Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Kebajikan untuk Menyucikan Hati Manusia


Apa yang terjadi di dunia saat ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Saya merasakan bahwa banyak orang menjalani kehidupan yang sulit. Kita melihat ada begitu banyak orang yang menderita di seluruh dunia. Ada sebagian orang yang terpaksa melarikan diri dan tidak memiliki tempat bernaung, bahkan ada pula sebagian orang yang mengalami kelaparan.

Kita juga melihat bagaimana alam telah mengalami kerusakan. Inilah yang dikatakan oleh Buddha bahwa semua materi yang berwujud tak luput dari pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran. Begitu pula dengan Bumi yang juga tidak terlepas dari empat fase perubahan ini. Waktu, populasi manusia, dan kondisi alam terus mengalami perubahan.

Kita semua penuh dengan berkah karena dapat hidup di dunia yang damai dan tenteram. Dengan sumber daya yang berlimpah dan iklim yang bersahabat, kita dapat menjalani kehidupan yang aman dan tenteram. Namun, di saat yang sama, ada banyak pula orang yang hidup kekurangan dan sulit untuk bertahan hidup, bahkan mengalami krisis bahan pangan dan kelaparan. Bagaimana mereka bisa bertahan hidup?

Sungguh sulit untuk menggambarkan berbagai penderitaan mereka dengan kata-kata. Inilah alam manusia. Apakah manusia bisa memperlakukan sesama secara setara? Itu sangat sulit. Bahkan, di saat dunia damai saja manusia saling membatasi diri, apalagi di tengah bencana akibat ulah manusia yang kerap terjadi karena ketidakselarasan pikiran manusia.


Mulanya, Ukraina dan Rusia merupakan negara yang tenteram serta memiliki sektor pertanian dan perdagangan dengan hasil berlimpah. Ukraina semula dapat memproduksi dan mengekspor hasil panen yang berlimpah. Namun, karena ketidakselarasan pikiran manusia, lahan pertanian dengan hasil panen berlimpah yang dapat menyuplai bahan pangan ke seluruh dunia telah hancur dibom. Karena itu, para petani tidak dapat bercocok tanam. Sangat sulit bagi mereka untuk bertahan hidup. Para petani pun menjadi pengungsi yang melarikan diri demi menyelamatkan hidup mereka. Kehidupan sungguh tidak kekal.

Ketidakselarasan pikiran manusia dan bencana alam telah menimbulkan begitu banyak penderitaan. Jadi, selain bencana akibat ulah manusia, juga ada bencana tanah, air, api, dan angin yang kerap terjadi. Bumi telah dirusak oleh manusia. Sulit bagi manusia untuk menyelaraskan pikiran mereka. Akibat ketamakan, kebencian, dan kebodohan, manusia menciptakan karma buruk kolektif lagi.

Bencana akibat ulah manusia dan alam telah menimbulkan banyak penderitaan di dunia. Orang-orang yang hidup kekurangan makin mengalami kekurangan. Makin banyak pula orang yang mengalami kelaparan. Apakah kita sampai hati melihat kondisi mereka? Kita tidak sampai hati. Namun, apalah daya kita.


Berapa banyak orang di dunia yang mengeluarkan suara tangisan penderitaan? Hendaklah kita berempati terhadap mereka. Kita juga sering mendengar orang tertawa terbahak-bahak. Sesungguhnya, untuk apa mereka tertawa? Apakah mereka benar-benar merasa bahagia? Kehidupan itu tidak kekal dan penuh dengan penderitaan. Sudahkah kita merenungkannya dengan tenang dan berusaha memandang lebih luas dan jauh? Bagaimana orang-orang bertahan hidup?

Hendaknya kita berintrospeksi diri hingga menyadari bahwa kita penuh dengan berkah. Kita juga harus memperhatikan mereka yang menderita dan menciptakan lebih banyak berkah. Apakah sulit bagi kita untuk menciptakan berkah? Tidak, asalkan kita memiliki sebersit niat untuk mencurahkan tetes-tetes cinta kasih. Dengan adanya cinta kasih, dunia akan penuh harapan dan kedamaian serta bebas dari suara tangisan penderitaan.

Jumlah pengungsi akan berkurang dan tidak akan lagi ada orang yang melarikan diri dari negara asalnya. Untuk mewujudkan ketenteraman hidup setiap orang di dunia ini, bukanlah hal yang mustahil selama semua orang di seluruh dunia dapat menyucikan hati dan pikiran mereka.

Namun, untuk menyucikan hati dan pikiran semua orang di seluruh dunia tidaklah mudah, bagaikan semut kecil yang tidak mengukur kemampuan sendiri dan tetap mengerahkan seluruh tenaga untuk mencapai puncak Gunung Sumeru. Jadi, meskipun dunia ini begitu luas dan ada begitu banyak orang yang menderita, asalkan kita mengerahkan tetes-tetes cinta kasih dan kekuatan kita, itu semua dapat terwujud.


Hanya dengan cinta kasih, barulah kita dapat meratakan jalan berliku-liku dan menciptakan berkah bagi dunia. Dengan berkah yang besar, bencana pun dapat diredam. Himpunan tetes-tetes cinta kasih membentuk kekuatan besar. Saya berharap semua orang dapat membangun tekad dengan kekuatan cinta kasih.

Selama bertahun-tahun ini, kita terus berpegang teguh pada tekad kita setiap saat. Jadi, hendaklah kita semua senantiasa bertekad dan mengerahkan kekuatan untuk berbuat baik. Kita harus berbagi tentang Tzu Chi dengan orang-orang yang kita temui dan memberi tahu mereka bahwa ada banyak orang yang menderita di seluruh dunia.

Ketika semua orang membangkitkan cinta kasih dan mengerahkan kekuatan masing-masing, dunia akan aman dan tenteram serta penuh berkah. Dengan menciptakan berkah, kebijaksanaan kita pun makin bertumbuh. Semoga kalian semua dapat mengembangkan berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Terima kasih.  

Memandang dunia dengan sikap empati dan welas asih
Banyak penderitaan timbul akibat karma buruk kolektif semua makhluk
Membangun tekad dan ikrar bagaikan semut yang mendaki Gunung Sumeru
Meredam bencana dan membawa ketenteraman kepada semua orang dengan cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 April 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 16 April 2022
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -