Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Empat Latihan di Jalan Bodhisatwa
Orang-orang sering berkata bahwa sulit bagi orang kaya untuk mendalami Dharma. Namun, kita bisa melihat di Jalan Bodhisatwa, orang kaya juga tekun dan bersemangat melatih diri. Ini sama sekali tidak sulit. Dengan hati Bodhisatwa, mereka melepaskan status sosial mereka serta tekun dan bersemangat mendalami Dharma. Mereka memahami bahwa segala sesuatu adalah kosong, tetapi juga eksis. Mereka tidak melekat pada yang memberi, yang menerima, dan yang diberikan. Saya bisa melihat bahwa ini telah dipraktikkan oleh para relawan kita. Contohnya di Singapura.
Di Singapura, sebagian besar warga hidup makmur dan tidak kekurangan apa pun. Karena itu, di sana tidak ada banyak kesempatan untuk menggarap ladang berkah dan menolong warga kurang mampu. Meski demikian, mereka tetap bisa memperoleh pencapaian yang gemilang dengan memperbaiki kehidupan orang lain. Mereka terlebih dahulu mendengar Dharma dengan tekun dan bersemangat. Setiap hari, mereka saling menyemangati dan tidak bermalas-malasan. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, mereka juga bisa memberikan pelayanan medis dan pendidikan usia dini di komunitas serta membawa Dharma ke dalam lapas untuk membimbing para narapidana. Bimbingan mereka telah membuahkan hasil.
Kita juga melihat insan Tzu Chi memberi pendampingan jangka panjang kepada penderita penyakit langka. Ada seorang penderita sklerosis lateral amiotrofik yang sudah bertahun-tahun terbaring di ranjang. Insan Tzu Chi penuh keyakinan. Fisioterapis dan konsultan psikologi yang menganut keyakinan yang berbeda tidak menyerah padanya dan terus membantunya menjalani fisioterapi, menyemangatinya, membimbingnya, dan membangkitkan harapannya. Kita bisa melihat bahwa dia sudah bisa berdiri dan berjalan. Meski tidak bisa berbicara, tetapi hatinya dipenuhi rasa syukur. Dia menggunakan jari kakinya untuk mengetik surat yang berisi rasa terima kasih. Dia tidak bisa mengucapkannya, tetapi bisa menyampaikannya secara tertulis. Ini sungguh mengagumkan dan menyentuh.
Kita juga melihat relawan dari tujuh negara di Afrika. Lihatlah bagaimana mereka mengemban misi. Saat akses jalan terputus, mereka membuka jalan. Saat jalan rusak karena longsor, mereka memperbaiki jalan. Saat tidak ada air, mereka menggali sumur. Saat sumur tua sudah tidak berfungsi, mereka memperbaikinya. Ini sungguh tidak mudah. Ini semua berawal dari sebutir benih. Begitu pula dengan Mozambik. Banyak sumbangsih relawan setempat yang telah menjadi sejarah Tzu Chi. Mereka telah menjadi saksi sejarah bagi zaman sekarang dan mengukir sejarah bagi dunia.
Insan Tzu Chi bukan bersumbangsih demi keuntungan diri sendiri. Para relawan kita bersumbangsih dengan sukarela dan penuh sukacita demi mengatasi kesulitan orang-orang yang menderita. Saya merasa bahwa perbuatan kita akan langsung berbuah di kehidupan sekarang karena saat orang yang menderita terselamatkan, saat itulah perbuatan kita berbuah. Saat penderitaan mereka terlenyapkan, kita juga akan dipenuhi sukacita dalam Dharma.
Dalam rapat tahunan Tzu Chi luar negeri kali ini, banyak relawan yang kembali ke Taiwan. Kita jangan lupa bersyukur pada para relawan di Taiwan yang bersumbangsih di balik layar. Insan Tzu Chi Taoyuan menghabiskan waktu beberapa hari untuk menjemput relawan dari 20 negara dan wilayah di bandara hingga mereka tiba di Hualien.
Di Hualien, setiap hari juga ada lebih dari 200 relawan yang memberi pelayanan di Griya Jing Si. Perlu kalian ketahui bahwa mereka telah mengerahkan segenap hati dan tenaga. Selain itu, kebersihan juga terjaga dengan baik. Di Griya Jing Si yang kecil ini terdapat berapa banyak orang? Ditambah dengan para bhiksuni, semuanya hampir seribu orang, tetapi kebersihan lingkungan tetap terjaga. Bayangkanlah, bagaimana bisa saya tidak bersyukur? Saya sungguh sangat beruntung memiliki murid-murid yang begitu perhatian. Saya sungguh sangat bersyukur.
Singkat kata, meski rapat tahunan sudah berakhir, tetapi janganlah kita melupakan para relawan yang bersumbangsih di balik layar. Sejak menjemput di bandara hingga rapat tahunan berakhir, mereka sungguh sangat berdedikasi.
Orang-orang berkata bahwa saya sangat dipenuhi berkah. Benar, saya sungguh dipenuhi berkah. Kita semua hendaknya memperteguh tekad dan ikrar serta menumbuhkan akar kebajikan. Kita harus memperteguh tekad kita, jangan mengambang. Kita harus sungguh-sungguh memperdalam akar Bodhi. Kita harus memperteguh tekad dan ikrar serta menumbuhkan jiwa kebijaksanaan dan akar kebajikan dalam jangka panjang. Jadi, kita harus memperteguh tekad dan ikrar serta menumbuhkan akar kebajikan. Kita juga harus bekerja sama dengan harmonis.
Di
setiap negara, relawan kita bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan
bergotong royong. Jika bukan karena semua orang bekerja sama dengan harmonis,
dari mana kita memperoleh kekuatan?
Kita bisa melihat di setiap negara, relawan kita terjun ke tengah masyarakat dan bekerja sama dengan harmonis. Karena itulah, kita memiliki kekuatan untuk bersumbangsih bagi dunia. Relawan kita juga berinteraksi dengan ketulusan dan bersumbangsih dengan cinta kasih. Kita harus berinteraksi dengan sesama manusia dengan hati yang tulus dan bersumbangsih bagi sesama dengan cinta kasih.
Jika setiap orang bisa bersumbangsih dengan hati penuh rasa syukur dan tanpa pamrih, apakah ada kesulitan yang tidak bisa diatasi? Apakah ada hal yang tidak bisa dicapai? Karena itu, kita harus bersungguh hati dan menggenggam waktu.
Pagi ini, saya berkata pada kalian bahwa kita harus selalu mempraktikkan Empat Latihan. Kalian masih ingat? Apa saja? (Latihan jangka panjang, latihan tanpa henti, latihan menyeluruh, dan latihan penghormatan) Ya, Empat Latihan harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menabur benih yang murni, kita harus mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan. Untuk menciptakan berkah bagi masyarakat dan menumbuhkan kebijaksanaan, kita harus tekun dan bersemangat melatih diri.
Murid-murid Jing Si berikrar dengan tulus: Ikrar pertama, bekerja sama dengan harmonis sebagai wujud persembahan bagi Master. Ikrar kedua, tekun dan bersemangat menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik. Ikrar ketiga, mewariskan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi di Singapura untuk selamanya. Kami akan patuh pada Master, bekerja sama dengan harmonis, dan menginspirasi Bodhisatwa yang tak terhingga. Kami akan bersabar dan bertahan untuk membawa manfaat bagi diri sendiri dan orang lain serta membabarkan Dharma di Afrika.
Semua orang bekerja sama untuk melindungi Dharma
Memperteguh tekad dan ikrar serta menumbuhkan akar kebajikan
Mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan serta melatih diri dengan tekun dan bersemangat
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 April 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 13 April 2017