Ceramah Master Cheng Yen: Memupuk Cinta Kasih dan Kebajikan untuk Meredam Bencana
Kongo adalah sebuah negara miskin dengan stabilitas yang kurang baik. Perang saudara di sana masih terus terjadi. Akibatnya, 3,2 juta orang mengalami kelaparan dan lebih dari 1,4 juta orang kehilangan tempat tinggal. Warga mengalami kelaparan dan kehilangan tempat tinggal. Kondisi masyarakat di sana masih amat kacau. Persediaan pangan pun sangat kurang. Semua ini sangat mengkhawatirkan.
Negara-negara yang tengah dibantu Tzu Chi juga ada yang memiliki kondisi serupa, contohnya Sierra Leone. Insan Tzu Chi menuju ke negara itu dan membagikan makanan hangat bagi warga. Selain itu, para relawan juga membuat program pelatihan keterampilan agar berguna bagi kehidupan warga kelak. Semua ini tidak selesai dalam waktu singkat. Semuanya harus direncanakan. Kita juga harus bekerja sama dengan instansi setempat.
Semua ini masih terus berjalan. Negara-negara dengan kondisi seperti ini sesungguhnya sangat banyak. Melihat kembali kita yang berada di Taiwan, bagaimana kita menjalani hidup? Dahulu, kita pernah menyebarkan pola makan cukup 80 persen kenyang. Bagi kita, ini adalah pola makan yang sehat, terlebih lagi jika dua puluh persennya dapat kita donasikan, maka selain diri sendiri sehat, kita juga bisa menolong orang-orang yang kelaparan.
Ini adalah sebuah kabar baik. Jika lebih banyak orang bersumbangsih, bukankah kekuatan akan semakin besar? Bencana alam kini juga semakin banyak sehingga memperparah perjalanan sejarah negara-negara itu. Negara-negara itu memiliki sejarah kelam. Sierra Leone memiliki sejarah penyebab kemiskinan negara itu. Kekurangan pangan dan kemiskinan di Kongo juga tak lepas dari perjalanan sejarah. Bagaimana pun sejarah mereka, kini yang kita lihat adalah orang-orang yang saat ini menderita.
Namun, di dunia ini juga banyak orang yang hidup bagai di surga. Sesungguhnya, kekeruhan dunia akibat karma kolektif semua makhluk sudah semakin parah. Setiap orang tak dapat menghindari kekeruhan ini, terutama pencemaran udara. Kita semua berbagi udara yang sama. Selain itu, alam manusia ini pun tidak kekal. Dari sisi waktu, dunia ini sungguh tidak kekal.
Lihatlah kebakaran hutan di California Utara. Satu titik api dapat membakar seluruh lahan dalam waktu yang lama. Kebakaran pun menjalar dari hutan ke permukiman warga. Lihatlah, kebakaran itu sulit dikendalikan dan sudah membakar lebih dari 8 ribu rumah. Jadi, segala sesuatu yang kita lihat di dunia ini memiliki fase terbentuk dan lenyap. Alam memiliki fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur.
Era kita hidup saat ini disebut masa Kalpa Kerusakan atau disebut juga era kerusakan. Ini yang dikatakan di dalam Sutra Buddha. Jadi, kita tengah berada dalam fase kerusakan. Saat fase kehancuran tiba, bencana akan terjadi. Segala bencana akan terjadi bersamaan dan kita tidak dapat menghindarinya. Bagaimana agar fase kerusakan ini bisa diperpanjang sehingga fase kehancuran tidak datang begitu cepat?
Satu-satunya cara adalah kita harus mawas diri dan tulus. Kita sungguh harus mengembangkan kekuatan cinta kasih. Kita juga melihat saat ini relawan Tzu Chi berada di negara yang dilanda bencana. Di Meksiko, kini ada relawan Tzu Chi dari 5 negara. Namun, kekuatannya masih belum cukup karena bencana di sana terlalu besar. Hanya ada satu cara yang dapat dilakukan, yaitu menenangkan hati warga setempat, lalu membangkitkan cinta kasih mereka agar mereka juga dapat turut berpartisipasi menjadi relawan dan membantu sesama.
Kita memberi sesuatu yang tak ternilai, yaitu Dharma untuk membuka pintu hati mereka sehingga mereka dapat keluar dari kerisauan batin dan kembali tersenyum. Berkat Dharma ini, meski orang-orang itu merupakan korban bencana dan menderita, tetapi mereka masih bisa berempati dan membantu orang yang lebih menderita dari mereka. Mereka menjadi orang yang bisa membantu sesama. Setelah membuka hati, mereka akan memiliki kekuatan untuk membantu orang lain.
Di daerah setempat, kekuatan ini kini sudah mulai tergalang. Ini sungguh sesuatu yang menggugah. Kita juga melihat pada tahun 2014, insan Tzu Chi juga membantu warga dalam bencana banjir di Malaysia. Para relawan mengerahkan kekuatan mereka. Malaysia adalah sebuah negara Muslim. Dengan penuh ketulusan, relawan Tzu Chi terjun ke lokasi bencana. Mulanya mereka menerima penolakan. Akhirnya, relawan dan warga setempat bagai satu keluarga.
Para relawan membantu mereka dan mengajak mereka untuk turut membersihkan lingkungan. Berdasarkan pengalaman kita dalam bantuan bencana internasional, para relawan menginspirasi para warga setempat. Yang terpenting, dari manakah pembersihan harus dimulai? Sekolah. Jika sekolah telah dibersihkan, anak-anak baru bisa kembali bersekolah dan orang dewasa dapat berkonsentrasi dalam bekerja.
Semua tahu Tzu Chi adalah organisasi Buddhis yang bersumbangsih tanpa pamrih. Selanjutnya, kita juga membagikan bantuan. Relawan berada di lokasi bencana selama belasan hari. Kita juga mendirikan rumah bagi mereka yang membutuhkan. Inilah yang insan Tzu Chi lakukan selama ini. Kini kita bisa melihat relawan lokal di Malaysia sangat berdedikasi. Mereka turut melakukan daur ulang demi melindungi bumi dan menghimpun hasilnya menjadi kekuatan untuk membantu sesama.
“Awalnya, saat mengumpulkan kardus, saya seperti pencuri yang takut dilihat orang. Saat ada yang melihat, saya menundukkan kepala. Saat tidak ada orang, baru saya melanjutkannya. Namun, lama-kelamaan saya tak lagi merasa begitu. Yang penting kita ada niat untuk melakukannya. Dahulu juga ada orang yang bertanya pada saya, "Yang kamu kumpulkan hanya sedikit, bagaimana bisa membantu orang lain?" Saya berkata, "Bukan begitu. Jika setiap hari kamu kumpulkan sedikit demi sedikit, maka hasilnya akan berbeda. Jika semua orang melakukannya, maka hasilnya juga berbeda. Jika dalam sehari saya mengumpulkan barang daur ulang senilai satu ringgit, maka dalam sebulan saya mengumpulkan 30 ringgit. Jika ada dua orang melakukan hal ini, maka akan terkumpul 60 ringgit. Enam puluh ringgit tentu dapat membantu orang. Saya kumpulkan sedikit demi sedikit, lalu memberikannya kepada majikan saya untuk membantu orang yang menderita,” kata Chan Sik Hong, relawan Tzu Chi Malaysia.
Dia bisa memiliki pandangan seperti itu. Ini sungguh mengharukan. Semua ini harus dipupuk sedikit demi sedikit. Singkat kata, di seluruh dunia, baik dahulu maupun sekarang, insan Tzu Chi tetap sama. Dengan sumbangsih penuh ketulusan dan cinta kasih, mereka telah menolong banyak orang untuk keluar dari penderitaan dan memulai hidup baru. Mereka sungguh patut dipuji.
Tzu
Chi membagikan makanan bagi warga Sierra Leone yang kelaparan
Insan
Tzu chi memberi pelatihan keterampilan bagi warga
Segala
sesuatu mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur
Memupuk
cinta kasih dan kebajikan untuk meredam bencana
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 November 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina