Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Kebijikan dengan Keyakinan Benar demi Mencapai Bodhi


Banyak hal yang terjadi di dunia ini. Yang kita lihat adalah kegiatan amal. Jika kalian menyaksikan Da Ai TV setiap hari, kalian mungkin akan sering mendengar saya membahasnya.

Saya berharap setiap tempat memiliki benih insan Tzu Chi yang dapat mendengar dan menolong mereka yang menderita. Bukankah ikrar Bodhisatwa Avalokitesvara ialah mendengar suara makhluk yang menderita dan menolong mereka? Di mana dibutuhkan, di sana Bodhisatwa muncul.

Namun, kini kita belum bisa mewujudkan semangat untuk muncul di mana pun dibutuhkan. Ini karena sumber daya manusia atau Bodhisatwa dunia yang kita miliki belum cukup.

Setiap orang hendaknya dapat menggalang Bodhisatwa dunia. Di mana kita harus mencari? Di sekitar kita. Di negara mana kita berada, kita membangun tekad di negara itu. Ketika orang-orang di sana memiliki interaksi dengan Tzu Chi, kesempatan untuk menolong orang akan lebih banyak.

Kita semua harus memiliki keyakinan agama. Agama apa pun boleh, selama memiliki arah yang benar. Asalkan agama itu mengandung kebijaksanaan, agama itu adalah agama yang baik. Jangan percaya takhayul. Berkah bukanlah dimohon. Berkah tidak datang hanya dengan dimohon. Berkah harus kita ciptakan sendiri. Hanya jika kita ada berbuat baik dan menciptakan berkah, barulah kita dapat mendapat berkah.


Saya sering berkata bahwa siapa yang makan, dialah yang akan kenyang. Jika setelah memasak nasi kita hanya meminta orang memandanginya saja tanpa memakannya, dia tentu hanya melihat wujud nasi dan mencium aromanya. Perutnya tidak akan kenyang. Kita harus memberinya benih, mengajarinya bercocok tanam, menabur benih, dan mengolah tanah. Dengan begitu, barulah dia bisa hidup mandiri.

Intinya, misi amal bagaikan manusia yang berjalan dengan dua kaki. Saat kaki depan menapak, kita harus memiliki tekad untuk menciptakan berkah. Kita terlebih dahulu memberi bantuan amal. Kemudian, kaki belakang juga harus melangkah. Artinya, kita juga harus menggunakan kebijaksanaan.

Kita harus mengevaluasi sumber daya apa yang ada di sekitar tempat tinggalnya agar bisa memutuskan bagaimana kita membantu, membimbing, dan mendidiknya agar dia bisa hidup mandiri. Dibutuhkan cinta kasih jangka panjang untuk mendampingi dan membimbingnya.

Kita dapat melihat anak-anak kecil yang ketika tumbuh besar juga dapat membantu para lansia yang hidup sebatang kara mengangkat beras. Inilah misi amal, pendidikan, dan budaya humanis yang terus berjalan bersamaan selangkah demi selakangkah.

Kita berusaha agar orang-orang yang membutuhkan ini dapat menemukan cara bertahan hidup dan dapat mencari nafkah. Kita berusaha mencari cara untuk itu. Inilah yang selalu kita lakukan sedikit demi sedikit.

Selama lebih dari lima puluh tahun ini, dimulai dari nol, dari lima puluh sen, kita terus menjalankan ini hingga sekarang.


Di Taiwan, ada orang berkata, "Tzu Chi tidak menolong Taiwan, malah menolong negara lain." Sesungguhnya, banyak hal yang telah kita lakukan di Taiwan, hanya saja orang-orang tidak mengingatnya. Sering kali, Tzu Chi terlupakan begitu saja.

Mari kita mengingat kembali bencana Gempa 921. Setelah gempa terjadi di Taiwan pada 21 September 1999, kita mulai bergerak. Saya juga pergi meninjau berbagai desa untuk melihat apa yang perlu dilakukan.

Saat itu, saya melihat banyak sekolah yang roboh sehingga hati saya sangat cemas. Bayangkan, usia belajar anak-anak sangat terbatas. Sekolah harus segera dibangun kembali agar anak-anak dapat belajar dengan tenang. Jadi, kita menjalankan Proyek Harapan dan menyanggupi pembangunan kembali 50 gedung sekolah. Di mana dananya? Saya tidak tahu.

Namun, saya yakin diri saya tanpa pamrih dan yakin semua orang punya cinta kasih. Saya percaya setiap orang memiliki cinta kasih. Kita terlebih dahulu menenangkan hati orang-orang, kemudian mulai bekerja keras. Saat itu, saya sejak awal selalu berkata bahwa kita harus bekerja keras. Inilah yang disebut membangun ikrar. Demikianlah cara kita menghimpun kekuatan di dunia.

Saat bencana terjadi dan bantuan sangat dibutuhkan, kita harus meminjam kekuatan orang-orang untuk memulihkan kondisi dan membangun kembali gedung-gedung sekolah dengan lebih kuat dari sebelumnya. Inilah yang selalu ingin Tzu Chi lakukan.


Saya sangat menekankan bahwa kita harus meneruskan tradisi ini di Tzu Chi. Saya juga berterima kasih atas kekuatan insan Tzu Chi yang terus mempertahankan tradisi yang baik. Semua orang selalu berkata, "Apa yang ingin Master lakukan, kami akan menuruti dan melakukannya." Ini membuat saya tidak perlu khawatir atas hal-hal lain. Saya hanya perlu menjaga ketulusan saya, menjaga hati saya yang tanpa pamrih, dan terus menciptakan berkah bagi dunia.

Bodhisatwa sekalian, keteladanan dalam kehidupan diawali dari kebajikan. Kita harus memiliki kebajikan untuk menciptakan berkah. Berkah yang tercipta dapat mengurangi, bahkan melenyapkan bencana. Jadi, harap semuanya bersungguh hati.

Waktu satu tahun lagi akan segera berlalu. Setiap tahun saya selalu menghadiri acara Pemberkahan Akhir Tahun. Kita tahu bahwa angpao ini diberikan oleh Sangha di Griya Jing Si untuk menjalin jodoh dengan semua orang. Semoga setiap orang dapat memahami semangat Buddha yang membasuh Bumi.

Saya berharap kita semua dapat mengerahkan kebijaksanaan. Buddha adalah yang bijaksana. Buddha ada di dalam hati setiap orang. Setiap orang memiliki kesadaran dan kebijaksanaan. Kita harus menyayangi Bumi dan melindungi dunia.

Setiap tahun, inilah saatnya kita berkumpul bersama sebagai insan Tzu Chi. Saya ingin mengingatkan kalian semua agar menyayangi alam dan menyayangi dunia. Saya mendoakan kalian semua. Terima kasih.    

Mendengar suara penderitaan dan hadir di mana pun dibutuhkan
Mempraktikkan kebajikan dengan keyakinan untuk menciptakan berkah
Kebijaksanaan dan cinta kasih tanpa pamrih berjalan beriringan
Terjun ke tengah masyarakat demi membangkitkan kesadaran  

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 06 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 08 November 2021
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -