Ceramah Master Cheng Yen: Memupuk Berkah dan Kebajikan demi Melindungi Dunia


Kondisi yang kita lihat ini sungguh membuat batin kita seakan terbelenggu dengan sangat kuat. Pandemi kali ini sungguh telah memberi manusia bahaya dan tekanan yang sangat berat. Namun, sudahkah manusia sadar? Kehidupan tidaklah kekal.

Saat ini, yang paling dibutuhkan ialah sikap mawas diri pada semua orang. Mawas diri berarti kita harus menjaga sila dan mematuhi aturan.

Di masa lalu, kita terlalu sembrono. Sebagai makhluk awam, pikiran kita lengah. Setiap hari, pikiran kita berkeliaran ke luar dan hanya berpikir bagaimana caranya mengejar kenikmatan dan menguasai lebih banyak materi, selamanya tidak pernah puas. Begitulah kondisi batin yang dimiliki oleh makhluk awam.


Di dalam Sutra Bunga Teratai ada perumpamaan tentang tabib dan anak-anaknya. Tabib itu sangat ternama. Keterampilannya sangat tinggi. Namun, anak-anaknya sendiri tidak mau mendengarkan ajarannya. Mereka terus bergantung pada ayahnya.

“Kalau sakit, saya punya ayah yang adalah seorang tabib. Kalau saya sakit, Ayah akan mengobati saya.” Ayahnya pun berpesan kepada anak-anaknya itu untuk menjaga kesehatan dengan baik, mengasihi diri sendiri, dan meningkatkan kewaspadaan. “Segala hal yang merugikan tubuh dan batin, jangan sampai timbul niat untuk melakukannya.” Namun, anak-anaknya tidak mau mendengarnya. Demikian pula dengan kita.

Buddha datang ke dunia dan membabarkan banyak Dharma. Orang-orang di kemudian hari perlahan tercerahkan dan mewariskan ajaran ini lewat ucapan dan tulisan. Ini terus berlangsung selama ratusan tahun. Orang-orang memang masih mendengarkan dan menyalin ajaran ini. Ajaran ini dibabarkan dengan merdu dan disalin dengan indah. Namun, orang-orang di dunia ini hanya sekadar mendengarnya. Apakah mereka benar-benar mempraktikkannya? Sulit sekali.

Sulit untuk mengubah tabiat buruk. Mereka bisa membuat karya tulis yang indah. Orang-orang yang melihat pun sangat mengaguminya. Meski tulisan itu mengundang kekaguman dari orang yang melihatnya, tetapi apakah orang-orang dapat mempraktikkan prinsip kebenaran sesuai yang ditulis itu dalam kehidupan sehari-hari di tengah interaksi antarmanusia? Satu kata, sulit. Namun, ini seharusnya sangat sederhana dan mudah.


Kita lihat kondisi pandemi kali ini sangatlah parah. Mengapa pandemi bisa separah ini? Ini disebabkan oleh nafsu keinginan manusia. Nafsu keinginan yang paling cepat untuk dirasakan ialah nafsu makan. Terlebih lagi, semua orang mengejar cita rasa yang berbeda-beda.

Saat penangkapan ikan dengan pukat dilakukan di laut, begitu pukat ditebar dan ditarik kembali, berapa banyak nyawa yang terjerat dalam pukat itu? Banyak sekali. Semua ini dilakukan setiap hari demi memenuhi nafsu makan manusia. Apakah manusia harus seperti itu untuk bisa bertahan hidup? Tidak juga.

Makanan yang dapat membuat kita hidup sehat ialah tanaman pangan, bukan makhluk bernyawa yang ditangkap dari laut, juga bukan hewan ternak yang berjalan di darat. Bukan. Burung yang terbang di langit, unggas dan hewan ternak yang berjalan di darat, serta ikan yang berenang di air, semuanya memiliki kehidupan dan dunia masing-masing. Kita manusia juga memiliki dunia sendiri di darat. Semuanya disebut makhluk hidup.

Manusia, ikan, burung, unggas, dan hewan-hewan lain disebut makhluk hidup. Namun, makhluk hidup saling membunuh dan memakan. Ini membuat kondisi dunia menjadi seperti sekarang.

Di dunia ini, bukan hanya manusia yang bertikai dengan sesama. Hewan pun demikian. Selain itu, manusia menangkapi dan membunuhi hewan. Ini menciptakan karma buruk. Ya, ini menciptakan karma buruk. Kini kita melihat begitu banyak bencana terjadi di dunia. Saat ini, kita semua harus meningkatkan kewaspadaan. Jadi, kita harus sepenuh hati berdoa demi ketenteraman dunia.

Dalam pandemi kali ini, saya kembali menyerukan kepada semua orang untuk mawas diri dan tulus. Mawas diri berarti menjaga pikiran dan tidak membiarkan arah kita menyimpang. “Arah saya hari ini tidak boleh menyimpang. Saya harus bersumbangsih dan menciptakan berkah bagi umat manusia.”

Setiap hari kita harus meluruskan jalan pikiran kita. Dengan demikian, setiap hari kita menciptakan dan menghimpun berkah serta menumbuhkan kebijaksanaan. Inilah yang disebut mengembangkan berkah dan kebijaksanaan secara bersamaan.

Terima kasih, Bodhisatwa sekalian. Semoga kalian dapat mengembangkan berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Kita semua harus berdoa dengan tulus semoga pandemi kali ini cepat berlalu dan iklim di dunia dapat senantiasa bersahabat. Semoga dunia senantiasa damai dan tenteram.

Ketidakkekalan mengingatkan manusia untuk sadar
Mengerahkan daya pikiran bagaikan tabib menolong anak-anaknya
Menyatukan pengetahuan dan tindakan untuk terbiasa dalam kebajikan
Meluruskan pikiran dan bersama-sama menciptakan berkah

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Agustus 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 Agustus 2021
Lebih mudah sadar dari kesalahan yang besar; sangat sulit menghilangkan kebiasaan kecil yang buruk.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -