Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Jalan Bodhisatwa dengan Hati Buddha dan Tekad Guru

Setiap tahunnya pada saat ini merupakan momen bertambahnya Bodhisatwa di dalam keluarga besar Tzu Chi. Inilah yang membuat saya paling gembira dan sukacita setiap tahunnya. Dunia ini sangatlah luas. Namun, sebagai Bodhisatwa, hati kita harus lebih lapang untuk merangkul dunia dan bersikap toleransi satu sama lain. Inilah Bodhisatwa yang memiliki hati yang lapang. Semoga dengan bertambahnya anggota keluarga Tzu Chi, bisa menambah kekuatan dalam membantu orang yang menderita di dunia.

Bodhisatwa sekalian, sejak kalian mengenal Tzu Chi, lalu bertekad untuk bergabung dan mengikuti kegiatan. Dalam proses itu, kalian telah melihat dengan jelas arah Tzu Chi sehingga kalian berikrar untuk mengikuti pelatihan. Mulai hari ini, kalian harus semakin teguh dengan ikrar yang kalian buat, yaitu tekad untuk menapaki Jalan Bodhisatwa.

Beberapa hari ini, kalian semua juga merasakannya. Kalian telah banyak merasakan dan memahami semangat Tzu Chi selama 2-3 tahun ini. Saya melihat beberapa relawan yang naik ke panggung untuk berbagi tentang perubahan pada diri mereka setelah mendedikasikan diri untuk bersumbangsih. Mereka bersumbangsih tanpa penyesalan dan tanpa kerisauan. Mereka telah mengubah kehidupan mereka. Mereka mengubah pikiran awam yang hanya mementingkan diri sendiri dan tak memikirkan orang lain. Mereka telah mengubah pola pikir.


Selain memikirkan diri sendiri, mereka juga memikirkan orang lain dan bersumbangsih bersama-sama. Dengan satu orang atau segelintir orang, misi Tzu Chi tak dapat dijalankan. Harus seperti ini, yakni ada begitu banyak orang, barulah bisa melakukan banyak hal bagi dunia. Buddha menginginkan murid-murid-Nya memiliki hati Buddha. Saya juga ingin berkata kepada kalian semua bahwa kalian harus memiliki tekad Guru karena saya juga mengemban tanggung jawab untuk menyebarkan ajaran Buddha. Kita semua harus memiliki satu hati dan satu tekad untuk melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi dunia.

Kita harus melakukan banyak hal yang bermanfaat bagi dunia, bukan untuk kepentingan diri sendiri. Semoga setelah dilantik hari ini, kalian semua selalu menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri; menjadikan tekad Guru sebagai tekad sendiri. Hati Buddha adalah hati yang penuh welas asih agung. Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan Jalan Bodhisatwa dan berharap semua orang menjadi Bodhisatwa.

Saudara sekalian, itulah mengapa saya menyebut kalian semua sebagai Bodhisatwa. Buddha datang ke dunia untuk mengajarkan kepada kita kebenaran sesungguhnya dan membiarkan kita melihat penderitaan di dunia. Ketika Buddha mencapai pencerahan, hal pertama yang Beliau rasakan adalah kebenaran tentang penderitaan di dunia. Buddha merenungkan mengapa dunia ini penuh dengan penderitaan. Kemudian, Beliau menyadari bahwa penderitaan datang akibat berbagai sebab dan kondisi yang terus terakumulasi dalam waktu yang lama dari masa lampau. Inilah sebab penderitaan.


Karena itu, pada kehidupan ini ada begitu banyak penderitaan. Banyak makhluk hidup yang menderita di dunia. Kita semua yang berkumpul di sini harus memiliki hati Buddha serta bersumbangsih bagi masyarakat di dunia dengan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Ini disebut cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin. Seperti inilah hati Buddha.

Sekarang banyak bencana alam yang terjadi di dunia akibat ketidakselarasan empat unsur. Ketidakselarasan unsur api, air, angin, dan tanah saat ini sedang terjadi di dunia. Jadi, sekarang saya perlu mengimbau orang-orang untuk menjadi Bodhisatwa dan bertekad serta berdoa dengan hati yang tulus setiap saat. Memiliki hati Bodhisatwa sangatlah penting.

Bodhisatwa harus memiliki cinta kasih dan welas asih sebagai istananya; kelembutan dan kesabaran sebagai jubahnya. Pakaian seragam Tzu Chi yang kalian kenakan disebut jubah kelembutan dan kesabaran. Kita semua berkumpul di ladang pelatihan ini dengan hati yang penuh cinta kasih dan welas asih.

Ketika pulang ke daerah kalian, kalian  juga harus bersumbangsih dengan cinta kasih dan welas asih. Saya mendengar bahwa semua orang mengikuti ceramah pagi saya. Dharma adala di dalam hati. Segala Dharma atau fenomena di dunia pada hakikatnya kosong, tetapi eksis secara menakjubkan. Eksistensi ini pada hakikatnya kosong. Di balik kekosongan, ada eksistensi. Prinsip kebenaran seperti ini hanya dapat dipahami perlahan-lahan setelah kita mempelajari Dharma.

Saya berharap kita sebagai murid Buddha dapat mempelajari dan memahaminya. Dharma adalah cara untuk mencapai kebijaksanaan agung. Mulai sekarang, semoga kalian menerima Dharma dengan sepenuh hati agar memahami segala sesuatu di dunia. Dengan melihat semua masalah di dunia lewat kacamata kebenaran, kebijaksanaan kita akan tumbuh dengan sendirinya. Semoga kalian semua mengembangkan kebijaksanaan di dunia; membimbing diri sendiri dan orang lain.


Selain itu, kita juga harus menghargai sumber daya alam dan kehidupan, termasuk kehidupan semua makhluk. Kita harus menghargai kehidupan dengan rasa hormat dan cinta kasih. Artinya, kita harus bervegetaris. Ini juga merupakan cara untuk melestarikan lingkungan. Selain itu, kita harus berinteraksi dengan harmonis, saling menghormati, dan tanpa perselisihan. Kita harus bersatu hati, harmonis,  saling mengasihi, dan bergotong royong. 

Kita harus bersatu hati dan berinteraksi dengan harmonis. Saat berbicara, kita harus tahu batas dan lebih berhati-hati. Terlebih lagi, jangan menimbulkan perselisihan. Begitu terjadi perselisihan, masyarakat akan menjadi tak harmonis. Jadi, kita harus menjaga tutur kata. Dengan begitu, barulah kita bisa saling memberi dorongan dan membimbing orang-orang menapaki Jalan Bodhisatwa. Semoga setelah pulang nanti, kalian mempraktikkan dua kalimat ini dan saling memberi dorongan.


Berikrar untuk bersumbangsih tanpa pamrih

Bersedia terjun ke tengah masyarakat setelah melihat penderitaan

Mengembangkan cinta kasih, welas asih, kelembutan, dan kesabaran

Bersama-sama melenyapkan penderitaan dengan hati Buddha dan tekad Guru


Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 November 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 16 November 2018

Editor: Khusnul Kotimah

Benih yang kita tebar sendiri, hasilnya pasti akan kita tuai sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -