Ceramah Master Cheng Yen: Memupuk Kebajikan dengan Cinta Kasih Tak Terhingga


Melihat para relawan kita, saya sungguh dipenuhi rasa syukur dan sukacita. Saya sangat tersentuh. Kalian semua kembali ke Taiwan dari berbagai negara yang jauh. Saat ini, kita berhimpun di ruang yang luas ini berkat adanya jalinan jodoh. Bodhisatwa sekalian memiliki jalinan jodoh untuk kembali ke Taiwan. Yang membuat saya makin sukacita ialah mendengar para relawan muda berkata pada saya, "Anak Anda telah kembali."

Hati kita sangat dekat satu sama lain. Biasanya, kita terpisah oleh jarak yang sangat jauh. Namun, asalkan hati kita tetap dekat satu sama lain, jarak sejauh apa pun tidak dapat memutus jalinan kasih sayang ini. Jalinan kasih sayang apakah ini? Jalinan kasih sayang Bodhisatwa. Jarak sejauh apa pun tidak dapat memutus jalinan kasih sayang Bodhisatwa. Selain di kehidupan lampau dan sekarang, kita juga berikrar bahwa di berbagai kehidupan mendatang, kita akan menapaki Jalan Bodhisatwa.

Datang ke dunia ini, orang yang selalu menolong sesama sungguh dipenuhi berkah, terlebih saat ini dan di masa mendatang. Perlu diketahui bahwa Buddha membabarkan Dharma pada lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Lebih dari 2.000 tahun yang lalu, Buddha dan Yesus Kristus muncul di dunia ini. Selama lebih dari 2.000 tahun ini, semangat Mereka terus diwariskan. Karena itulah, kini kita memiliki agama sebagai pedoman. Tidak peduli menganut agama apa, kita harus memiliki keyakinan benar. Keyakinan benar adalah sebuah jalan yang lapang. Keyakinan benar membimbing kita menuju arah yang benar dan membentangkan cinta kasih di dunia.


Kita mewarisi ajaran dari para Arya. Jalan yang mereka pilih adalah jalan yang paling baik, lurus, dan lapang. Para Arya telah membimbing kita membuka jalan ini. Kini, kita juga harus bertekad dan berikrar untuk melakukan hal yang sama bagi generasi mendatang. Bagi generasi-generasi mendatang, kita harus membuka jalan yang lapang. Setelah mewarisi ajaran para Arya, kita harus mewariskannya kepada generasi mendatang. Jadi, janganlah kita membiarkan ajaran ini terputus di generasi kita.

Tzu Chi mewarisi filosofi Buddha. Buddha datang ke dunia demi satu tujuan utama, yaitu mengajarkan praktik Bodhisatwa. Bodhisatwa adalah orang yang membuka jalan dan menjadi pembimbing. Mereka membuka sebuah jalan yang lapang, membimbing kita melangkah maju, serta bertekad dan berikrar untuk bersumbangsih demi kebaikan dunia di masa mendatang.

“Meski berasal dari negara yang berbeda-beda, kami memiliki keyakinan yang sama, yaitu membantu Kakek Guru memikul bakul beras. Kami ingin berkata kepada Kakek Guru bahwa anak Anda selalu ada di sini. Mohon Kakek Guru jangan khawatir. Ada saya! Saya akan memikul tanggung jawab!”

“Kami adalah murid-murid Jing Si dari Meksiko. Meksiko! Saya bersedia!”


Saya telah melihat dan mendengar kekuatan relawan kita. Mereka menyatakan bahwa mereka bersedia bersumbangsih. Karena itu, saya makin tenang. Saya pernah merasa khawatir karena telah lanjut usia. Saya bisa melihat di seluruh dunia, insan Tzu Chi terus menolong orang yang menderita.

Kini, insan Tzu Chi telah tersebar di mana-mana. Namun, beberapa tahun belakangan ini, saya sendiri pun menyadari bahwa saya telah lanjut usia dan tubuh saya terus melemah. Kini, berbicara saja sangat berat bagi saya. Saya harus menguras energi untuk berbicara. Karena itu, kini yang paling saya harapkan ialah setiap orang dapat membantu saya menyebarkan Dharma. Mari kita menyebarkan Dharma untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Kita hendaknya menyebarluaskan ajaran Tzu Chi.

Ada banyak insan Tzu Chi yang bukan umat Buddha. Mereka adalah insan Tzu Chi yang sangat tulus dan menjalankan Tzu Chi dengan sepenuh hati dan tekad. Saya sering berkata bahwa kita harus melapangkan hati kita hingga bisa merangkul seluruh alam semesta. Kita semua hidup di kolong langit dan di atas bumi yang sama, yaitu di alam semesta yang sama. Kita hendaknya melapangkan hati hingga seluas alam semesta.


Di setiap tempat yang ada di peta, kita hendaknya memiliki insan Tzu Chi. Tzu Chi mewakili cinta kasih. Negara yang penuh cinta kasih akan damai dan tenteram. Orang-orang tidak akan bertikai dan setiap orang akan bersumbangsih dengan cinta kasih. Inilah harapan saya, dunia damai dan tenteram.

Bodhisatwa sekalian, kalian kembali dari berbagai negara. Saya ingin memberi tahu kalian bahwa kalian harus terjun ke tengah masyarakat. Ini harus dilakukan. Memiliki cinta kasih saja tidaklah cukup. Kita harus terjun ke tengah masyarakat dan mengajak orang-orang untuk berbuat baik bersama. Setiap orang memiliki cinta kasih yang sama. Janganlah kita meremehkan kekuatan seseorang karena dia bukan orang berada. Kita tidak boleh berkata demikian.

Menurut saya, saat saya meletakkan sebuah guci di sini dan kalian meneteskan air ke dalamnya, maka dalam guci ini terdapat air kalian. Saat air guci ini dituangkan ke sungai, dalam sungai tersebut juga terdapat air kalian. Berhubung sungai ini mengalir ke lautan, di lautan pun terdapat air kalian. Ini disebut pahala yang tak terhingga dan seluas lautan. Himpunan pahala dapat membentuk lautan pahala. Inilah kekuatan cinta kasih.

Para relawan luar negeri menempuh jarak yang jauh untuk kembali ke Taiwan
Jalinan jodoh Dharma mempererat jalinan kasih sayang Bodhisatwa
Melapangkan hati dan menuju jalan yang benar
Tetes demi tetes cinta kasih dapat membentuk Sungai

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 10 Desember 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 12 Desember 2023
Tiga faktor utama untuk menyehatkan batin adalah: bersikap optimis, penuh pengertian, dan memiliki cinta kasih.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -