Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Mazhab Tzu Chi dan Mewariskan Silsilah Dharma Jing Si
“Terima kasih kepada Master yang mendirikan Tzu Chi dan membantu saya keluar dari masa tersulit. Untuk membalas jasa Tzu Chi, saya mengumpulkan donasi dan melakukan daur ulang. Saya berikrar untuk bersumbangsih di Tzu Chi sampai napas terakhir dan mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan,” tutur Lai Gui-mei, relawan Tzu Chi.
“Beberapa waktu lalu, saat saya mengajak Ayah ke RS Tzu Chi, dokter mengenali Ayah yang merupakan anggota komite Tzu Chi. Dia berkata, “Dahulu,kalian, relawan lansia, yang menjaga kami, ini giliran kami menjaga kalian.” Perkataannya menyentuh hati saya. Tahun lalu, Ibu terjatuh dan tulang kakinya cedera. Saya melihat banyak relawan Tzu Chi yang sangat perhatian kepada Ibu. Saya sangat terharu. Di sini, saya berikrar untuk mulai bersumbangsih di Tzu Chi,” tutur Qin Kun-lin, anak Lai Gui-mei.
Setelah melihat keluarga dari anggota komite Tzu Chi dan Tzu Cheng di atas panggung, saya merasa bahwa kita tidak pernah tahu apakah kita akan selalu sehat dan aman. Begitu juga dengan saya. Saya melakukan perjalanan dengan tubuh yang sakit. Setiap hari, tubuh saya juga sakit, tetapi saya selalu merasa bahagia dan gembira.
Saya tidak dapat melihat jalan dengan jelas, tetapi saya dapat melihat jelas Jalan Bodhisatwa yang terbentang di dunia. Saya melihatnya dengan sangat jelas. Jadi, kita harus membentangkan jalan untuk membuka pintu hati kita sehingga kita tahu tujuan kita dengan sangat jelas. Yang kita butuhkan ialah kebenaran hidup yang tak berwujud. Apakah kalian mengerti Dharma yang saya babarkan? (Mengerti).
Bagus sekali. Saya melihat buku-buku catatan relawan saat mendengarkan Dharma yang saya babarkan. Saat melihat buku-buku tersebut, saya dapat melihat kesungguhan relawan yang menulis setiap goresan dengan rapi. Para relawan sungguh telah menyerap Dharma. Mereka bersungguh hati menuliskan setiap huruf dalam catatan.
Setiap kata dalam Dharma yang mereka dengar, telah diserap ke dalam hati. Bagaimana membuktikan bahwa kalian telah menyerap dan mengingat Dharma yang kalian dengar? Apakah kalian tahu? (Dengan mempraktikkannya.) Mempraktikkannya. Benar. Setelah mendengar dan memahami Dharma, kita perlu mempraktikkannya.
Kalian perlu tahu, saya sering berkata bahwa saat membabarkan Dharma, saya bukan membahas sesuatu yang sangat familier bagi saya, melainkan saya harus menyelami Sutra, mengeluarkan semua isinya, dan memperlihatkannya kepada kalian.
Dalam Sutra Bunga Teratai terdapat perumpamaan tentang Anak Miskin. Anak itu berasal dari keluarga kaya, tetapi ia suka bermain saat kecil. Suatu hari, ia pergi keluar rumahdan tidak tahu jalan pulang. Dia hidup sulit seumur hidupnya. Sejak kehilangan anaknya, sang ayah terus mencari anaknya yang hilang. Apa kalian mengingat cerita ini? (Ya).
Ini bukan cerita. Buddha merasa kita tidak mengerti ajaran-Nya, Buddha merasa kita tidak mengerti ajaran-Nya, sehingga Beliau menjelaskan dengan perumpamaan seperti ini. Setiap orang dari kita memiliki hakikat kebuddhaan. Kita semua memilikinya. Ini bukan pemberian Buddha,juga bukan pemberian Tuhan. Kebuddhaan ini adalah sifat hakiki dalam diri.
Buddha mengajarkan kebenaran sejati dan tidak mengklaim jasa atas itu. Buddha tidak mengatakan, “Itu adalah pemberian Saya.” Buddha tidak mengatakan itu. Buddha mengatakan bahwa kebuddhaan adalah hakikat dari setiap manusia, bahkan semua makhluk.
Saat berkunjung ke Taipei, pada satu hari, saya mengunjungi RS Tzu Chi dan melihat sebuah taman indah di lantai lima. Saya berjalan-jalan dan melihat sebongkah batu dengan beberapa kura-kura sedang berjemur di atasnya. Mereka terlihat tenang dan tenteram. Salah satu kura-kura yang datang entah dari mana menghadap tepat ke arah saya dan mengangkat tinggi kepalanya. Saya melihat matanya sangat cerah. Ingat untuk kembali. Jangan sampai salah jalan.
Saat itu, kura-kura itu terlihat sangat familier. Ini merupakan percakapan batin. Sungguh, kura-kura ini mengingatkan kita untuk menerima karma pada kehidupan ini dan melatih diri untuk masa depan. Kita telah melakukan karma pada kehidupan-kehidupan lampau dan akibatnya telah kita alami pada kehidupan ini. Kita harus menerimanya dengan sukarela, bertobat atas kondisi saat ini, dan menyucikan hati demi kehidupan yang akan datang. Jadi, hati kita harus hening dan jernih.
Walau banyak kekacauan di dunia, dunia Tzu Chi tetap damai dan murni. Setiap relawan sangat bahagia dan bersumbangsih atas keinginan sendiri. Mereka bersumbangsih tanpa pamrih dan senantiasa bersyukur. Ini adalah dunia batin kita.
Bodhisatwa sekalian, bagaimana dunia Tzu Chi dirajut? Dunia Tzu Chi dirajut dengan kekuatan cinta kasih kita semua, yang terhimpun tetes demi tetes. Ini bagaikan untaian bacang yang disatukan oleh tali pengikat yang terjalin dari banyak benang. Tali pengikat dijalin dengan pola, seperti para relawan yang bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Semuanya harus terhubung dengan silsilah Dharma Jing Si.
Jadi, ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan kebenaran. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Tak peduli berapa lama kalian telah bergabung, yang terpenting, kita menjalankannya terus-menerus. Sejak dahulu, kita tidak pernah berhenti merajut keindahan dalam kehidupan. Walau kita telah berumur, tetapi keindahan tersebut akan menjadi sejarah hidup kita.
Bertobat atas karma dan menyucikan hati
Menggenggam kehidupan masa kini untuk giat melatih diri
Merajut cinta kasih dengan bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan gotong royong
Silsilah Dharma Jing Si dan mazhab
Tzu Chi diwariskan selamanya
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 Desember 2019