Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Intisari Dharma dan Menjalin Jodoh Baik
Aula Jing Si Kaohsiung sangatlah luas. Aula ini dibangun dengan baik dan sangat agung. Bagaimana kita menggunakan ruang yang luas ini? Sebagai insan Tzu Chi, kita memiliki harapan besar terhadap ruang ini karena ia merupakan ladang pelatihan yang berharga untuk menyucikan hati manusia.
Pembangunan Aula Jing Si ini tidaklah mudah. Dengan kesatuan hati, kita memperdalam akar kita. Semua orang bersatu hati untuk memperdalam akar. Dalam merawat pohon besar, jangan hanya memperhatikan puncak pohon. Kita juga harus memperhatikan akarnya. Karena itulah, kita kembali ke ladang pelatihan yang sangat agung ini. Di sini, semua orang menampilkan ketertiban.
Apakah warga tidak berani berkunjung ke Aula Jing Si? Bukan, melainkan kita yang tidak berani mengundang. Kita yang tidak berani mengundang, bukan orang lain tidak berani datang. Ladang pelatihan hendaknya memiliki suasana pelatihan. Suasana pelatihan diciptakan oleh manusia. Jika orang-orang tidak berkumpul, tidak akan tercipta suasana pelatihan. Orang-orang yang berkumpul di sini selalu menampilkan keagungan. Selain luas, Aula Jing Si Kaohsiung juga memiliki lingkungan yang indah.
Saya sangat bersyukur setiap hari, ada sekelompok relawan ladang berkah yang membersihkan ladang pelatihan ini hingga tidak ada debu setitik pun. Ini sungguh tidak mudah. Ini berkat adanya jalinan jodoh yang matang. Semoga semua orang menggenggam jalinan jodoh.
Saya sering berkata bahwa sulit terlahir sebagai manusia. Kita harus menggenggam kehidupan ini. Buddha mencapai pencerahan di dunia ini. Tanpa datang ke dunia ini, Buddha tidak akan mencapai pencerahan. Manusia bisa dibimbing. Mengapa? Karena di dunia ini terdapat makhluk yang menderita. Manusia memiliki bahasa, ekspresi, dan perilaku.
Jadi, Buddha datang ke dunia ini untuk mengajari kita bagaimana memberikan bantuan saat melihat penderitaan orang kurang mampu. Kita bisa melihat perbedaannya. Kita memiliki kekuatan untuk melenyapkan penderitaan orang-orang. Kekuatan satu orang tidaklah cukup. Kita membutuhkan himpunan kekuatan banyak orang. Banyak atau sedikitnya orang yang kita bantu bergantung pada besar atau kecilnya kekuatan yang terhimpun. Saat orang lain menderita, kita hendaknya memberikan bantuan.
Saya sering menggunakan sumur sebagai perumpamaan. Air sumur yang kita timba dapat melepaskan dahaga banyak orang, menjaga kelangsungan hidup semua makhluk, dan membasahi bumi. Meski demikian, level air sumur tidak berubah. Jadi, Buddha memberi tahu kita bahwa Dharma tidak bertambah ataupun berkurang. Ini bagaikan sumsum tulang dalam tubuh kita. Asalkan kesehatan terjaga maka meski sumsum tulang diambil, tubuh akan kembali memproduksinya. Demikianlah tubuh orang yang sehat. Begitu pula dengan batin yang sehat. Dengan bersumbangsih, kita bisa memperoleh kekayaan batin.
Saya sering berkata bahwa semakin banyak memberi, semakin banyak yang diperoleh. Ini karena kita sedang menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Kita memanfaatkan kehidupan untuk mempraktikkan Dharma dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Usia kehidupan kita terbatas. Selagi tubuh kita bisa digunakan, kita harus meningkatkan energi dan stamina kita serta mengembangkan nilai hidup kita semaksimal mungkin dengan waktu yang ada.
Singkat kata, kita harus menggenggam waktu dan memanfaatkan tubuh kita untuk bertutur kata baik dan berbuat baik. Inilah arah tujuan Tzu Chi. Prinsip kita sangat sederhana. Yang terpenting ialah menyucikan hati manusia. Bagaimana menyucikan hati diri sendiri dan membawa manfaat bagi semua makhluk? Kita harus memiliki keyakinan dan pemahaman mendalam.
Selama beberapa waktu lalu, saya terus berkata bahwa kita harus memiliki keyakinan dan pemahaman mendalam serta menyelami intisari Dharma. Prinsip kebenaran dalam Dharma sangatlah banyak. Dari mana kita harus memulainya? Di manakah letak intisari Dharma? Praktik Bodhisatwa.
Kita harus melakukan kebajikan dengan cinta kasih tanpa pamrih. Cinta kasih tanpa pamrih terdapat dalam batin yang sehat. Begitu pula jika memiliki tubuh yang sehat, kita bisa mendonorkan sumsum tulang kepada orang lain. Bisa terlahir sebagai manusia di dunia ini, kita hendaklah bersungguh-sungguh menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus memanfaatkan tubuh ini untuk lebih banyak berbuat baik, belajar tentang perbuatan baik, dan menjalin jodoh baik dengan orang-orang. Antarsesama manusia hendaknya lebih banyak menjalin jodoh baik.
Aula Jing Si Kaohsiung merupakan ladang pelatihan yang baik bagi kita untuk menjalin jodoh baik dan merekrut Bodhisatwa dunia. Untuk itu, kita harus bekerja sama dengan harmonis serta memiliki keyakinan dan pemahaman yang mendalam tentang Mazhab Tzu Chi dan Ajaran Jing Si.
Kita harus mewariskan Ajaran Jing Si dan menyebarluaskan Mazhab Tzu Chi.
Untuk mewariskan ajaran Jing Si, kita tidak boleh melupakan sejarah, semangat, dan filosofi Tzu Chi. Kita harus mengingat perjalanan kita, tekad yang kita bangkitkan, dan siapa yang membimbing kita. Kita juga harus berikrar untuk membimbing orang yang tak terhingga. Buddha berulang kali datang ke dunia ini. Jadi, mungkin saja kita juga pernah berkumpul di Puncak Burung Nasar dengan muncul dari bumi atau sepuluh penjuru dunia untuk mendengar Dharma. Intinya, dari kehidupan ke kehidupan, kita harus terus melakukan hal yang benar.
Saya berharap setiap orang dapat memiliki keyakinan dan pemahaman yang mendalam serta menyelami intisari Dharma. Inilah hal benar yang harus dilakukan. Kita harus membimbing orang-orang dengan lembut dan jangan menyia-nyiakan waktu. Kita harus berbagi tentang Tzu Chi dengan setiap orang yang kita temui. Jadi, mari kita lebih bersungguh hati dan menggenggam kehidupan untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan tanpa menyia-nyiakan waktu. Inilah doa saya untuk kalian.
Bekerja sama dengan harmonis untuk menciptakan
suasana pelatihan
Mempraktikkan intisari Dharma dan menjalin jodoh
baik
Dharma bagaikan air yang membasahi bumi
Memiliki arah tujuan yang jelas dengan keyakinan
dan pemahaman mendalam