Ceramah Master Cheng Yen: Memunculkan Kemegahan Persamuhan Puncak Burung Nasar


“Saya telah menjadi relawan dokumentasi selama 20 tahun. Saya sangat bersyukur karena Pin-xi juga telah menjadi relawan dokumentasi selama 17 tahun sejak dalam kandungan. Sesungguhnya, 12 tahun yang lalu, saya juga berpartisipasi dalam pementasan Syair Pertobatan Air Samadhi dan sangat tersentuh. Saya ingat bahwa saat itu Pin-xi baru berusia 5 tahun dan ketika melihat kami berlatih terus-menerus, dia menjadi bisa isyarat tangan. Setelah 12 tahun, saya mengajaknya untuk berpartisipasi karena ini adalah kesempatan yang langka. Namun, akibat ada masalah di sendi pinggulnya, dia tidak bisa duduk bersila dan berlutut,”
kata Guo Cai-xi relawan Tzu Chi.

“Tahun ini, saya berusia 17 tahun. Dalam 4 tahun terakhir, saya telah menjalani 4 kali operasi sendi pinggul karena mengalami kematian jaringan tulang sehingga ada banyak gerakan yang tidak dapat saya ikuti. Saat membantu dokumentasi, saya melihat begitu banyak paman dan bibi yang dari awal melihat saya tumbuh dewasa sudah lanjut usia dan rambut mereka memutih. Setiap kali ada waktu, saya akan ikut berlatih bersama mereka,” kata Wu Pin-xi relawan pementasan adaptasi Sutra.

“Saya memutuskan untuk mengambil bagian dalam pementasan adaptasi Sutra karena pada penggalan tentang Indonesia, Bibi Ci Yue berkata, ‘Kalian harus melihat penonton dari lantai 6. Mereka semua sangat tersentuh.’ Hal itu menginspirasi saya untuk turut mengambil bagian. Melalui pementasan adaptasi Sutra kali ini, saya menyadari bahwa apa yang Tzu Chi lakukan di masa lalu sangatlah sulit. Saya berikrar bahwa tahun depan, ketika berusia 18 tahun, saya akan mengikuti pelatihan relawan,” pungkas Wu Pin-xi.

“Anak-anak muda memiliki energi dan semangat. Mereka juga melihat bagaimana relawan lansia begitu tekun. Oleh karena itu, pementasan adaptasi musikal Himne Inti Sari Dharma Sutra Makna Tanpa Batas kali ini sangat menyentuh satu sama lain,” kata Luo Mei-zhu relawan Tzu Chi.

Saya sangat tersentuh. Kita telah menghimpun cinta kasih di dunia tanpa henti. Ajaran Buddha mengajarkan tentang praktik Bodhisatwa, yaitu membimbing semua orang untuk membangkitkan cinta kasih. Cinta kasih ini harus dibarengi dengan kebijaksanaan agar dapat menciptakan berkah bagi banyak orang. Inilah yang disebut dengan cinta kasih. Tentu saja, kita harus menghimpun cinta kasih ini.


“Saya memiliki jalinan jodoh tak terbayangkan dengan seorang donatur muda. Setelah dilantik pada 10 tahun yang lalu, saya berbagi kisah di mana-mana. Suatu hari, ada seorang anak muda datang dan mendengarkan cerita saya. Saya bertanya usianya dan dia berusia 17 tahun. Saya berkata kepadanya, ‘Jika kamu ingin mengikuti saya, kamu dapat bergabung dalam Tzu Ching.’ Dua tahun kemudian, dia bergabung dengan tim genderang dan tim Kakak Ci Yue. Dua tahun kemudian, dia dilantik. Saya tidak menyangka bahwa anak muda 17 tahun yang saya temui saat itu menjadi pengajar isyarat tangan pementasan adaptasi Sutra kita kali ini,”
kata Xi Man-ning relawan Tzu Chi.

Kita telah mendengar bahwa insan Tzu Chi selalu menjalankan praktik nyata dan memilih arah yang benar dalam hidup sehingga dapat menginspirasi anak muda. Hati anak-anak tidak berubah. Hendaknya kita terus menginspirasi anak-anak muda. Dalam pementasan ini, banyak juga siswa yang mengambil bagian.

“Pada awalnya, kami kekurangan banyak orang. Namun, pementasan adaptasi Sutra ini sangat berarti bagi Master. Meski saya mengajari siswa-siswi berkebutuhan khusus, Buddha berkata bahwa semua makhluk itu setara dan semuanya memiliki hakikat kebuddhaan. Jadi, saya merasa bahwa mereka juga memiliki jalinan jodoh untuk bergabung Bersama,” kata Li Rui-yu relawan Tzu Chi.

Inilah menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk lewat pendidikan. Hendaknya kita membagikan semangat ajaran Buddha agar semua orang dapat memahaminya. Sutra Teratai juga mengisahkan tentang anak-anak yang membangun stupa menggunakan pasir yang mereka pakai untuk bermain dan itu juga merupakan sebuah pahala. Untuk menciptakan pahala, kita dapat terjun ke tengah masyarakat agar mereka memahami lebih dalam tentang ajaran Buddha. Inilah yang diajarkan Sutra Teratai kepada kita.


Pada zaman Buddha, transportasi masih sulit, tidak ada kamera, dan tidak ada apa pun. Jadi, semuanya tidak terdokumentasi secara lengkap. Saat ini, teknologi telah berkembang pesat. Kita memiliki banyak kisah budaya humanis yang dapat dituangkan ke dalam ukiran atau cerita yang terlihat. Di dalam Sutra juga terdapat banyak kisah. Saat ini, kalian semua tengah berbagi kisah tentang pementasan adaptasi Sutra di masa kini. Saudara sekalian, inilah kebenaran sejati. Saya sangat tersentuh.

Kisah-kisah yang kalian bagikan menunjukkan bahwa kalian sangat sepenuh hati. Kalian telah menaruh stupa Puncak Burung Nasar ke dalam hati semua orang. Ajaran Buddha telah ada sejak 2.500 tahun yang lalu. Hendaknya semua merasa sukacita.

“Kami bekerja di bidang terapi meridian. Akibat pekerjaan, setelah jongkok, saya tidak dapat berdiri. Namun, beberapa relawan yang mungkin juga mengalami hal yang sama tetap berjongkok demi pementasan. Saya sangat tersentuh. Begitulah setiap orang. Semangat dan kekuatan batin jauh melampaui tubuh kita,” kata Ye Kai-wen relawan pementasan adaptasi Sutra.

Saya mendengar bahwa banyak orang telah melalui latihan yang sulit,sama halnya dengan rupang Bodhisatwa yang dipahat dan diukir hingga sangat indah. Dalam proses pahat, rupang itu mulanya hanyalah sebuah kayu biasa. Untuk menjadikannya sebagai rupang yang dihormati, dibutuhkan proses dan usaha yang keras. Pada awalnya, ada yang memang kakinya sakit, tetapi demi menyukseskan pementasan ini, mereka bersedia menahan sakit dengan tetap berlutut dan berlatih. Awalnya, kita mengira diri sendiri tidak akan sanggup. Namun, dengan tetap sabar dan mengikuti aturan, semuanya akan menjadi indah.


Semua yang terlibat dalam pementasan adaptasi Sutra telah kembali pada Puncak Burung Nasar dalam hati. Semua orang pada hakikatnya memiliki stupa Puncak Burung Nasar di dalam hati. Dari kisah yang kalian bagikan, saya tahu kalian telah kembali ke sana. Saya hanya memikirkan bagaimana cara untuk menyebarkan Dharma dalam bentuk yang konkret dan kalian semua telah mewujudkannya.

Keindahan pementasan adaptasi Sutra adalah usaha dari kalian semua. Dalam pementasan adaptasi Sutra, setiap orang mewakili setiap kata yang tersusun secara beraturan sehingga menunjukkan jalan yang benar. Sutra adalah petunjuk jalan yang benar dalam hidup. Melalui pementasan adaptasi Sutra Makna Tanpa Batas, kalian telah membuka jalan untuk dilalui oleh semua orang.

Setelah mengambil bagian, kita harus membagikan apa yang kita pelajari. Kita harus membagikan kisah yang benar yang juga berisi prinsip kebenaran. Kalian semua telah memahami Sutra Teratai. Ada sekelompok orang yang mempelajari Sutra Teratai dan membagikan manfaat yang mereka peroleh. Mereka adalah saksi. Dengan dedikasi yang tulus, mereka telah melindungi dan menunjukkan keindahan Dharma. 

Membimbing ke arah benar dengan kebijaksanaan
Menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk dengan terjun ke tengah masyarakat
Kebenaran sejati memiliki makna tanpa batas
Kembali ke Puncak Burung Nasar dan menampilkan kemegahan 

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 25 November 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 27 November 2023
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -