Ceramah Master Cheng Yen: Mempraktikkan Welas Asih Demi Ketenteraman Dunia

“Kami merupakan korban perubahan iklim. Kami harus mengambil keputusan antara tetap tinggal atau pergi dan antara membahayakan kesehatan kami atau kehilangan kedamaian yang kami miliki di sini,” ucap Commardelle, Warga.

Lihatlah, di Amerika Serikat sudah ada pengungsi iklim. Di Louisiana, terdapat sebuah pulau kecil yang pemandangannya sangat indah. Namun, orang-orang terus menambang minyak bumi dan gas alam dari dasar laut sehingga pulau tersebut semakin terbenam. Akibat pemanasan global, temperatur air laut juga meningkat. Kedua faktor ini telah mengakibatkan pulau ini kehilangan 98 persen luas daratannya. Kini, yang tersisa hanya sekitar setengah kilometer persegi. Di sana masih tinggal belasan keluarga. Pemerintah Amerika Serikat ingin merelokasi mereka, tetapi mereka tidak rela meninggalkan pulau itu karena dahulu leluhur mereka juga tinggal di sana. Namun, kini pulau itu sangat berbahaya.

Inilah kekeraskepalaan manusia. Mereka hendaknya memilih tempat tinggal yang aman. Namun, mereka hanya memikirkan leluhur mereka tanpa memikirkan bagaimana kehidupan generasi penerus mereka. Inilah pengungsi iklim. Mereka tidak bisa tinggal di tempat semula karena perubahan iklim. Intinya, ulah manusialah yang memicu terjadinya bencana alam. Tentu saja, aktivitas manusia yang merusak bumi telah dilakukan dalam jangka panjang. Berhubung manusia merusak bumi dan mencemari udara, maka saat alam melakukan perlawanan, manusia juga akan terluka. Ini sungguh menakutkan. Inilah yang disebut dengan hukum karma. Menakutkan, bukan?

Ulah manusialah yang memicu terjadinya bencana alam.

Manusia terus merusak alam dan kini, alam sedang melakukan perlawanan. Karena itu, sangat penting untuk menyelaraskan pikiran kita. Kekuatan cinta kasih sangatlah penting. Buddha yang penuh welas asih terus datang ke dunia ini untuk membimbing orang-orang. Selama 50 tahun Tzu Chi berdiri, tidak ada satu hari pun kita tidak menggalakkan cinta kasih dan welas asih. Kita menggalakkannya setiap hari. Sesungguhnya, bukan hanya agama Buddha, semua agama didasari oleh semangat yang sama.

Tahun ini, Paus Fransiskus juga mengimbau orang-orang untuk membangkitkan belas kasih. “Paus Fransiskus mengimbau kita menuju praktik baru belas kasih. Kita diminta lebih memperhatikan bumi tempat tinggal kita dengan semangat dan tindakan yang didasari oleh belas kasih,” ucap Peter Turkson, Kardinal Gereja Katolik Roma.

Sungguh, kita harus memiliki welas asih. Welas asih harus dipraktikkan secara nyata. Kita harus mengembangkan cinta kasih untuk mengasihi semua makhluk dan sesama manusia. Hidup di dunia ini, inilah yang bisa kita lakukan untuk mempraktikkan cinta kasih dan welas asih. Cinta kasih tanpa pamrih yang sesungguhnya bukan sekadar slogan, tetapi harus dipraktikkan secara nyata.

Ulah manusialah yang memicu terjadinya bencana alam.

“Kita mendapati bahwa pendidikan hidup yang dibahas di dalam buku hanya hidup manusia. Pendidikan hidup ini belum mencakup alam ataupun hewan. Kandang seukuran kertas A4 bisa digunakan untuk memelihara 4 ekor ayam. Sekitar satu setengah tahun, ayam-ayam itu hanya hidup di kandang,” ucap Zhu Zeng-hong, Ketua organisasi penelitian hewan, Taiwan.

“Ayam sama dengan manusia. Mereka juga membutuhkan air, udara, dan cahaya matahari. Namun, kita mengurungnya di dalam kandang. Dari lahir hingga mati, mereka hampir tidak pernah melihat matahari,” kata Cai Gui-hui, peternak ayam petelur dalam rekaman.

“Hewan sangat menggemaskan. Hewan adalah teman kita. Kita tidak boleh menganiaya mereka,” ucap Shi Yun-fei.

Jika manusia tidak tersadarkan serta hanya mendengar dan membicarakan teori, maka tidak akan ada perubahan. Jika mengerahkan kekuatan cinta kasih yang penuh kehangatan saja tidak bisa, bagaimana bisa kita menciptakan dunia yang harmonis?

Kita bisa melihat seorang anak yang bisa melakukannya. “Nama saya adalah Callum. Saya duduk di bangku TK dan saya tidak makan daging. Saya adalah seorang vegetarian. Saya menjadi seorang vegetarian karena saya suka hewan. Hai, ayam-ayam. Saya tidak akan memakan kalian, oke? Saya tidak akan memakan kalian! Saya mendapati bahwa nugget ayam adalah daging. Nugget-nugget itu adalah ayam. Orang-orang membunuh hewan tanpa alasan. Mereka memotong hewan dengan pisau. Itu tidak benar,” ucap Callum, Anak berusia 4 tahun, Amerika Serikat. “Hewan-hewan juga bisa menyukai dan mengasihi satu sama lain, sama seperti manusia,” tambah Callum, Vegetarian.

Sebuah organisasi yang menggalakkan makanan vegetaris mengajak anak itu ke tempat penampungan hewan yang disiksa agar dia bisa melihat hewan-hewan. Dia bisa mendekati hewan-hewan dan melihat mereka begitu menggemaskan. Dia berteriak pada hewan-hewan itu, “Saya tidak akan memakan kalian.” Meski hewan-hewan berada sangat jauh, saat melihat mereka, dia juga berteriak, “Saya tidak akan memakan kalian.” Dia mengungkapkan cinta kasihnya. Jika kita tidak mengonsumsi daging, maka hewan-hewan tidak perlu dibunuh. Inilah cinta kasih yang tulus. Sungguh, jika ada yang membangkitkan niat baik, maka kita harus menyemangatinya. Kita juga harus mengimbau orang-orang bertindak secara nyata untuk mengasihi dan memperhatikan sesama. Jika bisa demikian, bukankah kehidupan kita akan semakin baik?

Dalam ceramah pagi ini, saya juga mengulas bahwa di dunia ini terdapat lingkungan yang bersih dan kotor. Baik bersih maupun kotor, semuanya diciptakan oleh manusia. Jika kita bermalas-malasan, maka lingkungan di sekitar kita akan kotor. Sebaliknya, meski berada di lingkungan yang kotor, jika kita tekun dan bersemangat, maka secara alami, lingkungan kita akan menjadi bersih. Sama halnya dengan kondisi batin kita. Bermalas-malasan akan membuat kita terjerumus. Jika kita tekun dan bersemangat tanpa menyia-nyiakan satu detik pun, diri kitalah yang akan memperoleh manfaat. Dengan menyerap ajaran kebajikan ke dalam hati dan terus membangkitkan niat baik, maka kita dapat menghadapi setiap orang dan hal dengan penuh cinta kasih. Inilah dunia tempat tinggal kita, segala sesuatu berasal dari sebersit niat. Jika kita bisa menjaga pikiran dengan baik, maka dunia akan aman dan tenteram.

Akibat ketidakselarasan pikiran manusia,bencana kerap terjadi

Mempraktikkan cinta kasih tanpa pamrih

Seorang anak bervegetaris demi mengasihi hewan

Mengimbau orang-oranguntuk membangkitkan niat baik

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 September 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 14 September 2016

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -