Ceramah Master Cheng Yen : Mempraktikkan Welas Asih dan Kebijaksanaan dengan Empat Pikiran Tanpa Batas

Mari kita berdoa dengan tulus semoga dunia terbebas dari bencana, aman, tenteram, dan harmonis. Tadi malam, di Balai Peringatan Chiang Kai-shek, kita mengimbau orang-orang untuk bervegetaris, melindungi hewan, dan mengasihi bumi dengan harapan setiap orang dapat melindungi semua makhluk.

Semua makhluk memiliki perasaan dan hakikat kebuddhaan. Saat dibunuh, hewan-hewan juga berdarah. Saat ditangkap, hewan-hewan juga memberontak dan menjerit karena merasa takut. Orang zaman dahulu berkata bahwa untuk melenyapkan peperangan dan konflik, pergilah ke pejagalan yang penuh dengan jeritan hewan-hewan. Jika kita bisa menghilangkan jeritan hewan di sana, maka dunia akan damai.

Karena itu, kita harus bervegetaris dan melindungi semua makhluk. Jangan hanya mengejar kenikmatan sesaat. Sesungguhnya, makanan yang terlihat lezat dan harum aromanya akan terlihat menjijikkan dan beraroma tidak sedap setelah masuk ke sistem pencernaan. Jika sisa dari proses pencernaan tidak dikeluarkan, maka tubuh kita akan terserang penyakit. Saat dikeluarkan, aromanya sungguh tidak sedap.

Kita harus tahu bahwa kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari kita bisa diubah. Untuk bervegetaris, melindungi hewan, dan mengasihi bumi, kita harus menyelaraskan pikiran manusia agar empat unsur alam bisa selaras dan hati manusia bisa tersucikan. Hati manusia tersucikan dan empat unsur alam selaras, bukankah ini dapat menciptakan dunia yang paling aman, tenteram, dan indah? Karena itu, kita harus bekerja keras untuk menjaga kesehatan bumi serta menyelaraskan pikiran manusia dan empat unsur alam, serta menyelaraskan pikiran manusia dan empat unsur alam.

Tadi malam, kita mengadakan acara dalam rangka bulan 7 penuh berkah sekaligus bulan bakti. Kita bisa melihat anak-anak di atas panggung yang memperagakan isyarat tangan lagu “Lukisan Anak Kambing Berlutut” yang dilanjutkan dengan pementasan lainnya. Kemudian, pementasan adaptasi Sutra Bakti Seorang Anak pun dimulai.

Kita bisa melihat Guru Ming Guang dan Guru Hou Xian yang diikuti oleh sekitar 50 guru lainnya yang memainkan peran sebagai Buddha dan murid-murid-Nya. Saat melihat setumpuk tulang putih, Buddha membungkukkan badan dengan penuh rasa hormat. Ananda merasa heran, “Buddha merupakan Yang Mahasadar, pembimbing di tiga alam, dan ayah semua makhluk”. “Mengapa Buddha memberi penghormatan seperti ini pada setumpuk tulang putih ini?” Ananda pun bertanya dan Buddha berkata, “Setumpuk tulang putih ini merupakan orang tua-Ku dalam banyak kehidupan.” Ini merupakan pembukaan pementasan adaptasi Sutra Bakti Seorang Anak. Pementasan mereka sungguh menakjubkan.

Kemudian, para relawan kita menampilkan kondisi kehidupan masyarakat zaman sekarang. Dari saat berada di dalam kandungan ibu, masa kecil yang dikasihi orang tua, hingga masa remaja yang mulai membangkang. Saat terjun ke tengah masyarakat, mereka bergaul dengan orang yang tidak baik sehingga menimbulkan banyak masalah sosial. Para orang tua sibuk mengurus bisnis mereka. Bukan hanya anak yang tidak bisa memaafkan sang ayah, juga tidak bisa berempati pada orang tuanya sendiri. Semua itu ditampilkan oleh para relawan kita dan seniman.

Para seniman rela bermain sebagai relawan tanpa dibayar dan berlatih berkali-kali di atas panggung. Sungguh, orang-orang dari berbagai profesi turut berpartisipasi. Anak-anak muda, mahasiswa-mahasiswi, dan murid-murid sekolah menengah juga berpartisipasi dalam pementasan ini. Pementasan tadi malam sungguh membuat orang tersentuh.

 

Anggota Tim Opera Tang Mei-yun juga naik ke atas panggung untuk mempersembahkan kisah Putri Jyotinetra menolong ibunya. Ibunya sangat gemar makan ikan. Terlebih lagi, yang digemarinya adalah ikan yang perutnya penuh dengan telur. Dia lebih memilih ikan seperti ini. Dengan makan seekor ikan, dia merenggut banyak nyawa. Putrinya terus menasihatinya, tetapi dia tidak peduli. Selain itu, dia juga memfitnah Buddha, Dharma, dan Sangha sehingga akhirnya masuk ke alam neraka. Kisah Putri Jyotinetra menolong ibunya terdapat di dalam Sutra Ksitigarbha dan ditampilkan di atas panggung kemarin. Ini sungguh membuat orang tersentuh.

Hari ini, kita juga akan mempersembahkan kisah Mahabhiksu Xuan Zang menyebarkan Dharma. Kisah Mahabhiksu Xuan Zang menyebarkan Dharma. Besok, kita akan mempersembahkan kisah Raja Gajah Bergading Enam. Saya sungguh sangat bersyukur. Semoga hampir 100.000 orang yang hadir dalam acara doa bersama selama 3 hari di Taipei ini dapat terinspirasi untuk dapat terinspirasi untuk bervegetaris, melindungi hewan, mengasihi bumi, dan membalas budi luhur orang tua. Saya sungguh sangat bersyukur ada begitu banyak orang yang mendukung pementasan selama 3 hari ini.

Sesungguhnya, untuk mempersembahkan pementasan yang indah, ada banyak orang yang harus bekerja keras di bawah guyuran hujan dan terik matahari. Mereka terus berlatih dan melakukan perbaikan selama berhari-hari. Semua orang menyatukan hati. Ini sungguh tidak mudah.

Bodhisatwa sekalian, saya sungguh berharap semua orang dapat bersatu hati dalam keseharian dan menuju arah yang benar. Kita juga melihat pertunjukan lonceng dan genderang yang penuh kesatuan hati. Meski ada begitu banyak lonceng dan genderang, tetapi yang terdengar adalah satu suara yang sama. Ini menunjukkan kesatuan hati semua orang.

Kekuatan cinta kasih ini harus kita pahami dengan sepenuh hati. Kita harus berikrar menyelamatkan semua makhluk dengan ketulusan, memutus noda batin dengan kebenaran, mempelajari seluruh pintu Dharma dengan keyakinan, dan mencapai kebuddhaan dengan kesungguhan. Saya berharap setiap orang dapat memiliki hati yang tulus, benar, yakin, dan sungguh-sungguh. Kita harus giat mempraktikkan ajaran Jing Si dan mewariskan inti sari Dharma dengan Empat Ikrar Agung. dan mewariskan inti sari Dharma dengan Empat Ikrar Agung.

Kita juga harus menapaki Jalan Bodhisattva di dunia dan mempraktikkan welas asih dan kebijaksanaan dengan Empat Pikiran Tanpa Batas. Jadi, untuk mempraktikkan ajaran Jing Si, kita membutuhkan Empat Ikrar Agung, ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan.

Berdoa dengan tulus dan menyambut keharmonisan

Bervegetaris dan melindungi hewan untuk melenyapkan bencana

Berbakti kepada orang tua sebagai wujud balas budi

Mewariskan ajaran Jing Si dengan welas asih dan kebijaksanaan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 06 Agustus 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 08 Agustus 2016

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -