Ceramah Master Cheng Yen: Memupuk Kebajikan demi Mengikis Karma Buruk

“Para penerima bantuan sudah kelaparan sejak lama. Sebagian orang hanya makan sekali dalam sehari. Sebagian besar orang dalam keadaan sulit. Para siswa di sekolah ini  berasal dari keluarga kurang mampu. Di rumah mereka sama sekali tidak ada makanan. Jika mereka dapat makan sekali saja di sekolah, mereka tidak akan kelaparan,” kata Jeffro, relawan.

Kita dapat melihat betapa kekurangannya masyarakat di negara kurang mampu. Kita juga melihat masyarakat Suriah yang sangat menderita akibat pergolakan selama 8 tahun. Pikiran buruk dan kegelapan batin  sebagian orang mengakibatkan banyak orang melakukan tindakan buruk sehingga banyak rumah mengalami kerusakan, banyak orang kehilangan nyawa, dan banyak orang mengungsi. Arus pengungsi ini sangat besar.

“Jalan sama sekali tidak dapat dilalui karena sudah dipenuhi oleh kendaraan. Terdapat 27 keluarga yang tinggal di 14 tenda. Seluruh barang masih ada di mobil dan kami tidak memiliki kayu bakar,” tutur Clememce Rusike,  warga komunitas.

Kondisi di sini sangat parah. Turunnya salju dan hujan serta tiupan angin membuat suhu udara terasa seperti di bawah 0 derajat Celsius. Jadi, ini memperparah krisis kemanusiaan yang semula sudah sangat serius. Mereka mengungsi ke negara lain dan tidak tahu di mana rumah mereka. Saat ini, meski Suriah kembali damai dan para pengungsi dapat pulang, mereka tetap tidak punya tempat tinggal karena sudah hancur lebur. Jadi, meski pulang, mereka tak lagi memiliki rumah.

 

Banyak bencana yang terjadi pada zaman sekarang. Apa yang menyebabkan peperangan di Suriah? Hukum sebab akibat. Kekuatan karma buruk kolektiflah yang memicu terjadinya peperangan di sana. Kekuatan karma buruk di sana mungkin sangat besar karena ada banyak orang yang pikirannya bergejolak.

Saat sebersit niat buruk timbul, tubuh akan mempraktikkannya. Contohnya, saat kamu tidak menyukai saya dan saya juga tidak suka mendengar suaramu, mungkin akan terjadi konflik di antara kita yang bisa memicu terjadinya bencana besar seperti ini. Ini akibat karma kolektif semua makhluk. Karma yang terakumulasi dari kehidupan ke kehidupan pada masa lampau disebut karma kolektif.

Kita melihat banyak orang yang kehilangan rumah. Mereka sungguh menderita. Inilah penderitaan hidup dan penderitaan akibat peperangan. Saat orang-orang bertikai dengan pisau, pistol, dan senjata lainnya, artinya peperangan telah terjadi. Dimulainya peperangan akan mendatangkan penderitaan dan tragedi di dunia.

Dalam jangka panjang, tiada satu hari pun yang bisa dilalui dengan tenteram dan tenang. Mereka sungguh menderita. Lihatlah kondisi para pengungsi di tengah perubahan iklim. Tenda-tenda dipenuhi lumpur dan cuaca sangat dingin. Terkadang badai pasir juga menerjang.

 

Kehidupan mereka penuh penderitaan. Akibat akumulasi karma buruk  dalam jangka panjang, sebagian orang terlahir di tempat yang kekurangan dan penuh penderitaan. Ada juga yang semula memiliki segalanya, tetapi akibat terjadinya peperangan dan pergolakan masyarakat,keluarga mereka menjadi terpecah belah. Mereka yang terpaksa meninggalkan rumah sungguh sangat menderita. Jadi, kita harus tahu tentang tempat yang tidak tenteram di dunia.

Bagi sebagian orang, sulit untuk hidup tenteram dan makan kenyang seperti kita. Karena itu, kita harus senantiasa bersyukur. Orang yang hidup tenteram harus bertekad dan berdoa demi mereka yang tidak tenteram.

Untuk menunjukkan ketulusan dalam berdoa, kita harus bervegetaris. Beginilah upaya kita untuk berdoa semoga dunia aman dan tenteram. Baik untuk meredam peperangan maupun menghentikan perebakan wabah, kita harus membangkitkan ketulusan dan menerapkan pola makan vegetaris. Kita tidak perlu panik.

Berbagai bencana yang terjadi sekarang merupakan buah dari akumulasi karma dan jalinan jodoh dari kehidupan ke kehidupan. Apa yang ditabur, itulah yang dituai. Jadi, kita harus segera menenangkan pikiran dan berdoa dengan tulus. Sesuai hukum sebab akibat, kita tidak tahu kapan jalinan jodoh akan matang, karma apa yang diciptakan di kehidupan lampau, dan bagaimana buah karma yang akan dihasilkan. Jadi, mari kita memupuk kebajikan dan mengikis karma buruk bersama-sama.

 

Setiap kali kebaktian pagi, kita melantunkan Gatha Pelimpahan Jasa yang salah satu kalimatnya berbunyi, "Semoga mengikis habis Tiga Rintangan." Kini kita harus sadar dan jangan lagi membangkitkan ketamakan. Jangan mudah membangkitkan kebencian. Saat cinta kasih tidak dikembangkan, kebencian akan meningkat. Jika demikian, manusia akan menciptakan karma buruk membunuh.

Jadi, saat ini kita harus mengutamakan dan mengembangkan cinta kasih serta menekan dan melenyapkan kebencian. Saat semua orang membangkitkan cinta kasih, kita bisa menghalau bencana. Para muslim membuka tangan dengan telapak tangan menghadap ke atas saat berdoa. Ini mengandung makna yang tak terbatas.

Lihatlah berkah yang kita miliki dan hati nurani kita. Saya tidak memahami kitab suci mereka. Namun, saya merasa bahwa kita perlu membuka telapak tangan kita dan bertanya pada hati nurani kita, apa upaya yang dapat kita lakukan untuk membalas kebaikan atau berkah yang kita terima?

Kita memiliki makanan yang berlimpah, lingkungan yang tenteram, dan hubungan antarmanusia yang harmonis. Bisakah kita tidak bersyukur dan membalas berkah seperti ini? Untuk bersyukur dan membalas berkah, kita harus bervegetaris dengan tulus sebagai bentuk doa demi ketenteraman dunia.

Peperangan dan wabah menyebabkan penderitaan
Melakukan perbuatan buruk karena kekuatan karma dari kehidupan lampau
Bervegetaris demi melenyapkan bencana dan menenangkan batin
Sadar dari ketamakan dan kebencian serta berdoa semoga dunia tenteram

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 5 Maret 2020  
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 7 Maret 2020
Kita hendaknya bisa menyadari, menghargai, dan terus menanam berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -