Ceramah Master Cheng Yen: Memupuk Karma Baik dan Mewariskan Keluhuran dan Kebajikan dalam Keluarga


“Ibu mertua saya adalah Li Shi. Beliau meninggal dunia pada 1 Februari 2010. Saat itu, kebetulan terjadi kebakaran di Jalan Nanjing yang membuat aliran listrik terputus. Saya meminjam generator untuk dipakai di toko saya karena beliau disemayamkan di sana. Karena itu, saat itu pembagian dana bantuan darurat dan penyediaan makanan hangat dilakukan di toko saya. Para bibi Tzu Chi memuji bahwa ibu mertua saya tetap menjalankan Tzu Chi meski telah meninggal dunia,”
kata Huang Chen Bi-e relawan Tzu Chi.

“Ibu mertua saya adalah anggota komite dengan nomor komite 4, yakni Wu Yu-feng, Kakak Jing Ci,” kata Dai Shu-luan relawan Tzu Chi.

Saya sangat sukacita, tersentuh, dan bersyukur mendengar kalian berbagi tentang kisah Tzu Chi pada 40 hingga 50 tahun yang lalu. Tzu Chi berawal dari semangat celengan bambu dan terus berkembang selama ini. Tzu Chi dimulai dari Hualien dan kini telah tersebar ke seluruh dunia. Kalian hendaknya menyadari nilai masing-masing sebagai anggota Tzu Cheng dan komite Tzu Chi. Kita semua adalah satu keluarga. Keluarga besar Tzu Chi telah membawa manfaat bagi seluruh dunia. Ada banyak relawan luar negeri yang menjalankan Tzu Chi di wilayah setempat.

Di seluruh dunia, setiap insan Tzu Chi dapat menginspirasi orang yang tak terhingga karena di negara mana pun berada, mereka selalu bersumbangsih atas nama Tzu Chi. Di mana pun bencana terjadi, saya selalu memberi tahu relawan di sana untuk menyurvei kondisi bencana. Jika mereka melaporkan bahwa kondisi bencana sangat serius, saya akan berkata pada mereka, "Ajaklah warga setempat untuk bersumbangsih bersama. Tzu Chi Taiwan juga akan memberikan dukungan pada kalian."


Saya berharap mereka dapat bersumbangsih dengan sumber daya setempat. Saat mereka membutuhkan, Tzu Chi Taiwan pasti akan memberikan dukungan. Ini untuk menenangkan hati mereka. Setelah mereka melakukan survei dan mengetahui kondisi bencana, kita akan mengadakan rapat dengan mereka untuk menentukan rencana penyaluran bantuan.

Saat orang-orang yang menerima bantuan mengucap syukur kepada insan Tzu Chi, insan Tzu Chi juga membimbing mereka dengan cinta kasih berkesadaran. Demikianlah Tzu Chi perlahan-lahan berakar dan berkembang. Jadi, insan Tzu Chi sungguh bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih, antusias, dan sukarela. Karena itulah, insan Tzu Chi dipenuhi sukacita dalam Dharma. Para insan Tzu Chi bersumbangsih dengan sukacita dan menyebarkan kekuatan cinta kasih.

Kini, orang-orang di luar negeri juga dapat menyaksikan bagaimana kita menjalankan Tzu Chi dahulu. Inilah kisah Tzu Chi. Semua kisah masa lalu adalah sejarah. Sejarah Tzu Chi pada 50-an tahun yang lalu dapat dipelajari dengan jelas secara daring dan diteruskan kepada lebih banyak orang. Mereka yang tersentuh mendengar kisah Tzu Chi juga dapat membagikannya kepada orang lain. Inilah yang disebut menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk.

Bodhisatwa sekalian, generasi kalian adalah generasi berikutnya dari generasi murid saya. Kalian harus mewariskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi.


“Ada banyak orang yang merindukan orang tua saya. Beberapa waktu lalu, ada relawan yang berkata bahwa setiap kali pergi ke rumah sakit, mereka sangat senang karena orang tua saya seperti udara yang terdapat di segala penjuru rumah sakit. Saat masih kecil, saya dan kedua kakak saya membawa sapu dan slang air untuk membantu pembersihan menjelang peresmian rumah sakit. Saat itu, saya berpikir, ‘Mengapa saya tidak tidur di rumah saja? Mengapa saya harus diajak ke sini untuk membantu?’ Saat kecil, saya belum mengerti. Namun, kini saya sudah mengerti. Karena itu, saya selalu menjalankan Tzu Chi sekarang,”
kata Lin Yong-sen relawan Tzu Chi.

Ayah Yong-sen adalah Ying-ju. Nenek Yong-sen adalah Mei-yu. Awalnya, neneknya yang bergabung dengan Tzu Chi. Kemudian, ibunya, Mei-yue, juga terinspirasi untuk bersumbangsih sebagai relawan rumah sakit. Saat itu, Ying-ju selalu datang ke Griya Jing Si untuk menggunting tanaman pagar, setelah itu baru pergi ke rumah sakit untuk bersumbangsih. Jadi, generasi penerus mereka juga harus tekun dan bersemangat melatih diri.

Saya sering berkata bahwa segala sesuatu tidak bisa dibawa serta, hanya karma yang selalu menyertai. Ada karma baik, ada pula karma buruk. Yang diciptakan insan Tzu Chi ialah karma baik. Di manakah karma baik kita disimpan? Di dalam kesadaran kedelapan kita. Kita hendaknya terus bersumbangsih agar karma baik senantiasa tersimpan di dalam kesadaran kita.


“Master, para saudara se-Dharma yang berusia lebih dari 70 tahun telah berhimpun di sini,”
kata Huang Li-yun relawan Tzu Chi

Melihat kalian semua sehat, saya sangat sukacita.

“Suatu kali, kami mengunjungi saudara se-Dharma senior dan mendengarnya berkata, ‘Saya sangat ingin mengunjungi relawan lain. Saya ingin bertemu dan berbincang-bincang dengan relawan yang dahulu menjalankan Tzu Chi bersama saya. Namun, saya telah tua dan tidak leluasa bergerak sehingga sangat sulit untuk bertemu dengan mereka.’ Karena itu, tiga kali dalam setahun, kami mengundang para Bodhisatwa senior untuk bertemu di Aula Jing Si Yuli dan mengenang perjalanan mereka dahulu,” kata Huang Li-yun relawan Tzu Chi.

“Master, saya sangat merindukan Master,” kata Yang Bao-mei relawan Tzu Chi.

“Meski telah berusia 94 tahun, beliau belum pensiun dari Tzu Chi. Kami mengadakan kegiatan daur ulang setiap hari Sabtu dan beliau sering menyiapkan makanan untuk menjalin jodoh dengan relawan daur ulang kita. Jadi, beliau sangat tekun dan bersemangat serta merupakan teladan kami,” kata Huang Li-yun relawan Tzu Chi.

Kembalilah ke Griya Jing Si untuk menemui saya. Sering-seringlah keluar jika memiliki waktu luang. Saudara sekalian, kalian yang berbagi kisah hari ini pasti merasa sukacita. Kalian dapat membagikan kisah karena telah terinspirasi dan bersumbangsih secara nyata. Dengan benar-benar melakukan apa yang kalian pikirkan, kalian telah menciptakan karma baik. Karena itu, orang-orang memuji kalian dan berkata bahwa kalian sungguh dipenuhi berkah.

Kita hendaknya senantiasa mengingatkan diri sendiri untuk menghindari segala kejahatan dan memotivasi diri sendiri untuk melakukan segala kebaikan. Semua karma kita tersimpan di dalam kesadaran kedelapan. Karena itu, kita hendaknya senantiasa membangkitkan pikiran baik. Setelah menginventarisasi nilai kehidupan kita dan memastikan bahwa yang kita lakukan ialah hal yang benar, kita hendaknya makin aktif bersumbangsih karena usia kehidupan kita terus berkurang seiring berlalunya waktu.

Berhubung tidak tahu berapa lama lagi kita bisa hidup, kita harus menggenggam waktu sekarang. Genggamlah waktu yang ada untuk melakukan hal yang benar seperti sebelumnya, bahkan lebih bekerja keras lagi. Meski demikian, kita yang telah lanjut usia juga harus berhati-hati dalam melakukan segala sesuatu.

Memupuk karma baik dan mewariskan keluhuran dan kebajikan dalam keluarga
Meneruskan semangat Tzu Chi dari generasi ke generasi
Menjadi saksi sejarah Tzu Chi serta tekun dan bersemangat melatih diri
Menyebarkan Dharma dan membawa manfaat bagi semua makhluk

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 24 Oktober 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 26 Oktober 2024                                       
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -