pikiran jahat, kita akan berbuat
jahat. Sebaliknya, dengan pikiran baik, kita akan berbuat baik. Sepanjang hidup
kita, saat mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, dan pikiran kita bersentuhan
dengan kondisi luar, berapa banyak karma baik ataupun karma buruk yang kita
ciptakan?
Apa pun yang kita lakukan, semuanya akan
berdampak bagi diri sendiri. Jika kita berbuat jahat, maka kejahatan akan
tertanam dalam kesadaran kita. Sebaliknya, jika kita berbuat baik, maka dalam
kesadaran kedelapan kita akan tertanam benih kebajikan untuk membawa manfaat
bagi orang banyak.
Kita juga melihat seorang bapak yang semula
adalah pengusaha kaya di Suriah. Dia sangat gemar berbuat baik dan sering
berdana. Namun, kondisi di Suriah membuatnya terpaksa mengungsi. Dia lalu
mengungsi ke Yordania. Meski barang yang bisa dibawa saat mengungsi terbatas, tetapi
dia tetap gemar menolong orang lain dan telah menolong lebih dari seribu
keluarga.
Di Yordania, dia diperkenalkan kepada Ji Hui. Berhubung
Ji Hui memberitahunya bahwa para pengungsi Suriah di sana membutuhkan dokter, dia
pun memperkenalkan seorang dokter asal Suriah untuk membantu dalam baksos
kesehatan kita. Dia sangat baik hati. Dia pernah berpartisipasi dalam beberapa
kegiatan kita. Akan tetapi, dia menderita diabetes. Karena kondisi kehidupan
yang sulit, penyakit diabetesnya tidak bisa dikendalikan dengan baik. Jadi,
kondisinya memburuk.
Kali ini, dia membutuhkan biaya sebesar 3.000
dinar Yordania yang setara dengan 120.000 dolar NT. Baginya, ini adalah
kebutuhan darurat, tetapi dia tidak memiliki biaya. Karena itu, insan Tzu Chi dan
para pengungsi yang pernah menerima bantuannya turut berdonasi untuk membalas
kebaikannya. Akhirnya, dia bisa menjalani operasi dan pengobatan. Pengobatan
berjalan dengan lancar. Dia sangat bersyukur.
Beberapa hari ini, kita bisa melihat di
Portugal, para korban kebakaran juga bersyukur dari lubuk hati mereka. Kebakaran
sudah berlalu beberapa bulan, tetapi masih ada orang yang mengingat dan
memperhatikan mereka. Seorang penerima bantuan berkata bahwa itu adalah hadiah
terbaik bagi mereka. Mereka sangat bersyukur dan tidak akan melupakannya. Kita
memberikan bantuan di dua kota bagi lebih dari 490 keluarga. Kita juga mengajak
warga setempat untuk membantu menerjemahkan.
Melihat insan Tzu Chi bersumbangsih dengan
tulus, mereka juga bersedia turut bersumbangsih sebagai Bodhisatwa. Ini berkat
interaksi antarmanusia yang penuh cinta kasih. Para insan Tzu Chi merupakan
Bodhisatwa yang mendalami Dharma dan membimbing semua makhluk. Selain mendalami
Dharma, relawan kita juga bertindak secara nyata untuk menjangkau makhluk yang
menderita, lalu berbagi Dharma dan pengalaman dengan mereka.
Demikianlah mereka mewariskan Dharma lewat
tindakan nyata. Tidak peduli jauh ataupun dekat, relawan kita selalu
bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus. Awalnya, kita tidak mengenal siapa
pun di Portugal. Kini, ada lebih dari 20 warga setempat yang turut membantu
sebagai relawan. Jadi, kita harus bersungguh-sungguh memanfaatkan waktu dan
ruang untuk berinteraksi dengan orang-orang guna memperpanjang jalinan kasih
sayang dan memperluas cinta kasih. Berhubung dunia ini penuh bencana, maka
semakin perlu untuk membentangkan Jalan Bodhisatwa.
Karma buruk kolektif menimbulkan berbagai bencana
Membangkitkan niat baik untuk menjangkau makhluk
yang menderita
Mendapat bantuan karena menciptakan berkah
Bersumbangsih secara nyata dengan cinta kasih dan
welas asih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Februari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina