Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Kebajikan dan Cinta Kasih untuk Meredam Pandemi


“Saya Su-wen. Kami akan memakai APD sekitar pukul 09.15, dan kalian juga bersiaplah. Misi kami ialah merawat pasien dengan penyakit menular. Jadi, kami harus melindungi diri dengan baik,”
kata Zhang Su-wen Kepala Perawat Bangsal Khusus Penyakit Berat.

“Sesungguhnya, tekanan dan tantangan terbesar selain merawat pasien juga datang dari pemikiran bahwa jika saya terinfeksi, apakah keluarga saya juga akan tertular setelah saya pulang ke rumah. Inilah yang dikhawatirkan oleh semua tenaga medis di garis depan, terutama kami yang memiliki anak kecil di rumah. Saya memiliki dua anak yang masih kecil. Ketika saya berangkat kerja, putri saya akan berkata, ‘Ibu, berhati-hatilah.’ Saya benar-benar berharap ketika saya bekerja di kondisi seperti ini, saya dapat kembali ke rumah dengan selamat,” kata Li Shu-zhen Kepala Perawat Bangsal Khusus.

Para perawat telah mengatasi tekanan dan ketakutan karena mereka tahu saat ini, rumah sakit sangat membutuhkan mereka. Seperti yang sering Master katakan, mereka ibarat prajurit yang mengenakan baju zirah yang terjun untuk memerangi pandemi ini. Namun, siapa yang tidak takut berperang? Begitu juga mereka,” kata Zhou Ying-fang Supervisor Departemen Keperawatan Pusat Medis Tzu Chi Hualien.

“Tekanan memang tidak bisa dihindari. Namun, dukungan dari keluarga kami serta pimpinan di rumah sakit ataupun orang-orang di luar RS telah memberi kami keberanian untuk terus maju,” kata Li Shu-zhen Kepala Perawat Bangsal Khusus.


Terima kasih. Saya ingin mengatakan bahwa kalian telah bekerja keras. Kalian bekerja demi menciptakan berkah bagi dunia, menjaga kesehatan masyarakat dengan cinta kasih. Kalian telah mengemban tanggung jawab dengan tulus bagi masyarakat, bekerja keras, dan menanggung beban yang begitu berat.

Semua staf rumah sakit kita telah bergotong royong dengan harmonis, dan memikul tanggung jawab dengan sukarela. Sungguh sangat luar biasa. Semua orang telah menjaga tekad dan menjalankan ajaran dengan tetap berada di rumah sakit tanpa mengeluh. Kalian semua begitu bersungguh hati dan penuh cinta kasih.

Sungguh, kalian telah mengembangkan ikrar agung. Ikrar agung ini seperti sumpah yang kalian ambil saat pertama kali menjadi dokter atau perawat. Ajaran Buddha juga berbicara tentang membangun ikrar agung. Sumpah profesi para dokter dan perawat juga merupakan ikrar semangat misi.


Kini, saya telah menyaksikan tekad dan ikrar agung kalian yang merawat pasien tanpa gentar. Namun, saya tetap harus mengatakan bahwa selain menyampaikan ungkapan terima kasih dan rasa hormat kepada kalian, saya juga berharap kalian bisa melindungi diri dengan baik. Demi menjaga kesehatan masyarakat, para tenaga medis juga harus tetap sehat.

Setiap hari, saya terus mengingatkan semua orang bahwa obat mujarab untuk meredam pandemic ialah memiliki hati dan pikiran yang tulus. Berinteraksi dengan orang lain dengan tulus dan bergotong royong dengan harmonis merupakan obat terbaik.

Ketika mendengar berita tentang pandemi, saya ingat bahwa selama beberapa tahun terakhir, entah berapa kali saya telah mengulas tentang ini. Saya berharap semua orang bisa saling menyemangati satu sama lain.

Belakangan ini, saya terus mengatakan bahwa hendaklah kita berhenti, mendengarkan, dan melihat. Jangan keluar rumah bila tidak ada keperluan. Jika memang tidak ada kepentingan mendesak, tetaplah berdiam di rumah. Namun, kita bisa tetap melakukan kegiatan pelestarian lingkungan. Jika tidak melakukannya, para relawan lansia akan berkata, "Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan."

Semoga depo daur ulang bisa menjadi tempat berkumpulnya para relawan lansia, tetapi tetap menaati protokol kesehatan.


Hal pertama yang dilakukan oleh relawan daur ulang setelah tiba di Depo Daur Ulang Donggang ialah memarkir sepeda motor mereka, kemudian menaruh kotak makanan mereka di sini. Setelah itu, kami melakukan verifikasi identitas, mengukur suhu tubuh dan tekanan darah, mengambil masker, dll. Berhubung masih dalam masa pandemi, kami sekarang memiliki satu hal lagi yang harus dilakukan, yaitu menyediakan sarung tangan. Kami meminta mereka untuk mengenakan sarung tangan plastik, kemudian bagian luarnya dilapisi lagi dengan sarung tangan kain. Inilah cara melindungi para relawan agar mereka tidak terinfeksi,” kata Shen Xiu-juan relawan Tzu Chi.

“Kita tetap harus menjaga jarak fisik untuk saling melindungi. Apakah kalian memakai sarung tangan plastik di bagian dalam? Ya. Kalian harus memakainya, karena kaleng-kaleng dan botol-botol di sini, ada air kotor di dalamnya. Mari kita melindungi diri. Kita menjaga jarak minimal 1,5 meter. Kalian jagalah diri dengan baik. Baik,” lanjut Shen Xiu-juan relawan Tzu Chi.

“Kini, jumlah kami dibatasi hanya boleh 50 orang di dalam. Namun, saat ini terlihat hanya ada sekitar 20 orang di sini karena kami terbagi dalam beberapa sif. Satu kelompok relawan datang pada hari Senin, sedangkan yang lainnya datang pada hari Selasa. Kami memiliki tiga sif dalam seminggu dengan kelompok relawan yang berbeda-beda,” pungkas Shen Xiu-juan relawan Tzu Chi.


Menaati protokol kesehatan dan menjaga kesehatan ialah hal terpenting bagi kita. Pada masa-masa ini, setiap orang memiliki tanggung jawab untuk menjaga masyarakat agar tetap sehat dan tenteram.

Anak muda zaman sekarang perlu memiliki semangat berbakti; nemikirkan orang tua kita apakah mereka kesepian. Bisakah mereka tinggal bersama kita? Jika mereka tidak bisa tinggal bersama kita, kita harus sering mengunjungi mereka.

Pelajaran besar dari pandemi ini juga mengingatkan kita akan tanggung jawab kita. Selain mengasihi anak dan pasangan, kita perlu ingat untuk menghormati dan berbakti kepada orang tua. Ini juga merupakan pendidikan tata susila dalam masyarakat. Jadi, tanggung jawab besar ini telah sampai kepada kita. Sudahkah kita memenuhi tanggung jawab ini? Sudahkah kita melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat?

Saat ini, kita perlu melatih diri dimulai dari diri sendiri. Selain menjaga keluarga sendiri, kita juga hendaknya menjaga masyarakat agar tetap tenang dan orang-orang tetap sehat lahir batin. Jadi, kita harus menenangkan pikiran dan batin semua orang. Inilah tanggung jawab besar bagi kita semua. Kita semua memiliki tanggung jawab ini.


Ketika pandemi ini sudah berakhir, barulah kehidupan kita dapat benar-benar kembali pada keadaan yang bebas dan damai seperti sediakala, sehingga masyarakat pun dapat menjadi sejahtera.

Jadi, hendaklah kita lebih bersungguh hati. Kita harus bersungguh hati untuk mencari cara meredam pandemi ini. Satu-satunya obat mujarab ialah dengan bervegetaris.

Dalam ajaran Buddha terdapat empat metode pendekatan. Yang pertama ialah berdana, yang berarti beramal. Beramal berarti menanam berkah bagi masyarakat serta membantu misi kesehatan. Demikianlah kita menciptakan berkah dan menumbuhkan kebijaksanaan.

Sungguh, pandemi ini juga telah mengajarkan orang berada untuk bersumbangsih. Jadi, dengan beramal, kita dapat menciptakan berkah bagi masyarakat.   

Menjaga tekad dan menjalankan ajaran dengan ikrar agung
Para tenaga medis bersatu hati dan bergotong royong untuk memerangi pandemi
Melatih diri dan berbakti kepada orang tua
Menciptakan berkah dengan beramal dan bervegetaris

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 Oktober 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 18 Oktober 2021
Memiliki sepasang tangan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, sama saja seperti orang yang tidak memiliki tangan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -