Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Sutra secara Nyata dan Bersama-sama Melenyapkan Penderitaan

Dua hari lalu, insan Tzu Chi dari Indonesia kembali ke Griya Jing Si untuk memberi laporan kepada saya. Sepanjang hari, hati saya berada dalam suasana yang penuh kehangatan. Mereka telah membawa cahaya lembut bagi saya. Mereka tekun dan bersemangat untuk mempersiapkan pertemuan kali ini.

Setiap kali ketika ingin kembali ke sini untuk bertemu dengan saya, mereka selalu sangat giat. Yang lebih membuat saya tersentuh lagi ialah mereka bersama-sama mengadakan kegiatan bedah buku. Mereka juga menyalin Sutra bersama. Kegiatan menyalin Sutra mereka tampak sangat agung. Mereka bersama-sama menyalin Sutra Makna Tanpa Batas.

Para peserta juga belajar bahasa isyarat tangan dan mendiskusikan makna dalam Sutra. Inilah tujuan mereka mengadakan kegiatan bedah buku. Mereka terus mendengar saya membabarkan Sutra untuk memahami arti dari setiap bagian Sutra dan kemudian menjelaskannya. Mereka menjelaskannya dengan sangat baik.

Mereka memberikan laporan bahwa mereka tidak hanya menghafal isi Sutra dan memperagakan isyarat tangan, tetapi juga mempraktikkan isi Sutra lewat tindakan nyata. Mereka menampilkan kesungguhan, ketulusan, keindahan, kelembutan, dan keharmonisan. Saya belum pernah mengikuti rapat seperti ini sebelumnya. Dharma telah tersebar ke Indonesia dan dipraktikkan secara luas di sana oleh relawan baik secara jiwa maupun raga.

Dari dalam hati, mereka bersatu hati dan membina keharmonisan serta mewujudkannya dalam tindakan nyata dengan melepas ego. Saya tidak dapat mendeskripsikan kekuatan cinta kasih ini. Saat duduk seharian mengikuti rapat, saya merasa seperti dikelilingi oleh embun Dharma dan bermandikan aliran jernih. Saya sungguh sangat tersentuh.

Selain itu, kita juga bisa melihat keindahan dan kualitas sekolah dasar dan menengah Tzu Chi di Indonesia. Saya sungguh sangat tersentuh. Saya mendengar ada murid yang berkata bahwa mereka tahu mereka tidak boleh sombong, harus menghormati sesama, dll. Inilah pendidikan yang kita berikan kepada murid-murid di sekolah Tzu Chi di sana.

Ada banyak kisah yang tidak habis saya ceritakan. Orang dewasa memberi contoh kepada anak-anak di rumah dan sekolah. Sekolah kita telah memetik buah yang manis. Mereka melakukannya dengan sukarela. Mereka kembali ke sini untuk berbagi dengan saya dan saya mendengarnya dengan sukacita. Mereka melakukan dengan sukarela dan menerimanya dengan sukacita. Saya sungguh sangat bersyukur. Anak-anak ini dipenuhi berkah.

Jika ada waktu, kalian dapat menggunakan ponsel kalian untuk melihat bagaimana kondisi anak-anak di Afrika Timur. Kita membagikan tas sekolah kepada mereka dan mereka sangat gembira.

“Saya sangat gembira,” kata Anastasia Joao Joaquin, seorang murid.

“Setelah menerima tas sekolah, bagaimana perasaan Anda?”

“Saya sangat gembira. Di dalam tas ada pulpen, buku, penghapus, dan penggaris,” jawab Fraderic Cation, seorang murid.

“Tanpa bantuan kalian, mereka mungkin tidak mampu membeli alat-alat tulis ini. Seluruh barang mereka telah terbawa oleh banjir.

Sekarang kalian mengantarkan alat-alat tulis ini, ini sungguh sangat tepat waktu dan bermanfaat bagi para murid,” ujar Sandra Maibeque, kepala sekolah.

Seumur hidup mereka, mereka tidak pernah memiliki tas sekolah seperti ini dan tidak pernah memiliki sebatang pensil yang utuh. Kali ini, setelah mendapat alat-alat tulis ini, mereka sangat gembira. Inilah perbedaan antara anak-anak yang tinggal di tempat yang penuh penderitaan dan anak-anak yang tinggal di tempat yang penuh berkah.

Memiliki berkah atau tidak memiliki berkah, itu bergantung pada karma yang kita bawa dari masa lampau. Ada yang membawa karma baik dan ada yang membawa karma buruk. Orang yang membawa karma buruk akan terlahir di tempat yang tertinggal. Orang yang membawa karma baik akan terlahir di tempat yang penuh berkah.

Namun, untuk bantuan bencana bagi anak-anak di Afrika kali ini, saya sudah memutuskan untuk memperbaiki kehidupan orang-orang yang menderita ini. Kita akan membangun rumah dan sekolah bagi mereka. Harapan saya ialah anak-anak di sana dapat bersekolah seperti anak-anak pada umumnya. Saya tak berani memimpikan sekolahnya seperti sekolah Tzu Chi di Indonesia. Namun, kita bisa mendirikan sekolah dasar dan menengah seperti sekolah pada umumnya di pedesaan. Inilah yang ingin kita lakukan.

Kemarin, mereka mengadakan upacara pemandian rupang Buddha di sana. Para kepala RS dan dokter kita dari Taiwan pergi ke sana untuk mengikuti upacara pemandian rupang Buddha. Pesertanya berjumlah lebih dari 800 orang dan juga tampak sangat rapi. Mereka tidak pernah mengadakan upacara seperti itu. Ini merupakan yang pertama kalinya dalam sejarah Tzu Chi. Ini adalah rekaman bersejarah.

Saya berterima kasih kepada semua orang. Tanpa kekuatan cinta kasih kalian semua, Tzu Chi tidak dapat menjalankan misi besar seperti ini. Singkat kata, saya berharap semua orang dapat menghimpun tetes-tetes donasi untuk membantu anak-anak yang menderita itu. Jika tidak ada jalinan jodoh, mereka tidak akan bertemu dengan kita. Karena ada jalinan jodoh, mereka baru dapat bertemu dengan kita. Dunia ini begitu luas, jika tidak ada jalinan jodoh, kita tidak akan menjangkau hingga ke sana. Asalkan kita dapat menjangkau, melihat, dan mengulurkan tangan, kita harus membantu mereka memperbaiki kehidupan.

Bodhisatwa sekalian, asalkan kita bersungguh hati, pasti ada ladang berkah yang menanti benih kita. Mari kita menjadi petani Dharma yang menaburkan benih kebajikan. Ladang berkah kita sangat luas, kita bisa menaburkan 2-3 butir benih, segenggam benih, atau sekarung benih di sana. Berapa banyak benih yang akan Anda tabur? Setiap orang memiliki benih untuk ditabur. Singkat kata, kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin sangat lebar, bagaimana kita memperbaiki kondisi ini? Saya menantikannya.

Saya mendoakan semua orang. Doa saya tak membawa kekuatan istimewa. Saya ingin menyaksikan bahwa kalian dapat melakukannya.

Jadi, jangan merasa bahwa saya memberi kekuatan istimewa pada kalian. Kalian harus melakukan sendiri. Saya akan menjadi saksi sumbangsih kalian semua. Saya berharap semua orang bersumbangsih bersama-sama. Terima kasih, semuanya. Saya mendoakan kalian semua.

 

Menyelami Sutra dan mempraktikkannya secara nyata

Merasa bagai bermandikan aliran jernih saat mengikuti rapat

Memperbaiki kehidupan warga dimulai dari pendidikan

Menggarap ladang berkah dan menabur benih kebajikan

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 20 Mei 2019

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 22 Mei 2019

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -